Putin Remehkan Ancaman Barat dan Akui Upaya Damai dengan Ukraina Temui Jalan Buntu

Putin mengatakan Rusia tidak punya pilihan selain berperang karena harus membela penutur bahasa Rusia di Ukraina timur.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2022, 10:00 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Mikhail Klimentyev/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (12/4) bahwa pembicaraan damai dengan Ukraina menemui jalan buntu. Hal itu merupakan komentar pertamanya tentang konflik Rusia-Ukraina dalam lebih dari seminggu. Ia bersumpah pasukannya akan menang dan meremehkan Barat karena gagal mendepak Moskow dari kancah dunia internasional.

Putin memberikan komentar perang di depan umum untuk pertama kalinya sejak pasukan Rusia mundur dari Ukraina utara setelah mereka dihentikan di gerbang masuk menuju Kyiv. Ia berjanji bahwa Rusia akan mencapai semua tujuan "mulianya" di Ukraina.

Di tengah adanya sinyal bahwa perang akan berlangsung lebih lama, Putin mengatakan Kyiv telah menggagalkan upaya pembicaraan damai. Ukraina, katanya, memberikan klaim palsu atas kejahatan perang Rusia dan menuntut jaminan keamanan untuk menutupi seluruh Ukraina.

"Kami kembali ke situasi buntu bagi kami," kata Vladimir Putin, pemimpin tertinggi Rusia sejak 1999, dalam jumpa pers saat berkunjung ke Vostochny Cosmodrome 5.550 km timur Moskow, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (13/4/2022).

Rusia akan "secara berirama dan tenang" melanjutkan operasinya tetapi kesimpulan strategis yang paling penting adalah bahwa tatanan internasional unipolar yang telah dibangun Amerika Serikat setelah Perang Dingin mulai goyah, kata Putin.

Putin mengatakan Rusia tidak punya pilihan selain berperang karena harus membela penutur bahasa Rusia di Ukraina timur dan mencegah bekas tetangga Sovietnya menjadi batu loncatan anti-Rusia bagi musuh Moskow.

Barat telah mengutuk perang itu sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran yang brutal yang menargetkan negara berdaulat. Ukraina mengatakan sedang berjuang untuk bertahan hidup setelah Putin mencaplok Krimea pada 2014 dan pada 21 Februari 2022 mengakui dua wilayah pemberontaknya sebagai negara berdaulat.

Putin meremehkan sanksi Barat dengan mengatakannya sebagai kegagalan, meski sanksi-sanksi tersebut telah mendorong Rusia ke jurang resesi terburuk sejak tahun-tahun setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991.

"Blitzkrieg (metode serangan-red) yang diperhitungkan musuh kita tidak berhasil," kata Putin. "Amerika Serikat siap bertarung dengan Rusia sampai Ukraina terakhir - begitulah adanya."

Putin, muncul di mana-mana di televisi Rusia pada hari-hari awal perang, tetapi belakangan sering kali mundur dari pandangan publik sejak penarikan pasukan Rusia dari Ukraina utara dua minggu lalu.​

Satu-satunya penampilan publiknya dalam seminggu terakhir adalah di pemakaman seorang anggota parlemen nasionalis, di mana dia tidak secara langsung berbicara tentang perang. Pada Senin ia bertemu dengan kanselir Austria di sebuah kediaman pedesaan di luar Moskow tetapi tidak ada gambar dari pertemuan itu yang dirilis.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tragedi ‘Bucha Palsu’

Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Putin menolak klaim Ukraina dan Barat bahwa Rusia telah melakukan kejahatan perang dan menyebut hal itu sebagai berita palsu.

Sejak pasukan Rusia menarik diri dari kota-kota dan desa-desa di sekitar Ibu Kota Ukraina Kyiv, pasukan Ukraina telah menunjukkan kepada wartawan mayat-mayat yang mereka katakan adalah warga sipil yang dibunuh oleh pasukan Rusia, rumah-rumah yang hancur dan mobil-mobil yang terbakar.

Reuters melihat mayat di kota Bucha tetapi tidak dapat memverifikasi secara independen siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Ukraina mengatakan Rusia bersalah atas genosida dan Presiden AS Joe Biden menuduh Putin melakukan kejahatan perang dan menyerukan dilakukan sidang pengadilan internasional.

Putin mengatakan dia telah mengatakan kepada para pemimpin Barat untuk berpikir sedikit tentang penghancuran yang dilakukan AS di Raqqa, Suriah, bekas Ibu Kota de facto kekhalifahan ISIS, dan di Afghanistan.

"Pernahkah Anda melihat bagaimana kota Suriah ini berubah menjadi puing-puing oleh pesawat Amerika? Mayat tergeletak di reruntuhan selama berbulan-bulan membusuk," kata Putin. "Tidak ada yang peduli. Tidak ada yang memperhatikan."

“Tidak ada keheningan seperti itu ketika provokasi dilancarkan di Suriah, ketika mereka menggambarkan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Assad. Kemudian ternyata itu palsu. Ini adalah jenis kepalsuan yang sama di Bucha.”

 


Senjata Kimia

Di utara Kiev, kota yang hancur muncul setelah Rusia pergi
Puing-puing mobil terlihat di alun-alun pusat Borodianka, barat laut Kiev, pada 4 April 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Saat pasukan Rusia mundur, kota kecil Borodianka, 50 km barat laut Kiev, menjadi reruntuhan. (Sergei SUPINSKY / AFP)

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia telah menemukan bahwa gas beracun digunakan berulang kali di Suriah, termasuk di Ghouta, pinggiran kota Damaskus yang dikuasai oposisi. Rusia keberatan dengan temuan yang melibatkan sekutunya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Washington dan sekutunya membantah telah menargetkan warga sipil dalam serangan udara 2017 di Raqqa, sebuah kota Suriah yang telah menjadi markas besar gerakan militan Negara Islam yang diperangi oleh koalisi pimpinan AS.

Putin, yang mengatakan Ukraina dan Rusia pada dasarnya adalah satu individu yang sama, menyebut perang itu sebagai konfrontasi yang tak terhindarkan dengan AS, yang dia tuduh mengancam Rusia dengan ikut campur di halaman belakangnya.

Enam puluh satu tahun sejak Yuri Gagarin dari Uni Soviet melejit ke dalam buku-buku sejarah dengan menjadi manusia pertama di luar angkasa, Putin membuat analogi antara keberhasilan luar angkasa Soviet dan pembangkangan Rusia hari ini.

"Sanksinya total, isolasinya lengkap tetapi Uni Soviet masih yang pertama di luar angkasa," katanya.

"Kami tidak bermaksud untuk diisolasi," tambah Putin. "Mustahil untuk mengisolasi siapa pun di dunia modern - terutama negara yang sangat luas seperti Rusia."


Putin Dicemooh Presiden Zelensky

FOTO: Usai Bertemu Putin, Emmanuel Macron Temui Presiden Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberi isyarat saat konferensi pers bersama Presiden Emmanuel Macron setelah pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, 8 Februari 2022. Volodymyr Zelensky berharap segera mengadakan pertemuan puncak dengan pemimpin Rusia, Prancis, dan Jerman. (Sergei SUPINSKY/AFP)

Moskow mengeluarkan pernyataan bahwa perang Rusia Ukraina berjalan dengan lancar. Mengetahui hal tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu 13 April 2022 justru mencemoohnya.

Mengutip Antara, disebutkan bahwa Zelensky juga mempertanyakan bagaimana Presiden Vladimir Putin dapat menyetujui rencana yang melibatkan begitu banyak warga Rusia yang meregang nyawa.

Vladimir Putin pada Selasa 12 April mengatakan bahwa Rusia akan mencapai semua tujuan 'luhur'-nya dan secara "berirama dan tenang" melanjutkan apa yang disebut sebagai operasi khusus.

Moskow menyebutkan informasi terbaru pada 24 Maret lalu bahwa sebanyak 1.351 tentara telah tewas sejak kampanye itu dimulai di Ukraina.

Ukraina mengatakan angka sebenarnya adalah nyaris 20.000 jiwa.

"Di Rusia, sekali lagi dikatakan bahwa apa yang mereka sebut dengan operasi khusus seharusnya sesuai rencana. Namun, sejujurnya, tidak ada seorang pun di dunia mengerti betapa rencana itu bisa terjadi," kata Zelensky dalam rekaman video.

"Bagaimana sebuah rencana yang mengatur kematian puluhan ribu tentara mereka sendiri dalam perang lebih dari sebulan dapat terjadi? Siapa yang menyetujui rencana seperti itu?," katanya.

Zelensky mempertanyakan berapa banyak tentara Rusia yang tewas dapat diterima oleh Putin seraya memberikan kisaran puluhan hingga ratusan ribu.

Moskow telah kehilangan lebih banyak manusia dalam 48 hari sejak perang dimulai daripada perang Afghanistan yang berlangsung 10 tahun dari 1979 hingga 1989, katanya.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya