Liputan6.com, Jakarta - Pengobatan untuk infeksi Virus Corona COVID-19 hingga kini masih terus bergulir. Terbaru, sejumlah uji laboratorium pada senyawa ganja atau cannabidiol (CBD) dalam melawan virus tersebut menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Kendati demikian, para peneliti mengingatkan bahwa penelitian awal yang diperkirakan dapat membantu mencegah atau mengobati COVID-19 itu masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut melalui uji klinis yang ketat.
Baca Juga
"Temuan kami tidak mengatakan ini akan berhasil pada pasien. Temuan kami membuat kasus yang signifikan untuk uji klinis," kata Marsha Rosner dari University of Chicago seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (27/1/2022).
Advertisement
Marsha Rosner adalah kepala tim peneliti yang menemukan kecenderungan CBD dapat membantu mengekang SARS-CoV-2 dalam sel yang terinfeksi dalam suatu percobaan laboratorium.
Ini yang Dilakukan Saat Penelitian
Dalam penelitian tersebut, tim menggunakan dosis kecil senyawa ganja CBD yang sangat murni yang mendekati apa yang diterima pasien dalam obat oral untuk epilepsi parah. Rosner dan rekannya menemukan bahwa senyawa ganja CBD tidak mencegah Virus Corona menginfeksi sel dalam tabung reaksi.
Sebaliknya, senyawa ganja CBD segera beraksi ketika virus memasuki sel. Senyawa ganja tersebut menghalangi jalannya virus dengan membuat salinan dirinya sendiri sebagian melalui efek pada interferon protein inflamasi. Mereka menemukan efek serupa pada tikus yang terinfeksi, menurut laporan Science Advances.
Ketika mereka mengamati sekelompok orang dewasa dengan epilepsi parah, para peneliti menemukan bahwa mereka yang menggunakan senyawa ganja CBD yang disetujui memiliki tingkat infeksi COVID-19 yang lebih rendah. Namun jika melihat ke belakang, terdapat sejumlah kecil pasien tidak memberikan informasi yang meyakinkan. Hanya uji klinis acak yang bisa melakukan itu, kata Rosner.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penelitian Terpisah
Sebuah tim terpisah baru-baru ini melaporkan dalam Journal of Natural Products bahwa dosis tinggi cannabigerol (CBG) dan cannabidiolic acid (CBDA) mencegah Virus Corona membobol sel.
Richard van Breemen dari Oregon State University mengatakan kepada Reuters bahwa dosis yang diuji timnya tidak beracun bagi sel. Belum jelas apakah dosis tinggi yang sama akan aman bagi manusia, kata timnya.
Produk CBD telah tersedia secara luas dalam berbagai bentuk dan telah disebut-sebut - seringkali tanpa bukti dari uji klinis - sebagai pengobatan untuk rasa sakit dan penyakit lainnya.
Uji coba CBD kecil pada manusia yang terinfeksi COVID-19 sedang berlangsung.
Tim Rosner sedang menjajaki kemungkinan uji klinis yang kemungkinan akan fokus pada kasus COVID tanpa gejala atau ringan. Sementara itu, dia khawatir bahwa laporan media yang melebih-lebihkan potensi cannabinoid akan mengarahkan orang untuk mengobati sendiri dengan CBD, berhenti menggunakan masker dan menghindari vaksin.
"Kami akan senang untuk dapat mengatakan secara khusus" bahwa dosis cannabinoid tertentu sangat membantu, katanya, tetapi pada titik ini, "antibodi yang diinduksi vaksin dan obat antibodi jauh lebih efektif dalam memblokir infeksi," tukasnya.
Advertisement