Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di dunia terus meningkat, selama 28 hari terakhir ada 61,7 juta kasus baru. Angka kasus virus corona terus melonjak berdasarkan data Johns Hopkins University, Jumat (21/1/2022).
WHO telah berkali-kali menegaskan supaya masyarakat tidak meremehkan varian Omicron, sebab varian itu tetap membuat orang sakit dan risikonya sistem kesehatan bisa kewalahan.
Baca Juga
AS telah mencatat total 69 juta kasus virus corona. Dalam waktu dekat totalnya dipastikan bisa tembus 70 juta karena kasus di negara itu sedang naik.
Advertisement
Berikut lima negara dengan kasus baru tertinggi dalam 28 hari terakhir:
1. Amerika Serikat: 17,1 juta kasus baru
2. Prancis: 6,3 juta
3. Inggris: 3,8 juta
4. Italia: 3,7 juta
5. India: 3,4 juta kasus
Total vaksinasi di dunia mencapai 9,7 miliar dosis.
Sementara, ada 186 ribu kematian terkait COVID-19 dalam 28 hari terakhir, dan total seluruhnya ada 5,5 juta yang meninggal.
Di Asia Tenggara, Vietnam dan Filipina mencatat kasus baru tertinggi dengan 489 ribu dan 455 ribu kasus selama 28 hari.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
WHO Minta Jangan Sepelekan Omicron
Pemimpin WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan agar negara-negara tidak lengah terhadap pandemi COVID-19. Kehadiran varian Omicron yang "lebih ringan" juga diminta jangan diremehkan.
"Narasi bahwa itu adalah penyakit yang ringan adalah menyesatkan," ujar Dr. Tedros, dikutip BBC, Rabu (19/1).
Selain itu, Dr. Tedros mengingatkan bahwa dalam seminggu terakhir ada 18 juta kasus COVID-19 baru di Eropa akibat varian ini.
"Jangan salah, Omicron menyebabkan hospitalisasi dan kematian, dan bahkan kasus-kasus yang tak terlalu parah menyulitkan fasilitas-fasilitas kesehatan," lanjut pemimpin WHO.
Dr. Tedros turut mengingatkan kepada para pemipin-pemimpin dunia bahwa laju kasus baru Omicron bisa memicu hadirnya varian-varian baru.
"Dengan perkembangan luar biasa dari Omicron secara global, varian-varian baru kemungkinan besar akan muncul, itulah mengapa melacak dan memeriksa masih merupakan hal kritis," kata Dr. Tedros.
Advertisement