Liputan6.com, Buffalo - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dijadwalkan berangkat ke kota Buffalo, New York. Kunjungan ini dilakukan usai peristiwa penembakan massal yang dilakukan seorang remaja laki-laki.
Presiden Biden menyebut penembakan itu adalah kejahatan kebencian dan dimotivasi oleh supremasi kulit putih dan ekstremisme berbahaya.
Baca Juga
"Kita semua harus bekerja bersama untuk menangani kebencian yang masih menodai jiwa Amerika," ujar Presiden Joe Biden, dikutip VOA, Selasa (17/5/2022).
Advertisement
Sekjen PBB juga ikut mengutuk peristiwa penembakan yang terjadi di Buffalo. Aksi itu dinilai tindakan rasis dan ekstremisme.
Usia penembak masih 18 tahun. Ia menembak 13 orang dan 11 di antaranya adalah kulit hitam.
Ia juga melakukan livestream penembakan tersebut dengan kamera helm miliknya. Remaja bernama Payton Gendron itu menembak 13 orang, dan 11 orang di antaranya adalah warga kulit hitam di AS.
Lokasi penembakan adalah Tops Friendly Market yang berada di lingkungan yang umumnya ditinggali warga kulit hitam. Gendron memilih menyerah ketika aparat datang ke lokasi.
Wali Kota Buffalo, Bryon Brown, mengaku sedih karena melihat pelaku yang datang dari rumahnya yang jauh hanya untuk membunuh warga kulit hitam.
"Tetapi kita adalah komunitas yang kuat, dan kita akan terus maju," ujar Bryon Brown yang merupakan wali kota kulit hitam pertama di Buffalo.
"Ini adalah komunitas yang mengalami pertumbuhan. Orang-orang berharap dan menunggu investasi dan pertumbuhan dan peluang. Kita tidak akan membiarkan ideologi kebencian menyetop progres yang kita lihat dan alami di kota Buffalo," ujarnya.
Brown pun meminta agar Kongres bisa membuat hukum untuk mengendalikan senjata api dengan lebih ketat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Motif Rasial
Mengutip VOA Indonesia, Senin (16/5), seorang remaja bersenjata yang mengenakan perlengkapan militer dan melakukan streaming langsung dengan kamera di helmnya, dilaporkan melepaskan tembakan dengan senapan di sebuah supermarket di Buffalo, New York.
Peristiwa penembakan di Buffalo itu digambarkan pihak berwenang sebagai "kekerasan ekstremisme bermotif rasial," yang menewaskan 10 orang dan melukai tiga lainnya Sabtu 14 Mei, kemudian penembak itu menyerah.
Pejabat polisi mengatakan pria bersenjata itu, Payton Gendron, remaja kulit putih berusia 18 tahun, mengenakan pelindung tubuh dan pakaian gaya militer ketika melepaskan tembakan di Tops Friendly Market sambil direkam melalui kamera yang dipasang di helm si penembak.
Gubernur New York, Kathy Hochul mengatakan, "Ini adalah komunitas saya. Saya mengenal komunitas ini dengan baik. Saya berjalan di jalan-jalan ini. Saya mengenal orang-perorang yang tinggal di sini, lingkungan yang indah dan akrab. Melihat rasa aman itu dihancurkan oleh seseorang, seorang supremasi kulit putih yang terlibat dalam aksi terorisme dengan cara yang berhati dingin, kejam, penuh perhitungan, eksekusi ala militer menarget orang-orang yang hanya ingin membeli bahan makanan di toko lingkungan, pasti akan kami tuntut!"
Gubernur Kathy Hochul berjanji melakukan tindakan agresif terhadap supremasi kulit putih dan mendesak media sosial untuk waspada dalam memantau isi di media.
Polisi mengatakankorban meninggal dalam penembakan supermarket Buffalo 11 di antaranya berkulit hitam dan dua lainnya berkulit putih.
Pasar swalayan itu berada di lingkungan dengan mayoritas penghuni berkulit hitam, beberapa kilometer di utara pusat Kota Buffalo.
Advertisement
Upaya Melawan Penembak
Payton Gendron, berasal dari Conklin, sebuah komunitas negara bagian New York, sekitar 330 kilometer tenggara kota Buffalo. Ia berkulit putih dan 11 dari 13 korban penembakan itu berkulit hitam.
Pihak berwenang mengatakan, ia melakukan penembakan itu pada Sabtu sore, dengan mengenakan perlengkapan militer dan merekamnya dengan kamera yang dipasang di helm. Akhirnya ia menjatuhkan senjatanya dan menyerah kepada polisi di dalam pasar swalayan Tops Friendly Market, yang terletak di lingkungan warga kulit hitam di kota yang berpenduduk lebih dari seperempat juta jiwa.
Mengutip Associated Press, Aaron Salter menjadi sosok pahlawan dalam peristiwa penembakan di supermarket Tops.
Ia adalah anggota komunitas dan penjaga keamanan tercinta yang mengenal pembeli di Supermarket Tops dengan nama. Ketika mereka diserang oleh seorang pria bersenjata dengan senapan, Salter langsung beraksi.
Pensiunan polisi Buffalo melepaskan tembakkan beberapa kali ke arah penyerang, mengenai rompi anti-pelurunya setidaknya sekali. Pelurunya tidak menembus, dan Salter, 55, tertembak dan terbunuh.
"Dia pahlawan sejati," kata Komisaris Polisi Buffalo Joseph Gramaglia, Minggu. “Bisa saja ada lebih banyak korban jika bukan karena tindakannya.”
Pasal Pembunuhan
Menggambarkan akibat dari serangan itu, seorang petugas polisi mengatakan kepada Buffalo News: "Ini seperti berjalan ke film horor, tapi semuanya nyata. Ini seperti Armageddon".
Kemudian pada hari Sabtu, Gubernur New York Kathy Hochul mengatakan tersangka adalah "supremasi kulit putih yang telah terlibat dalam aksi terorisme".
Ini adalah "eksekusi gaya militer yang menargetkan orang-orang yang hanya ingin membeli bahan makanan di toko lingkungan," katanya saat mengunjungi Buffalo.
Presiden AS Joe Biden, sementara itu, telah diberitahu tentang penembakan itu.
"Presiden dan ibu negara berdoa untuk mereka yang kehilangan dan untuk orang yang mereka cintai," kata pernyataan Gedung Putih.
Grady Lewis, yang menyaksikan serangan itu dari seberang jalan, mengatakan kepada media lokal bahwa dia melihat pria itu melepaskan tembakan.
"Saya melihat orang itu masuk, bergaya tentara, membungkuk, hanya menembaki orang-orang," katanya.
Advertisement