5 Juni 1968: Pembunuhan Senator Robert Kennedy, Adik Presiden AS John F Kennedy

Hari ini 54 tahun yang lalu, kejadian nahas dialami Senator Robert F Kennedy. Ia ditembak berkali-kali oleh seseorang dari jarak dekat. Luka yang dialaminya sangat parah, salah satunya mengenai bagian kepala.

oleh Hariz Barak diperbarui 05 Jun 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2022, 06:00 WIB
Robert F. Kennedy (Sumber: Wikimedia Commons)
Robert F. Kennedy (Sumber: Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Los Angeles - Hari ini 54 tahun yang lalu, kejadian nahas dialami Senator Robert F Kennedy. Ia ditembak berkali-kali oleh seseorang dari jarak dekat. Luka yang dialaminya sangat parah, salah satunya mengenai bagian kepala.

Saat itu, 5 Juni 1968, senator berusia 42 tahun tersebut tengah menyapa pekerja hotel dalam kawalan petugas ketika melalui pantry dari Ambassador Hotel. Namun tiba-tiba seorang pria bersenjata yang merupakan imigran Palestina Sirhan Sirhan, melepaskan tembakan dari pistol revolver kaliber 22.

"Aku melakukannya untuk negaraku," kata si penembak usai melakukan serangan seperti dikutip dari BBC kala itu.

Insiden itu terjadi tak lama setelah pria yang akrab disapa Bobby Kennedy atau RFK memberikan pidato kemenangan, dalam pemilihan awal internal Partai Demokrat di negara bagian California, yang digelar di sebuah hotel di Los Angeles, Amerika Serikat.

Kennedy kemudian dilarikan ke Hospital of the Good Samaritan, menjalani operasi otak darurat. Sementara pemuda 24 tahun yang menembaknya disergap pengawal Bobby, ia ditangkap dan diamankan polisi. Lima orang lainnya dilaporkan mengalami cedera.

"Kepanikan pecah, karena kejadian itu berlangsung di lorong sempit. Mungkin hanya sekitar empat sampai lima orang yang bisa masuk. Tapi semua orang berusaha masuk ke sana. Sepertinya waktu berjalan lama sekali sebelum ambulans tiba di tempat itu..," ujar salah satu saksi mata.

Kennedy menghembuskan nafas terakhir sehari setelah penembakan, yaitu pada 6 Juni 1968 -- 5 tahun setelah saudaranya, John F Kennedy tewas ditembak. Motif serangan terhadapnya diduga kuat karena dukungan RFK kepada Israel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Adik Presiden JFK yang Juga Tewas Dibunuh

Robert Kennedy dimakamkan di samping kakaknya, John F Kennedy
Robert Kennedy dimakamkan di samping kakaknya, John F Kennedy (Wikipedia)

Robert 'Bobby' Kennedy adalah adik kandung Presiden John Kennedy yang dibunuh pada tahun 1963 saat ia melakukan perjalanan dengan mobil terbuka di bagian atas, di Dallas.

Robert Kennedy merupakan calon favorit dari Demokrat untuk dicalonkan dalam pemilu berikutnya. Saat itu, ia disebut-sebut bakal menjadi penerus dinasti Kennedy dalam politik Amerika. Kepopulerannya bahkan hampir menyamai John pada saat itu.

Sebelum menjadi senator, Kennedy diangkat kakaknya sebagai Jaksa Agung AS. Kennedy pun berperan membantu kakaknya dalam mengatasi konfrontasi dengan Uni Soviet, terkait krisis pengiriman rudal di perairan Kuba pada 14-28 Oktober 1962.

Di belahan bumi lain pada tanggal yang sama tahun 2003, gelombang panas ekstrem melanda seluruh Pakistan dan India. Suhu saat itu melebihi 50 derajat Celcius atau 122 Fahrenheit.

Sementara pada 5 Juni 2004, menjadi hari bahagia bagi penyanyi berdarah Latin Jennifer Lopez. Wanita seksi yang akrab disapa J-Lo itu menikah dengan Marc Anthony. 


Dimulainya Perang Enam Hari Israel Vs Mesir

Pasukan Mesir menyeberangi Terusan Suez pada Perang Yom Kippur 1973 melawan Israel. Sebagai jalur strategis, Terusan Suez sempat diperebutkan sejumlah negara (Wikimedia Commons)
Pasukan Mesir menyeberangi Terusan Suez pada Perang Yom Kippur 1973 melawan Israel. Sebagai jalur strategis, Terusan Suez sempat diperebutkan sejumlah negara (Wikimedia Commons)

Pada hari ini, tahun 1967, Israel menyulut perang dengan Mesir. Perang tersebut dikenal dengan nama 'Six Days Wars' atau Perang Enam Hari, sesuai dengan waktu yang dihabiskan dalam keseluruhan perang.

Perang itu telah lama dipicu, sejak 1956, ketika Krisis Terusan Suez terjadi. Pada waktu itu, Israel yang didukung oleh Inggris dan Prancis menyerbu dataran Sinai di Mesir guna memperluas wilayah Israel dan mengambil alih kontrol Terusan Suez dari Mesir.

Penyerbuan 1956 juga dimaksud untuk melengserkan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser dari tampuk kekuasaan.

Ternyata, penyerbuan 1956 itu ditolak oleh PBB, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Ketiga pihak itu meminta Israel, Inggris, dan Prancis untuk menarik pasukannya dari Sinai.

Kemudian, untuk mencegah insiden serupa, PBB membentuk United Nations Emergency Force (UNEF) untuk mengawal perbatasan Israel - Mesir di dataran Sinai.

Sejak 1956 hingga 1967, kerap terjadi konflik perbatasan antara Israel dengan Mesir dan sejumlah negara yang berbagi perbatasan dengan keduanya, seperti Yordania dan Suriah.

Pada 5 Juni 1967, gerah dengan konflik perbatasan dengan Mesir dan juga menanggapi aktivitas gerilya Organisasi Pembebasan Palestina, pasukan Israel menyerbu sebuah wilayah di Tepi Barat Gaza yang dikuasai Yordania.

Penyerbuan itu memicu Perang Enam Hari antara Israel melawan koalisi Mesir - Yordania - Suriah, demikian seperti yang dikutip dari History.com pada Minggu (4/6/2017).

Tak hanya itu, pada tanggal yang sama, Israel melakukan penyerbuan udara pada sejumlah pangkalan militer Mesir di Sinai. Tindakan itu mengejtkan pihak Mesir yang tidak siap untuk melakukan pertempuran dengan Israel.

 


Israel Kuasai Suriah, Mesir, dan Yordania

Pasukan Israel memeriksa pesawat Mesir yang menjadi sasaran serangan udara Israel saat Perang Enam Hari 1967 (Wikimedia Commons)
Pasukan Israel memeriksa pesawat Mesir yang menjadi sasaran serangan udara Israel saat Perang Enam Hari 1967 (Wikimedia Commons)

Pasukan Israel yang bergerak efisien dan efektif pun turut melibas Suriah dan Yordania. Sejumlah wilayah yang diklaim kedua negara berhasil diduduki oleh Israel yang sejak tahun 1956 menginginkan perluasan wilayah di dataran Laut Merah.

Dalam enam hari pertempuran, Israel menduduki Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai di Mesir, Dataran Tinggi Golan di Suriah, dan Tepi Barat dan sektor Arab di Yerusalem Timur yang keduanya dikuasai oleh Yordania. Pada saat gencatan senjata terjadi pada 10 Juni 1967, wilayah Israel bertambah menjadi dua kali lipat wilayah pra-perang.

Perang itu juga menandai jatuhnya Kota Tua Yerusalem dari Yordania ke tangan Israel.

Dewan Keamanan PBB meminta Israel untuk menarik diri dari wilayah yang diduki. Namun Israel menolak, dan mencaplok Yerusalem Timur secara permanen, serta mendirikan hunian serta pangkalan militer.

Pada 1982, sebagian besar wilayah yang dicaplok Israel pada Perang Enam Hari telah dikembalikan kepada Mesir, Yordania, dan Suriah. Kecuali untuk Yerussalem, menandai konflik berkepanjangan Israel - Palestina hingga sekarang.

Di tanggal yang sama, tahun 1870, sebagian besar Kota Konstantinopel terbakar. Peristiwa itu menghancukan sekitar 3.000 rumah dan menewaskan sekitar 900 orang.

Struktur sebagian besar bangunan kota yang didominasi oleh kayu, memicu perambatan api yang cukup cepat dan semakin liar ke seantero Konstantinopel. Tak hanya itu, angin kencang semakin memperparah kondisi.

Seluruh mil persegi kota di dekat Selat Bosporus hancur. Hanya struktur bangunan yang terbuat dari batu --seperti gereja dan rumah sakit-- yang selamat dari kebakaran.

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya