Pilpres Filipina: Anak Eks Diktator Marcos Jr Vs Wapres Leni Robredo, Siapa Unggul?

Pemilihan presiden Filipina berlangsung pada Senin 9 Mei 2022. ADa dua kandidat kuat yang bersaing memperebutkan kursi presiden menggantikan Rodrigo Duterte.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2022, 12:47 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2022, 12:39 WIB
Filipina Mulai Pemilihan Presiden Baru
Raul Bragais, 64, menunjukkan jari yang telah dicelup tinta usai menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Filipina di Quezon City, Senin (9/5/2022). Warga Filipina mulai memberikan suara untuk memilih presiden baru pada hari Senin, dengan putra mantan diktator yang digulingkan menjadi pesaing terkuat seorang pejuang reformasi dan hak asasi manusia. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan presiden Filipina berlangsung pada Senin 9 Mei 2022. Ada 10 kandidat yang bersaing memperebutkan kursi presiden menggantikan Rodrigo Duterte.

Namun, dua di antaranya yang bersaing ketat adalah Ferdinand Marcos Jr dan Leni Robredo. Marcos Jr merupakan merupakan anak dari Marcos, mantan diktator Filipina yang menjabat lebih dari 50 tahun lalu. Sedangkan Leni Robredo saat ini menjabat sebagai wakil presiden Filipina mendampingi Duterte.

Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilansir AFP, Marcos Jr memiliki pemilih dua kali lipat lebih banyak dibandingkan Leni Robredo. Menurut analis Eurasia Group, Peter Mumford, Marcos Jr memiliki kesempatan menang sebanyak 75 persen. Namun, angka tersebut tidak menjamin hasil pemilu.

Di balik keunggulan Marcos Jr dalam survei, beberapa aktivis hak asasi manusia, pemimpin gereja Katolik, dan analis politik khawatir Filipina bakal dipimpin dengan tinju yang lebih keras. Analis politik Richard Heydarian pun memperingatkan kemenangan Marcos Jr dapat membuat pria itu mengganti dasar hukum untuk memperkuat kekuasaan dan melemahkan demokrasi.

"Duterte tidak pernah menghukum orang dan menggunakan uang untuk menjalankan agenda otoriternya ke logika yang ekstrem. Namun, kemungkinan tersebut dapat digunakan keluarga Marcos."

Persaingan Marcos Jr dan Leni Robredo ini merupakan kali kedua dalam Pemilu Filipina. Pada 2016, Leni Robredo mengalahkan Marcos Jr. untuk jabatan wakil presiden. Kini Robredo berharap mengulang kesuksesan yang sama dalam Pilpres 9 Mei. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sosok Leni Robredo

Wakil Presiden Filipina Leni Robredo (kiri) dan Preside Rodrigo Duterte (kanan) tampil bersama dalam sebuah agenda di Manila (AFP Photo)
Wakil Presiden Filipina Leni Robredo (kiri) dan Preside Rodrigo Duterte (kanan) tampil bersama dalam sebuah agenda di Manila (AFP Photo)

Sebagai satu-satunya kandidat perempuan dari 10 calon presiden Filipina, Leni Robredo adalah rintangan terakhir dan sekaligus terbesar bagi Ferdinand Marcos Jr. dalam misinya menguasai Istana Malacanang.

Namun berbeda dengan pemilihan wakil presiden 2016 silam, kali ini Robredo harus melangkahi perbedaan suara yang lebih besar untuk bisa menyusul rival politiknya itu. Marcos Jr. diunggulkan kuat di berbagai jajak pendapat untuk memenangkan pemilu presiden.

Serangan bertubi-tubi dari Presiden Rodrigo Duterte, yang pernah menyebut Robredo sebagai perempuan "berotak kacau", dan kampanye sengit media sosial oleh Marcos Jr. Turut menggerogoti lonjakan popularitas sang kandidat progresif.

Janjinya "mengalahkan gaya politik yang kuno dan busuk," di sistem demokrasi yang dikuasai dinasti politik dan pengusaha, beresonansi dengan kelompok pro-demokrasi di Filipina. "Saya sering dianggap lemah karena saya seorang perempuan, tapi saya tidak pernah takut menghadapi tantangan," kata Robredo, Februari silam.

"Saya menawarkan kepemimpinan yang bisa dipercaya, kompeten, tekun dan bisa diandalkan. Anda tidak akan dibodohi, Anda tidak akan dirampok, Anda tidak akan ditinggalkan," kata dia. "Di 2022 ini, pejuang terakhir masih akan merupakan seorang perempuan."

 

Tragedi Mengarahkan Karir Politik

Filipina Mulai Pemilihan Presiden Baru
Warga Filipina mulai memberikan suara untuk memilih presiden baru pada hari Senin, dengan putra mantan diktator yang digulingkan menjadi pesaing terkuat seorang pejuang reformasi dan hak asasi manusia. (AP Photo/Aaron Favila)

Selama masa kampanye, Robredo banyak mengandalkan keuletan pendukungnya untuk berkeliling dari pintu ke pintu menjaring pemilih. Strategi tersebut terbukti berhasil mencuatkan elektabilitasnya dari posisi buncit ke peringkat kedua dengan 23 persen, di bawah Marcos Jr. Yang mengumpulkan 52 persen suara, dalam survey teranyar Pulse Asia.

Gaya kampanye Robredo mengingatkan orang kepada gerakan rakyat menyukseskan pencalonan bekas Presiden Corazon Aquino pada 1986, yang mengarah pada kejatuhan diktator Ferdinand Marcos.

Serupa Aquino yang kehilangan suaminya setelah dieksekusi mati oleh pemerintah pada 1983, Robredo juga mendasarkan karir politiknya pada tragedi pribadi. Jesse Robredo, bekas anggota kabinet bekas Presiden Beigno Aquino, meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat pada 2012.

Setelah Robredo dipilih sebagai wakil presiden 2016 silam, Marcos Jr. menghabiskan lima tahun di pengadilan untuk membatalkan kemenangan rivalnya itu. 

Dia sendiri banyak mendulang simpati setelah menggunakan anggarannya yang kecil sebagai wapres untuk memberi bantuan sosial bagi warga miskin, membiayai program pemberdayaan perempuan atau membantu korban bencana alam.

 

Bergantung pada Mobilisasi Pemilih

Filipina Mulai Pemilihan Presiden Baru
Warga Filipina mulai memberikan suara untuk memilih presiden baru pada hari Senin, dengan putra mantan diktator yang digulingkan menjadi pesaing terkuat seorang pejuang reformasi dan hak asasi manusia. (AP Photo/Aaron Favila)

Hubungannya dengan Presiden Duterte meregang sejak Robredo mengritik perang melawan narkoba yang dilancarkan pemerintah. Permusuhannya dengan Marcos Jr. juga semakin menguat ketika dia menolak usulannya memindahkan jenazah bekas diktatur Marcos ke taman makan pahlawan.

Sejumlah analis menilai Robredo tidak memiliki karakter sengit, seperti yang dituntut pemilih Filipina terhadap kandidat perempuan. Dia juga dikritik karena dinilai telat mendaftarkan pencalonan diri.

Marcos Jr. sebaliknya memperkuat pencalonannya dengan menjalin aliansi politik dengan klan Duterte, yakni dengan meminang putri tertua, Sara Duterte-Carpio, sebagai calon wakil presiden. 

Satu-satunya peluang bagi Robredo sebabnya bergantung pada tingkat partisipasi yang tinggi di kalangan pemilih progresif di Filipina. Dia mengajak pendukungya untuk "menyambut semua orang” dalam menjaring pemilih baru.

"Masa depan negeri ini berada di tangan kita,” kata dia.

Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran
Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya