, New York - PBB akan mengalokasikan US$20 juta atau Rp 287 miliar demi mendukung operasi darurat di sepanjang jalur konflik Ukraina. Selain itu, para pemimpin Bank Dunia dan IMF memperingatkan dampak global bagi pemulihan ekonomi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa PBB dan mitra kemanusiaannya "berkomitmen untuk tinggal dan memberikan dukungan pada orang-orang di Ukraina pada saat mereka membutuhkan … terlepas dari siapa atau di mana mereka berada.”
Baca Juga
"Dengan jumlah kematian yang meningkat, kami melihat wajah ketakutan, kesedihan, dan teror di setiap sudut Ukraina,” kata Sekjen PBB itu. "Orang-orang yang tidak bersalah, selalu membayar dengan harga tertinggi.”
Advertisement
Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan US$20 juta dari Dana Tanggap Darurat Pusat PBB akan mendukung operasi darurat di sepanjang jalur kontak di Donetsk timur, Luhansk, dan daerah lain di negara itu, serta akan "membantu perawatan kesehatan, tempat tinggal, makanan, air, dan sanitasi untuk orang-orang yang paling rentan terkena dampak konflik.”
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) PBB, David Beasley, menyatakan keprihatinan atas potensi dampak konflik terhadap akses pangan bagi warga sipil di daerah konflik, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (26/2/2022).
Tim WFP yang ada di lapangan siap untuk membantu "asalkan diberikan akses dan tersedia sumber daya,” katanya. "Kami mengimbau semua pihak untuk memastikan bahwa komunitas yang terkena dampak memiliki akses ke dukungan kemanusiaan apa pun yang mungkin mereka butuhkan dan keselamatan staf kemanusiaan di lapangan dijamin.”
Sementara itu, Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Peter Maurer, mengatakan "intensifikasi dan penyebaran konflik berisiko menimbulkan skala kematian dan kehancuran yang menakutkan untuk direnungkan, mengingat kapasitas militer yang sangat besar yang terlibat.”
Prioritas ICRC adalah membantu mereka yang membutuhkan. Pekan ini, ICRC mengirimkan 3.000 liter air ke Rumah Sakit Dokuchaevsk yang dikuasai pemberontak dan 7.000 liter ke kota Donetsk, serta mengunjungi fasilitas penahanan untuk membantu meningkatkan kebersihan dan nutrisi.
Antonio Viitorino, Direktur Jenderal Kantor Internasional PBB untuk Migrasi (IOM), mengatakan konflik delapan tahun di Ukraina telah menelantarkan lebih dari 1,4 juta orang yang sekarang bergantung pada bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
"Eskalasi ini hanya akan memperpanjang kebutuhan kemanusiaan dan menambah penderitaan jutaan keluarga,” katanya. Ia menekankan bahwa IOM berkomitmen untuk berada di Ukraina dan akan terus "beroperasi secara netral dan tidak memihak.”
IMF Ingatkan Dampak Global dari Perang Ukraina
Para pemimpin Bank Dunia dan IMF pada Kamis (24/02) mengisyaratkan bahwa mereka siap membantu Ukraina, seraya memperingatkan dampak global bagi pemulihan ekonomi akibat invasi Rusia.
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan dia "sangat prihatin" atas dampak serangan terhadap rakyat Ukraina dan memperingatkan dalam sebuah cuitan bahwa konflik itu "menambah risiko ekonomi yang signifikan bagi kawasan dan dunia." Dana Moneter Internasional terus menilai dampak ekonomi, tetapi akan "siap untuk mendukung anggota kami sesuai kebutuhan," tambahnya.
Pemberi pinjaman krisis yang berbasis di Washington sedang dalam proses pembicaraan penyaluran bantuan $2,2 miliar untuk Ukraina di bawah program pinjaman yang akan berakhir pada Juni 2022. Georgieva mengatakan dana tersebut dapat digunakan sebagai bantuan untuk negara-negara lain yang terkena dampak konflik, jika diperlukan.
Di Twitter, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan dia "sangat sedih dan ngeri melihat perkembangan kehancuran di Ukraina, ini memiliki dampak ekonomi dan sosial yang luas."
Dia menambahkan bahwa pemberi pinjaman pembangunan yang berbasis di Washington "sedang mempersiapkan opsi untuk dukungan besar kepada rakyat Ukraina dan kawasan, termasuk dukungan anggaran segera."
Selain itu, konflik Ukraina juga dapat mengubah kalkulus Federal Reserve dalam memerangi inflasi di Amerika Serikat, kata seorang pejabat bank sentral. Pada Maret 2022, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak COVID-19 merebak.
Loretta Mester, Presiden Cleveland Federal Reserve Bank, mengatakan bank sentral AS akan memantau dampak konflik terhadap ekonomi terbesar dunia itu.
"Implikasi dari situasi yang sedang berlangsung di Ukraina untuk prospek ekonomi jangka menengah di AS juga akan menjadi pertimbangan dalam menentukan langkah yang tepat untuk menghapus akomodasi," katanya dalam sebuah pidato.
Advertisement