20 Oktober 2021: 241,5 Juta Kasus COVID-19 di Dunia, Filipina Terparah di ASEAN

Update kasus COVID-19 per 20 Oktober 2021.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Okt 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 11:00 WIB
Infeksi Virus Corona di Filipina Tembus 1 Juta Kasus
Seorang pria mengendarai becaknya dengan slogan untuk mengingatkan orang agar memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona/COVID-19 di Manila (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Manila - Total kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 241,5 juta dan 4,91 juta kematian per Rabu (20/10/2021). Berdasarkan data Johns Hopkins University, Amerika Serikat masih mencatat total kasus virus corona tertinggi, yakni 45,1 juta kasus.

Pada 28 hari terakhir, total kasus COVID-19 di dunia genap 12 juta kasus, sementara pasien meninggal ada 204 ribu pasien.

Sebanyak 6,6 miliar dosis vaksin COVID-19 telah disalurkan sejauh ini. Kasus COVID-19 di dunia juga mulai melandai seperti Februari dan Juni lalu.

Namun, negara-negara Asia Tenggara mencatat kasus baru yang tinggi. Kasus terparah saat ini berada di Filipina dengan total 341 ribu kasus dalam 28 hari terakhir. Totalnya, ada 2,7 juta kasus di negara tersebut.

Kasus harian di negeri jiran Malaysia sudah menurun ke level lima ribu kasus.

Sementara, kasus harian virus corona di Jepang juga terus menurun hingga ke level di bawah seribu kasus. Saat ini, pemerintah Jepang telah melonggarkan aturan social distancing.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Peneliti BRIN Minta Masyarakat Tetap Gunakan Masker

FOTO: Angka Kesembuhan Pasien COVID-19 di Jakarta Meningkat
Pengendara melintas dekat mural imbauan untuk mematuhi protokol kesehatan di Jakarta, Selasa (20/7/2021). Kementerian Kesehatan mencatat pasien COVID-19 di Jakarta yang sembuh pada 19 Juli 2021 sebanyak 12.674 atau meningkat dibandingkan 18 Juli 2021 sebanyak 11.857 orang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya dilaporkan, peneliti Lingkungan Atmosfer Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRSTA-BRIN) Sumaryati meminta agar masyarakat tetap menggunakan masker meski ini dilaporkan kasus paparan pandemi menurun.

Menurut Sumaryati penggunaan masker dengan ketat masih diperlukan, mengingat virus Corona berpotensi menjadi bioaerosol di atmosfer.

"Ketika itu keluar dari tubuh pasien akan berupa droplet kalau butirannya besar, atau menjadi aerosol kalau butirannya kecil kurang dari lima mikron, itu kita nyebutnya aerosol. Karena aerosol itu sifatnya jadi mengikuti sifat aerosol di atmosfer, ya akan tersebar lebih jauh mengikuti arah angin. Namun juga akan mengendap ke permukaan," ujar Sumaryati dicuplik dari kanal You Tube PRTA LAPAN, Bandung, Selasa, 12 Oktober 2021. 

 

 

Sumaryati mengatakan COVID-19 yang menjadi aerosol itu akan dipaparkan melalui hembusan angin.

Namun, Sumaryati menerangkan paparan COVID-19 melalui aerosol di udara ini relatif lebih kecil dampaknya dibandingkan dengan paparan antarmanusia.

"Makanya kebijakan lockdown, kebijakan PSBB, sekarang kita PPKM lebih efektif. Meskipun kita tidak menafikan, tidak melalaikan juga faktor aerosol atau kita kenal bioaerosol atau COVID-19 aerosol yang menyebar di udara," kata Sumaryati.

Infografis COVID-19:

Infografis Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya