Liputan6.com, London - Inggris terus memperkuat posisinya sebagai pusat ekonomi syariah di negara non-Muslim. Bank Sentral Hal itu dibuktikan dengan pembukaan Fasilitas Likuiditas Alternatif yang memberikan bank yang tidak membayar atau menerima bunga agar bisa menempatkan dana di Bank Sentral Inggris.
Ini membuat lembaga keuangan syariah bisa menempatkan dana selayaknya bank konvensional.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan informasi Kedutan Besar Inggris, Selasa (21/12/2021), Inggris adalah negara mayoritas non-Muslim pertama yang menerbitkan Sukuk Syariah yang Berdaulat pada tahun 2014.
Bank Syariah di Inggris tunduk pada persyaratan peraturan yang sama ketatnya dengan bank konvensional. Ini termasuk memegang penyangga aset likuid berkualitas tinggi (HQLA) untuk memenuhi kewajiban saat jatuh tempo.
Kepala Pasar Sterling Rhys Phillips mengatakan bahwa Fasilitas Likuiditas Alternatif ini akan membantu sektor keuangan Syariah Inggris untuk bersaing dengan rekan-rekan konvensional sambil tetap setia pada prinsip-prinsip pendirian mereka.
“Langkah ini akan semakin memperkuat peran Inggris sebagai pusat keuangan internasional terkemuka untuk keuangan Syariah di luar dunia Muslim”, ujar Philips.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Inklusivitas Keuangan
Kedubes Inggris menyebut pembentukan Fasilitas Likuiditas Alternatif ini adalah bagian dari komitmen Bank Sentral Inggris terhadap keragaman, inovasi dan inklusi keuangan.
Ini akan membantu memastikan akses dan dukungan yang adil dan setara dari Bank Sentral, dengan memungkinkan bank-bank Islam, maupun bank-bank Inggris lainnya yang menghadapi pembatasan dalam aktivitas berbasis bunga, agar bsa menyimpan simpanan di bank sentral, seperti yang dapat dilakukan bank-bank konvensional.
"Saya menyambut baik dukungan berkelanjutan Inggris terhadap Keuangan Syariah. Dengan melakukan itu, kami menunjukkan bahwa Inggris menghargai inklusi, akses yang sama, dan peluang yang sama. Dengan menghayati nilai-nilai ini, kita tidak hanya melakukan hal yang benar, tetapi juga memastikan kemakmuran ekonomi dan sosial masyarakat kita," ujar Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins.
Ia juga menyebut bahwa Islam adalah agama terbesar kedua di Inggris, yakni sebanyak lima persen dari populasi Inggris – atau 3,4 juta orang – adalah Muslim.
Dubes Owen berharap dengan adanya sistem keuangan yang inklusif ini, diharapkan lembaga keuangan di Indonesia juga dapat memanfaatkannya.
Advertisement