Liputan6.com, Bali - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyambut positif popularitas kopi kintamani bagi delegasi acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali. Kopi kintamani adalah kopi khas Bali yang terkenal di dunia.
Kemenparektaf memang membawa sejumlah menu khas Indonesia di pusat media GPDRR. Para delegasi internasional ternyata suka kopi kintamani.
Advertisement
Baca Juga
"Kita juga memperkenalkan makanan khas Indonesia kuliner khas Indonesia yang selama ini terkenal dengan rempah-rempahnya," ujar Sandiaga Uno pada konferensi pers di GPDRR, Kamis (26/5/2022).
"Kopi dari Kintamani ternyata setiap hari habis," kata Sandiaga Uno. "Cukup laku di sini oleh para media internasional. Tepuk tangan untuk Kintamani coffee dan ini adalah contoh dari banyak sekali kopi-kopi varian yang ditemukan di Indonesia."
Field Trip
Rencananya, Sandiaga Uno juga akan mengajak para delegasi luar negeri untuk jalan-jalan di Desa Panglipuran pada program field trip.
"Desa Penglipuran, Kintamani, Kabupaten Bangli, yang telah terpilih menjadi desa wisata terbersih di dunia. Dan juga Pura Besakih, Kertagosa, Garuda Wisnu Kencana, Tanjung Benoa Benoa, Peninsula Uluwatu pada tanggal 28 Mei di mana kita akan memperlihatkan kearifan lokal dan juga bagaimana budaya dan adat setempat mempersiapkan kita untuk menghadapi bencana yang mungkin akan datang di kemudian hari," kata Sandiaga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jokowi Ungkap Kerugian Jika Tak Siap Bencana
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) resmi membuka acara di Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang berlangsung pada 23 – 28 Mei 2022. Ia membunyikan alat komunikasi tradisional masyarakat Bali, berupa alat bunyian yang umumnya terbuat dari kayu atau bambu, kulkul, dalam acara penting ini.
Pada pidato pembukaannya, Presiden Jokowi mengungkap berbagai tantangan kebencanaan yang dihadapi Indonesia, mulai dari gunung berapi hingga kebakaran hutan. Presiden menegaskan bahwa ada ongkos besar apabila tidak siap menghadapi bencana.
"Daya tahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana sangat menentukan angka kerugian yang harus ditanggung," ujar Presiden Jokowi di Bali, Rabu (25/5).
"Semakin tidak siap, semakin besar kerugiannya apalagi dunia saat ini sedang menghadapi climate change," imbuh Jokowi.
Kulkul dan Local Wisdom
Menurut Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati, kulkul memiliki makna erat dengan isu GPDRR, yaitu pengurangan risiko bencana.
“Dengan memukul kulkul, bunyi yang dihasilkan merupakan peringatan dini kepada masyarakat,” ujar Raditya selaku Ketua Sekretariat Panitia Nasional Penyelenggara GPDRR dalam pernyataan resminya.
Peringatan dini sangat erat berkaitan dengan pengurangan risiko bencana. Menurut Raditya, kulkul telah menjadi bagian dari masyarakat Bali. Ia berharap kulkul tetap hidup di dalam masyarakat dan menjadi bagian dari sistem peringatan dini bencana.
Ia juga mengatakan ini merupakan bentuk kearifan lokal dari Indonesia sebagai praktik baik dalam pengurangan risiko bencana.
“Kearifan lokal seperti diharapkan terus hidup menjadi bentuk resiliensi berkelanjutan,” ujar Raditya.
Advertisement
Menko PMK Ungkap Syarat agar Indonesia Jadi Negara Tangguh Bencana pada 2045
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menargetkan Indonesia menjadi negara tangguh bencana pada 2045.
Namun, menurut Muhadjir, target tersebut dapat terwujud apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Pernyataan itu Menko PMK sampaikan dalam pembukaan The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Bali Nusa Dua Convention Centre, pada Rabu (25/5).
"Resiliensi atau ketangguhan hanya dapat diwujudkan apabila upaya tersebut melibatkan seluruh pemangku kepentingan kebencanaan secara berkelanjutan dan inklusi," ujar Menko PMK Muhadjir Effendy.
Dia menerangkan, Indonesia telah punya beberapa rencana untuk mewujudkan negara tangguh bencana, salah satunya Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2044 sebagai komitmen jangka panjang Indonesia dalam menerapkan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030.
Indonesia juga telah mengadopsi pendekatan pentaheliks berbasis masyarakat yang dikenal dengan gotong royong. Muhadjir menekankan pentingnya kolaborasi pentaheliks, termasuk partisipasi dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media.
Dia memaparkan, pada level komunitas, kolaborasi itu diterapkan lewat program seperti Taruna Siaga Bencana dan Desa Tangguh Bencana.
Selain itu, Indonesia juga punya kearifan lokal di bidang penanggulangan bencana, yang sangat kaya, di antaranya seperti Bali, tuan rumah GPDRR yang memiliki filosofi 'Tri Hita Karana' atau keseimbangan hubungan antara manusia, Tuhan dengan alam.
Menko PMK Targetkan Tanam 10 Juta Pohon Mangrove
Di sela pelaksanaan GPDRR 2022, pemerintah pusat mencetuskan program penanaman 10 juta pohon mangrove sebagai implementasi dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut pemerintah mendukung penyelamatan lingkungan khususnya dalam mengurangi potensi becana alam.
"Atas nama Menko PMK sekaligus sebagai ketua panitia lokal dari GPDRR 2022, kami sangat mendukung adanya gagasan menanam 10 juta pohon. Untuk menumbuhkembangkan penguatan karakter dan nilai kehidupan di masyarakat," katanya saat meluncurkan program Penanaman Sepuluh Juta Pohon Mangrove di Bali, Selasa (24/5).
Menurutnya, penanaman mangrove pada GPDRR 2022 adalah momentum dukungan PBB terhadap komitmen Indonesia dalam pengurangan risiko bencana dan pengendalian perubahan iklim.
"Mengapa ini dikaitkan dengan GNRM? Karena kita tahu betapa pentingnya penghijauan, dan menjaga Indonesia tetap menjadi wilayah hijau. Ini juga menjadi langkah strategis dalam upaya untuk memerangi dampak negatif perubahan iklim," ucap dia.
Dirinya melanjutkan, secara geografis dan geologis, Indonesia rentan bencana karena terletak di zona pertemuan lempeng-lempeng besar dunia. Dengan kebiasaan menanam juga memelihara pohon, maka Indonesia akan bisa memperkecil risiko bencana, baik bencana alam maupun bencana non-alam.
"Indonesia perlu waspada terhadap bencana non-alam dan bencana hidrometeorologis yang dipicu perubahan iklim global. Menurut World Risk Report 2021, Indonesia berada di urutan ke-38 dari 181 negara yang berisiko bencana," ujarnya.
Advertisement