WHO: Risiko Infeksi Ulang Omicron Lebih Tinggi, Penyakitnya Lebih Ringan dari Delta

Varian Omicron terus berkembang dan sudah terdeteksi di beberapa negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Des 2021, 13:55 WIB
Diterbitkan 09 Des 2021, 13:33 WIB
Kemenkes Ungkap Varian Omicron Hasil Kombinasi Mutasi Delta, Alpha, Beta, Gamma
Kemenkes Ungkap Varian Omicron Hasil Kombinasi Mutasi Delta, Alpha, Beta, Gamma (Pexels/annashvets).

Liputan6.com, Jenewa - Data awal menunjukkan varian Omicron mungkin lebih mudah menginfeksi kembali orang yang pernah terjangkit virus ini atau orang yang sudah divaksinasi, tetapi dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan, kata WHO pada Rabu 8 Desember 2021.

"Data yang muncul dari Afrika Selatan menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, menambahkan bahwa "ada juga beberapa bukti bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta."

Namun, dia menekankan bahwa lebih banyak data diperlukan sebelum menarik kesimpulan yang mutlak, dan mendesak negara-negara untuk meningkatkan pengawasan mereka untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana perilaku Omicron.

Varian Omicron yang cepat bermutasi picu kekhawatiran global yang berdampak pada pembatasan wilayah dan kembali menampar sektor ekonomi, seperti dilansir dari Malay Mail, Kamis (9/12/2021).

Bahkan jika ternyata varian Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, Tedros memperingatkan agar tidak mengendurkan kewaspadaan terhadap virus tersebut.

"Kepuasan apa pun sekarang akan menelan korban jiwa," dia memperingatkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


WHO Imbau Pentingnya Vaksinasi

FOTO: Tenaga Kesehatan Thailand Jalani Vaksinasi COVID-19
Tenaga kesehatan menyiapkan booster vaksin virus corona COVID-19 Pfizer-BioNTech untuk tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bangkok Metropolitan Administration General, Bangkok, Thailand, Selasa (10/8/2021). Kasus COVID-19 di Thailand mencapai 736.522 kasus sejak awal pandemi. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan setuju, menunjukkan bahwa sejauh ini data menunjukkan varian tersebut "mentransmisikan secara efisien, dan mungkin lebih cepat menularkan daripada varian Delta."

"Itu tidak berarti bahwa virus itu tidak bisa dihentikan," katanya.

"Namun itu berarti virus lebih efisien dalam menularkan antar manusia. Oleh karena itu, kita harus menggandakan upaya kita untuk memutus rantai penularan itu untuk melindungi diri kita sendiri untuk melindungi orang lain."

Dan jika Omicron ternyata kurang berbahaya daripada varian Delta, tetapi tingkat penularannya cepat, itu dapat membuat lebih banyak orang sakit, membebani sistem kesehatan dan banyak orang meninggal, kata Michael.

Para ahli WHO menekankan pentingnya vaksinasi, meskipun ada data yang menunjukkan vaksin COVID-19 kurang efektif melawan Omicron, vaksin masih diharapkan memberikan perlindungan terhadap penyakit parah.


Sistem Kekebalan Tubuh Sangat Kompleks

Masker Katup Sebabkan Penularan Corona Varian Omicron di Hotel Karantina Hong Kong
Tamu hotel Karantina di Hong Kong kenakan masker katup dan menyebabkan penularan virus corona varian Omicron. (Pexels/cottonbro)

Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, memperingatkan terhadap reaksi spontan terhadap studi awal yang mengisyaratkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech mungkin telah mengurangi kemanjuran terhadap varian baru.

Dia menunjukkan bahwa studi yang dilakukan sejauh ini kecil dan pengurangan "antibodi penetralan" bervariasi secara dramatis antara studi yang berbeda, dari empat hingga lima kali lipat dalam beberapa percobaan hingga 40 kali lipat pada yang lain.

Mereka juga hanya melihat netralisasi antibodi, ketika "kita tahu sistem kekebalan jauh lebih kompleks dari itu," katanya.

“Jadi saya pikir terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pengurangan antibodi penetralan ini akan menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam efektivitas vaksin,” katanya. “Kami tidak tahu itu.”

 

Reporter: Cindy Damara


Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya