Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia dilaporkan akan mengirim pasukan ke daerah-daerah separatis Ukraina, yakni Donetsk dan Luhansk. Presiden Vladimir Putin telah resmi mengakui kedaulatan dua daerah tersebut sebagai republik.
Menurut laporan BBC, Selasa (22/2/2022), Presiden Vladimir Putin mengaku pasukannya untuk menjaga perdamaian. Langkah Putin tersebut memicu kecaman dari NATO dan para pemimpin dunia.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden AS Kamala Harris telah menyorot ancaman invasi Rusia. Pandangan serupa diberikan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Apabila pasukan Rusia benar-benar masuk ke daerah tersebut, maka Ukraina telah benar-benar dikepung Rusia dari tiga penjuru: timur, tenggara, dan utara.
Sebelumnya, Ukraina sudah lebih dahulu mencaplok Semenanjung Krimea di tenggara Ukraina. Wilayah itu juga berbatasan langsung dengan Ukraina.Â
Akhir 2021, Rusia juga sudah membawa pasukannya ke Belarusia untuk "latihan." Posisi Belarusia tepat di sebelah utara ibu kota Ukraina, Kyiv. Hal itulah yang memicu kekhawatiran invasi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peta Pangkalan Militer Rusia
CNN melaporkan bahwa setidaknya ada empat lokasi kehadiran militer Rusia di Belarusia: dua dekat kota Mazyr, satu di kota Homel, dan satu lagi di antara dua kota tersebut.
Kedua kota itu berada dekat perbatasan Ukraina. Jarak Homel menuju Kyiv sekitar 260 km, kurang-lebih seperti jarak Jakarta menuju Tegal.
Pada 10 Februari 2022, pencitraan satelit juga memantau adanya pasukan dan perlengkapan-perlengkapannya di lapangan udara Oktyabrskoye di Ukraina.
Ada juga beberapa kapal perang Rusia yang hadir di Sevastopol, pelabuhan utama Krimea. Kementerian Pertahanan Rusia memposting foto enam kapal pendarat amfibi.
Angkatan Laut Ukraina berkata bahwa Rusia sedang memiliterisasi wilayah Laut Hitam. Namun, Ukraina mengaku siap untuk menghadapi perkembangan situasi dan provokasi demi melindungi negara mereka dari laut.
Â
Advertisement