Upaya Atasi Perubahan Iklim Indonesia, Jokowi Minta Dukungan dari Para Pemimpin Dunia

Presiden Jokowi meminta para negara maju untuk membantu upaya Indonesia dalam mengatasi isu perubahan iklim.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 02 Nov 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 09:30 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyambut Joko Widodo, Presiden Indonesia, saat tiba di KTT Pemimpin Dunia COP26 Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26 di Glasgow. (Foto: Karwai Tang/Pemerintah Inggris)
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyambut Joko Widodo, Presiden Indonesia, saat tiba di KTT Pemimpin Dunia COP26 Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26 di Glasgow. (Foto: Karwai Tang/Pemerintah Inggris)

Liputan6.com, Glasgow - Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pada Senin (1/11) bahwa negara-negara maju perlu menyumbangkan lebih banyak dana dan berbagi teknologi agar negaranya dapat meningkatkan upaya perubahan iklimnya.

Dalam pidatonya di KTT perubahan iklim global PBB, COP26, Jokowi menyoroti upaya Indonesia untuk menggunakan sumber daya alamnya yang melimpah sebagai strategi kunci dalam menurunkan emisi karbonnya, sambil menggambarkan perubahan iklim sebagai “ ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global”. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (2/11/2021), 

“Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia terus berkontribusi dalam menanggulangi perubahan iklim,” ujarnya.

“Kami, negara-negara dengan kawasan hijau yang luas dan potensi penghijauan kembali, serta negara-negara dengan lautan luas yang berpotensi berkontribusi dalam penyerapan karbon, membutuhkan dukungan dan kontribusi dari negara-negara maju.”

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penuhi Komitmen Perjanjian Paris

Jokowi tiba di Glasgow, Skotlandia untuk mengikuti KTT COP26
Presiden Jokowi dan rombongan tiba di Glasgow, Skotlandia untuk mengikuti KTT COP26. (Foto: Sekretariat Presiden)

Negara-negara berkembang mendorong negara-negara terkaya di dunia untuk memenuhi janji untuk memberikan US$100 miliar dalam pembiayaan tahunan, yang pada awalnya disetujui sebagai bagian dari Perjanjian Paris.

Sejak itu, dana tersebut sebagian besar tidak dimobilisasi. Menurut laporan baru yang dirilis menjelang COP26, dana tersebut diperkirakan tidak akan diberikan hingga 2023.

Di bawah target iklim yang diperbarui - yang dikenal sebagai Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional,  diajukan sebelum COP26 - Indonesia menguraikan tiga jalur menuju ekonomi rendah karbon, yang paling ambisius bergantung pada bantuan asing.

Jalan itu akan membuat negara itu memenuhi komitmen Perjanjian Paris dan kemajuan menuju emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat. Ia juga berjanji bahwa sektor yang paling berpolusi - kehutanan dan penggunaan lahan - akan mencapai puncak emisi pada tahun 2030.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya