Paus Fransiskus: Lautan Darah Terjadi dalam Perang Rusia-Ukraina

Paus Fransiskus menggambarkan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan terjadinya lautan darah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 07 Mar 2022, 08:31 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2022, 08:31 WIB
FOTO: Paus Fransiskus Pimpin Misa Malam Paskah Tanpa Jemaat
Paus Fransiskus menyampaikan pesan saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Paus mengatakan bahwa ketakutan orang-orang saat ini sama seperti ketakutan para pengikut Yesus sehari usai diri-Nya disalibkan. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus pada Minggu (6 Maret) menolak penggunaan istilah "operasi militer khusus" oleh Rusia untuk invasinya ke Ukraina, dengan mengatakan negara itu sedang dihantam perang dan mendesak segera diakhirinya pertempuran.

"Di Ukraina, sungai darah dan air mata mengalir. Ini bukan hanya operasi militer tetapi perang yang menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan," kata Paus dalam khotbah mingguannya kepada orang banyak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (7/3/2022).

Komentar tersebut adalah yang paling kuat yang pernah disampaikan oleh Paus tentang kekerasan tersebut meskipun, seperti yang terjadi selama konflik, dia tidak mengutuk Rusia dengan menyebut namanya.

Sebaliknya, ia mengulangi seruannya untuk perdamaian, penciptaan koridor kemanusiaan dan kembalinya negosiasi.

"Perang itu gila, tolong hentikan," tegas Paus.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Upaya Paus Fransiskus

Paus Fransiskus tiba untuk merayakan misa penutupan Kongres Ekaristi Internasional, di Lapangan Pahlawan Budapest, Minggu, 12 September 2021
Paus Fransiskus tiba untuk merayakan misa penutupan Kongres Ekaristi Internasional, di Lapangan Pahlawan Budapest, Minggu, 12 September 2021 (AP Photo)

Sehari setelah Rusia melancarkan invasi, Fransiskus pergi sendiri ke kedutaan Rusia untuk menyampaikan keprihatinannya - suatu penyimpangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari protokol diplomatik biasa.

Rusia mengatakan operasi militernya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai penguasa nasionalis yang berbahaya.

Lebih banyak orang dari biasanya berkumpul di depan Basilika Santo Petrus pada hari Minggu, beberapa memegang bendera perdamaian multi-warna serta bendera biru dan kuning Ukraina.

"Takhta Suci bersedia melakukan segalanya untuk menempatkan dirinya dalam pelayanan perdamaian," kata Paus, seraya menambahkan bahwa dua kardinal Katolik Roma telah pergi ke Ukraina untuk membantu mereka yang membutuhkan - Konrad Krajewski dari Polandia dan Michael Czerny dari Kanada.

Andriy Yurash, duta besar Ukraina untuk Vatikan, mengatakan kepada Reuters bahwa dia "sangat, sangat senang" bahwa Fransiskus menyebut konflik itu sebagai perang.

"Bahkan jika paus tidak mengucapkan kata 'Rusia', semua orang di dunia tahu siapa agresor yang menyerang kita dan siapa yang memulai perang tak beralasan ini," katanya.

Paus juga mengucapkan terima kasih kepada wartawan yang meliput pertempuran meskipun ada bahaya, untuk melaporkan kekejaman dan penderitaan yang dialami.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer:

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya