Uni Eropa Lanjutkan Rencana Hentikan Impor Energi Rusia

Inisiatif investasi Komisi Eropa itu dimaksudkan untuk membantu negara-negara Uni Eropa mulai berhenti menggunakan bahan bakar fosil Rusia tahun ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2022, 08:01 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2022, 08:01 WIB
Presiden Komisi Eropa di Uni Eropa: Ursula von der Leyen. Dok: Twitter Ursula von der Leyen @vonderleyen
Presiden Komisi Eropa di Uni Eropa: Ursula von der Leyen. Dok: Twitter Ursula von der Leyen @vonderleyen

Liputan6.com, Brussel - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen hari Rabu (18/5) mengatakan blok itu mulai mewujudkan ambisi untuk menjadi independen dari bahan bakar fosil Rusia ke “tingkat yang lain”, ketika ia mengumumkan rencana paket energi bernilai hampir 300 miliar euro atau sekitar 315 miliar dolar Amerika.

Inisiatif investasi Komisi Eropa itu dimaksudkan untuk membantu negara-negara Uni Eropa mulai berhenti menggunakan bahan bakar fosil Rusia tahun ini.

Inisiatif itu juga mencakup proposal untuk penggunaan bahan bakar yang lebih efesien dan peluncuran energi terbarukan yang lebih cepat, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (19/5/2022).

Tujuannya adalah mengambilalih pendapatan Rusia dari sektor energi yang bernilai puluhan miliar dan memperkuat kebijakan iklim Uni Eropa sesuai “Kesepakatan Hijau Eropa.”

“Hari ini kita melaksanakan ambisi kita ke tingkat lain untuk memastikan agar kita menjadi independen dari bahan bakar fossil Rusia sesegera mungkin. Semua bentuk pendekatan ini : REPowerEU. Jadi REPowerUI ini yang akan membantu kita menghemat lebih banyak energi, mempercepat penghapusan secara bertahap, dan yang terpenting adalah untuk memulai investasi pada skala baru. Jadi menurut saya ini akan mempercepat European Green Deal kami,” paparnya.

Rusia adalah pemasok utama minyak, gas alam dan batu bara Uni Eropa; yang menyumbang sekitar seperempat dari total energi blok tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Putin: Tinggalkan Energi Rusia, Eropa “Bunuh Diri Ekonomi”

FOTO: Rusia - Ukraina Memanas, Emmanuel Macron Temui Vladimir Putin di Moskow (SPUTNIK/AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

Impor energi Uni Eropa dari Rusia tahun lalu mencapai 99 miliar euro atau 62% dari pembelian barang-barang Rusia oleh blok itu.

Sehari sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sanksi negara-negara Barat terhadap pasokan energi Rusia adalah “bunuh diri ekonomi,” karena kebijakan itu hanya akan merugikan mereka sendiri.

Dalam sebuah pertemuan hari Selasa (17/5) Putin mengatakan di luar ambisi mereka dan tekanan hegemoni Amerika, pemberlakuan lebih banyak sanksi terhadap pasar minyak dan gas Rusia hanya akan menambah inflasi di Eropa.

Putin juga menuduh Barat telah melebih-lebihkan “kemampuan energi alternatif” dengan meremehkan sumber energi tradisional.

“Sangat jelas bahwa karena agenda politik internal, kemampuan energi alternatif telah dilebih-lebihkan, dan urgensi energi tradisional justru diremehkan," kata Putin.

Lebih jauh Putin mengatakan pasar minyak dunia telah mengalami perubahan “yang bersifat tektonik” atau naik turun dengan tajam.

“Dalam kondisi baru ini, ini bukan hanya soal memproduksi minyak, tetapi juga membangun seluruh rantai vertikal hingga akhirnya ke konsumen.”

 


Paket Sanksi Terhadap Rusia

Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)

Komisi Eropa pada 4 Mei lalu telah mengusulkan paket sanksi keenam terhadap Rusia, yang mencakup larangan penuh mengimpor minyak Rusia pada akhir tahun ini. Proposal itu membutuhkan persetujuan dari 27 anggota Uni Eropa. Sejauh ini beberapa negara anggota seperti Hungaria dan Slovakia menentang usul tersebut.

Von der Leyen juga mengumumkan proposal untuk investasi pertahanan bersama negara-negara Uni Eropa, juga proposal untuk pembuatan platform rekonstruksi internasional dan pinjaman bagi Ukraina bernilai sembilan miliar euro atau sekitar 9,5 miliar dolar Amerika guna membantu negara yang dikoyak perang itu.

Badan eksekutif Uni Eropa mengatakan bantuan keuangan makro dalam bentuk pinjaman ini akan dilengkapi dengan dukungan dari mitra-mitra lain, termasuk negara-negara dari kelompok ekonomi utama G7.

Uni Eropa mengatakan pihaknya telah memobilisir sekitar 4,1 miliar euro atau 4,3 juta dolar Amerika untuk mendukung Ukraina.


Putin Beri Peringatan Soal Intervensi Asing Terkait Perang Rusia-Ukraina

Vladimir Putin terlihat menggigit bibirnya pada misa tengah malam di Moskow. foto: AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat menggigit bibirnya pada misa tengah malam di Moskow. (AFP)

Setiap negara yang mencoba untuk campur tangan dalam perang Ukraina akan menghadapi tanggapan "secepat kilat", Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan.

"Kami memiliki semua alat yang tidak dapat dibanggakan oleh siapa pun ... kami akan menggunakannya jika perlu", katanya, dalam apa yang dilihat sebagai referensi untuk rudal balistik dan senjata nuklir. Demikian seperti dilansir dari laman BBC, Kamis (28/4/2022). 

Sekutu Ukraina telah meningkatkan pasokan senjata, dengan AS berjanji untuk memastikan Ukraina mengalahkan Rusia. Para pejabat Barat mengatakan Rusia sedang terhambat dalam upayanya di timur.

Pekan lalu, Rusia melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut wilayah Donbas setelah menarik diri dari wilayah sekitar ibu kota Kyiv.Namun menurut seorang pejabat, pasukan Rusia "mendapatkan kesulitan untuk mengatasi perlawanan setia Ukraina dan mereka menderita kerugian". 

Dalam perkembangan lain, Komisi Eropa menuduh Rusia melakukan pemerasan setelah Moskow menghentikan ekspor gas ke Polandia dan Bulgaria.

Presiden Komisi, Ursula von der Leyen mengatakan itu menunjukkan "tidak dapat diandalkan" Rusia sebagai pemasok.Kremlin mengatakan Rusia telah dipaksa melakukan tindakan tersebut oleh "langkah-langkah tidak bersahabat" dari negara-negara Barat.

Pemutusan Gazprom mengikuti penolakan Polandia dan Bulgaria untuk membayar gas dalam rubel Rusia - permintaan yang dibuat oleh Presiden Vladimir Putin pada bulan Maret, yang dirancang untuk menopang mata uang yang goyah yang terpukul oleh sanksi Barat.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya