Liputan6.com, Jakarta Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan komando agar pasukan penangkal strategis bersiap di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Meski negaranya yang menjajah Ukraina, Putin mengaku gelisah dengan ucapan-ucapan NATO.
"Pejabat-Pejabat di negara-negara pimpinan NATO telah membuat pernyataan-pernyataan agresis terhadap negara kita. Atas alasan ini, saya memberikan perintah kepada menteri pertahanan dan kepala Staf Umum untuk memberlakukan rezim tugas tempur spesial pada pasukan penangkal tentara Rusia," ujar Vladimir Putin, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Minggu (27/2).
Advertisement
Baca Juga
Dijelaskan oleh TASS bahwa tugas pasukan penangkal (deterrence force) adalah mengalahkan musuh-musuh Rusia dengan berbagai jenis senjata, termasuk nuklir. Pasukan itu tergabung dalam Pasukan Ofensif Strategis (Strategic Offensive Force) dan Pasukan Defensif Strategis (Strategic Defensive Force).
Senjata-senjata yang dimiliki SOF termasuk misil interkontinental dan senjata jarak jauh dengan akurasi tinggi.
Sementara, komponen kunci di SDF adalah pertahanan aerospace, termasuk sistem peringatan serangan misil, sistem pemantau luar angkasa, dan pertahanan misil, luar angkasa, dan udara.Â
Rusia memiliki militer terkuat nomor dua di dunia menurut Global Firepower.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mulai Terganggu dengan Sanksi
Sanksi-sanksi yang diberikan negara-negara barat juga mulai menganggu Presiden Vladimir Putin. Pemberian sanksi berfokus kepada ekonomi Rusia.Â
Aksi-aksi itu dinilai tak bersahabat oleh Vladimir Putin.Â
"Saya mereferensi pada sanksi-sanksi tak sah yang sudah diketahui oleh semua orang," ujar Putin.Â
Rusia masih belum selesai menginvasi Ukraina. Awalnya, Rusia mengaku hanya latihan di Belarusia, namun kemudian berlanjut menjadi invasi.Â
Â
Baca juga: tiga kebohongan Rusia sebelum invasi
Â
Advertisement