Liputan6.com, Jakarta - Aksi pencurian terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Para tentara Rusia dituding mencuri barang-barang milik warga Ukraina untuk dibawa pulang.
Duta Besar Ukraina di Indonesia, Dr. Vasyl Haimanin, menjelaskan bahwa tentara Rusia masuk ke rumah warga-warga sipil yang berlokasi di kota-kota kecil.
Advertisement
Baca Juga
"Rusia sampai sekarang masih gagal menguasai kota-kota besar, lalu apa yang mereka lakukan di kota-kota kecil dan desa-desa? Mereka masuk ke toko, ke dalam rumah-rumah warga sipil, dan mencuri apapun yang ada: perhiasan, telepon genggam, peralatan, mobil, makanan. Itulah yang mereka lakukan," ujar Dubes Ukraina Vasyl Hamianin di konferensi pers virtual, Selasa (22/3/2022).
Dubes Ukraina menilai tindakan seperti itu tidak mencerminkan tentara, melainkan pencuri.
Korban jiwa dari invasi Rusia masih terus bertambah. Lebih dari 100 anak-anak sudah menjadi korban. Dubes Ukraina berkata sekitar tiga juta orang sudah mengungsi.
Dua anak Dubes Ukraina yang masih remaja juga beberapa hari lalu tiba di Indonesia, namun banyak anggota keluarganya yang lain lebih memilih menetap di Ukraina.
"Mereka ingin menetap bersama negara, bersama rakyat," ujar Dubes Ukraina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Usulan Perdamaian
Sebelumnya dikabarkan dalam forum General Debate 144th Assembly of the Inter Parliamentary Union (IPU), proposal usulan Selandia Baru mengenai Resolusi konflik Rusia-Ukraina mendapat suara terbanyak sebagai emergency item. Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyebut usulan dari Selandia Baru prinsipnya sama seperti semangat perdamaian yang diusung Indonesia.
Proposal emergency item dari Selandia Baru mendapat suara paling banyak dalam voting delegasi-delegasi IPU yang digelar di Bali International Convention Centre (BICC) Nusa Dua, Bali, Senin (21/3/2022) malam WIB.
"Majelis ke-144 IPU dilaksanakan di tengah situasi konflik antara Rusia dan Ukraina sehingga semua usulan emergency item yang masuk terkait dengan perang yang terjadi di Ukraina," kata Puan, Selasa (22/3/2022).
Dalam usulan emergency item ini, Indonesia mencoba menawarkan alternatif melalui pendekatan jalan tengah. Indonesia sekali lagi mengingatkan dunia bahwa IPU dibangun di atas landasan dialog dan diplomasi parlemen.
"Sehingga dalam menangani konflik ini pendekatan diplomasi dengan melibatkan parlemen harus dikedepankan. Aspek humanitarian juga menjadi salah satu fokus. Penanganan konflik harus mengedepankan keselamatan masyarakat sipil terutama perempuan dan anak-anak," jelas Puan.
Sementara itu dalam pengajuan emergency item, Selandia Baru menyampaikan bahwa narasi usulan mereka merupakan kombinasi antara dua usulan yang masuk sebelumnya. Delegasi Selandia Baru dalam argumennya mengatakan mengadopsi beberapa poin usulan yang dikemukakan Indonesia. Dalam naskah yang dibagikan ke delegasi Majelis IPU ke-144 terdapat beberapa kesamaan dengan naskah usulan Indonesia terutama mengenai humanitarian corridor dan aspek penanganan pengungsi lainnya akibat perang.
"Proposal Indonesia tidak menunjukkan adanya kecaman terhadap salah satu pihak. Puan mengatakan, usulan dari Indonesia membawa dinamika di sidang IPU," katanya.
"Usulan Indonesia mampu memecah voting dan menghalangi adopsi secara aklamasi dari emergency item usulan Ukraina, yang dianggap sebagian pihak berat sebelah," jelas perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Advertisement