Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus pada Minggu (6 Maret) menolak penggunaan istilah "operasi militer khusus" oleh Rusia untuk invasinya ke Ukraina, dengan mengatakan negara itu sedang dihantam perang dan mendesak segera diakhirinya pertempuran.
"Di Ukraina, sungai darah dan air mata mengalir. Ini bukan hanya operasi militer tetapi perang yang menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan," kata Paus dalam khotbah mingguannya kepada orang banyak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (7/3/2022).
Baca Juga
Komentar tersebut adalah yang paling kuat yang pernah disampaikan oleh Paus tentang kekerasan tersebut meskipun, seperti yang terjadi selama konflik, dia tidak mengutuk Rusia dengan menyebut namanya.
Advertisement
Sebaliknya, ia mengulangi seruannya untuk perdamaian, penciptaan koridor kemanusiaan dan kembalinya negosiasi.
"Perang itu gila, tolong hentikan," tegas Paus.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Upaya Paus Fransiskus
Sehari setelah Rusia melancarkan invasi, Fransiskus pergi sendiri ke kedutaan Rusia untuk menyampaikan keprihatinannya - suatu penyimpangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari protokol diplomatik biasa.
Rusia mengatakan operasi militernya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai penguasa nasionalis yang berbahaya.
Lebih banyak orang dari biasanya berkumpul di depan Basilika Santo Petrus pada hari Minggu, beberapa memegang bendera perdamaian multi-warna serta bendera biru dan kuning Ukraina.
"Takhta Suci bersedia melakukan segalanya untuk menempatkan dirinya dalam pelayanan perdamaian," kata Paus, seraya menambahkan bahwa dua kardinal Katolik Roma telah pergi ke Ukraina untuk membantu mereka yang membutuhkan - Konrad Krajewski dari Polandia dan Michael Czerny dari Kanada.
Andriy Yurash, duta besar Ukraina untuk Vatikan, mengatakan kepada Reuters bahwa dia "sangat, sangat senang" bahwa Fransiskus menyebut konflik itu sebagai perang.
"Bahkan jika paus tidak mengucapkan kata 'Rusia', semua orang di dunia tahu siapa agresor yang menyerang kita dan siapa yang memulai perang tak beralasan ini," katanya.
Paus juga mengucapkan terima kasih kepada wartawan yang meliput pertempuran meskipun ada bahaya, untuk melaporkan kekejaman dan penderitaan yang dialami.
Advertisement