Liputan6.com, D.C - Pesawat ruang angkasa Apollo 13 yang mengalami kerusakan parah dalam perjalanannya ke Bulan dengan aman kembali ke Bumi pada 17 April 1970.
Pada 11 April, misi pendaratan bulan berawak ketiga diluncurkan dari Florida, membawa astronot James A. Lovell, John L. Swigert dan Fred W. Haise, demikian seperti dikutip dari History, Minggu (17/4/2022).
Baca Juga
Misi itu menuju pendaratan di dataran tinggi Fra Mauro di Bulan.
Advertisement
Namun, dua hari dalam misi, bencana melanda 200.000 mil dari Bumi ketika tangki oksigen No. 2 meledak di pesawat ruang angkasa.
Swigert melaporkan kepada kontrol misi di Bumi, "Houston, kami memiliki masalah di sini," dan ditemukan bahwa pasokan normal oksigen, listrik, cahaya dan air telah terganggu.
Misi pendaratan dibatalkan, dan para astronot dan pengendali di Bumi bergegas untuk datang dengan prosedur darurat.
Pesawat ruang angkasa yang lumpuh melanjutkan ke bulan, mengelilinginya, dan memulai perjalanan panjang dan dingin kembali ke Bumi.
Â
Masalah Logistik yang Besar dalam Sebuah Misi Antariksa
Para astronot dan kontrol misi dihadapkan dengan masalah logistik yang sangat besar dalam menstabilkan pesawat ruang angkasa dan pasokan udaranya, serta menyediakan energi yang cukup untuk sel bahan bakar yang rusak untuk memungkinkan masuk kembali ke atmosfer Bumi.
Navigasi adalah masalah lain, dan jalur lintasan Apollo 13 berulang kali diperbaiki dengan manuver dramatis dan belum teruji.
Pada 17 April, tragedi berubah menjadi kemenangan ketika astronot Apollo 13 mendarat dengan selamat di Samudra Pasifik.
Advertisement