China dan Rusia Desak AS Batalkan Sanksi PBB Terhadap Korea Utara

China dan Rusia meminta AS agar memblokir sanksi terhadap Korea Utara.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 21 Jan 2022, 09:32 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2022, 09:32 WIB
Bendera Korea Utara (AFP)
Bendera Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - China dan Rusia pada Kamis (20/1) memblokir dorongan AS untuk menjatuhkan sanksi PBB pada lima warga Korea Utara sebagai tanggapan atas peluncuran rudal baru-baru ini oleh Pyongyang, kata para diplomat kepada AFP.

Blokir China datang sebelum pertemuan dewan tertutup baru di Korea Utara, juga diminta oleh Washington, dan diikuti oleh keputusan Rusia untuk menentang proposal Amerika. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (21/1/2022). 

Di bawah aturan PBB saat ini, periode pemblokiran berlangsung selama enam bulan. Setelah itu, anggota dewan lainnya dapat memperpanjang blok selama tiga bulan dan satu hari, sebelum proposal dihapus secara permanen dari meja perundingan.

Bersama dengan Beijing, Moskow telah lama menentang peningkatan tekanan terhadap Korea Utara, bahkan meminta keringanan sanksi internasional karena alasan kemanusiaan.

Pekan lalu, setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap lima warga Korea Utara yang terkait dengan program rudal balistik negara itu, Amerika Serikat melakukan kampanye di Dewan Keamanan untuk memperpanjang sanksi PBB kepada lima orang yang sama.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sanksi untuk Korut

Senyum Kim Jong-un Pantau Latihan Militer Korea Utara
Rudal ditembakkan sub-unit artileri jarak jauh Tentara Rakyat Korea saat latihan militer di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). Korea Selatan menyatakan, Korea Utara menembakkan yang diduga dua rudal balistik jarak pendek. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Departemen Keuangan AS mengatakan salah satu warga Korea Utara yang terkena sanksi, Choe Myong Hyon, berbasis di Rusia dan telah memberikan dukungan kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Kedua (SANS) Korea Utara, yang sudah dikenakan sanksi.

Juga ditargetkan empat perwakilan organisasi bawahan SANS Korea Utara yang berbasis di China, kata Departemen Keuangan: Sim Kwang Sok, Kim Song Hun, Kang Chol Hak, dan Pyon Kwang Chol.

Washington menuduh kelimanya memiliki hubungan dengan program senjata pemusnah massal Korea Utara.

Korea Utara telah meluncurkan serangkaian uji coba rudal, menegaskan "haknya yang sah" untuk membela diri.

Misi diplomatik China untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Infografis Nuklir Korea Utara:

infografis nuklir korea utara
AS meradang Korut terus bikin senjata nuklir (abdillah/liputan6,com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya