Identitas Anak Vladimir Putin Terkuak Usai AS Jatuhkan Sanksi Terhadap Rusia

Dua nama yang identitasnya dirilis oleh AS adalah putri Presiden Vladimir Putin dari mantan istrinya Lyudmila

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Apr 2022, 19:40 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2022, 19:40 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Mikhail Klimentyev/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin selalu menjaga identitas keluarganya. Dia belum menamai putrinya secara terbuka ke publik.

Tetapi Katerina Tikhonova (35) dan Maria Vorontsova (36), kini telah disebutkan dalam putaran terakhir sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia.

Keduanya adalah putri Presiden Vladimir Putin dari mantan istrinya Lyudmila, demikian dikutip dari laman BBC, Kamis (7/4/2022).

Anak sulung mereka, Maria Vorontsova, lahir pada 1985. Ia belajar biologi di Universitas St Petersburg dan kedokteran di Universitas Negeri Moskow.

Vorontsova sekarang menjadi akademisi, yang berspesialisasi dalam sistem endokrin. Dia juga seorang pengusaha.

BBC Rusia mengidentifikasi dia sebagai salah satu pemilik perusahaan yang berencana membangun pusat medis besar-besaran

Adiknya, Katerina Tikhonova, telah jauh lebih di mata publik. Dia adalah seorang penari rock 'n' roll - dia dan pasangannya berada di urutan kelima di sebuah acara internasional pada tahun 2013.

Tikhonova sekarang berkecimpung di dunia akademis dan bisnis. Dia membuat penampilan singkat di media pemerintah Rusia pada tahun 2018 untuk berbicara tentang neuroteknologi dan juga di forum bisnis pada tahun 2021.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Swiss Bekukan Aset Vladimir Putin dan Menterinya

Banner Infografis Putin Akan Hadiri KTT G20 Bali di Tengah Invasi ke Ukraina. (Sumber Foto: AP Photo)
Banner Infografis Putin Akan Hadiri KTT G20 Bali di Tengah Invasi ke Ukraina. (Sumber Foto: AP Photo)

Swiss, negara yang menjadi pusat utama penyimpanan kekayaan populer di kalangan oligarki Rusia, melanggar tradisi 'netralitasnya' dengan memberikan sanksi kepada Negeri Beruang Merah.

Pemerintah Swiss akan mengadopsi sanksi Uni Eropa yang dikenakan setelah invasi ke Ukraina dan segera membekukan aset milik Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dikutip dari laman CNN, tak hanya Putin, sejumlah pejabat seperti Perdana Menteri Mikhail Mishustin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov juga masuk dalam daftar.

"Kami berada dalam situasi yang luar biasa," kata Presiden Swiss Ignazio Cassis kepada wartawan.

Negara itu akan menutup wilayah udaranya untuk penerbangan dari Rusia dan memberlakukan larangan masuk terhadap sejumlah individu yang memiliki koneksi ke Swiss dan dekat dengan presiden Rusia, kata pemerintah.

"Serangan militer Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap negara Eropa yang berdaulat adalah faktor penentu dalam keputusan Dewan Federal Swiss untuk mengubah sikap sebelumnya mengenai sanksi," tambahnya.


Balasan Rusia

Serangkaian Senjata Nuklir Terbaru Rusia Diuji Coba
Kendaraan hipersonik Avangard saat peluncuran di lokasi yang tidak diungkapkan di Rusia. Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia telah mengembangkan serangkaian senjata nuklir baru. (RU-RTR Russian Television via AP)

Dalam langkah pembalasan, badan transportasi udara Rusia mengumumkan Selasa bahwa mereka telah menutup wilayah udaranya ke Swiss.

Swiss menghadapi tekanan yang semakin besar untuk bergabung dengan kekuatan Barat lainnya dan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Swiss telah lama berusaha untuk menjaga netralitas, dan negara itu telah menjadi tuan rumah banyak pembicaraan damai dan negosiasi antara musuh geopolitik.

Ia juga memiliki industri perbankan yang melayani banyak orang terkaya di dunia.


Harga Emas Naik karena Kemungkinan Sanksi Lebih Besar ke Rusia

Menitip emas
Menitip emas (sumber: Pixabay)

Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Mendorong kenaikan harga emas karena investor memburu aset safe haven.

Hal ini terjadi karena dua hal. Pertama karena Negara Barat berencana untuk memberlakukan lebih banyak sanksi ke Rusia atas invasi ke Ukraina. Kedua karena angka inflasi yang lebih tinggi.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot naik 0,4 persen ke level USD 1.932,78 per ons pada pukul 14.32 ET. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,5 persen ke level USD 1.934 per ons.

Harga emas naik pada perdagangan Senin karena investor masuk ke aset safe haven. Namun kenaikan tersebut memang tidak terlalu tinggi karena terhadang penguatan dolar AS dan keaikan imbal hasil obligasi AS.

Potensi kenaikan inflasi sangat besar karena adanya perlambatan pengiriman barang dari China. Hal ini bisa terjadi karena negara tersebut tengah menjalankan kebijakan lockdown.

Selain itu, analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan bahwa masalah Ukraina juga masih menjadi pendorong investor mengoleksi instrumen lindung nilai.

Kemarahan global menyebar pada hari Senin atas pembunuhan warga sipil di Ukraina Utara dan tampaknya akan membuat negara Barat menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Moskow, yang mungkin dapat berpengaruh ke ekspor energi Rusia.

Infografis Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina
Infografis Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya