Ke Singapura dan Indonesia, Presiden Jerman: Mitra Erat Terpercaya

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan lawatan empat hari ke Singapura dan Indonesia.

diperbarui 15 Jun 2022, 12:51 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2022, 12:51 WIB
Frank-Walter Steinmeier, mantan menlu yang terpilih jadi presiden Jerman
Frank-Walter Steinmeier, mantan menlu yang terpilih jadi presiden Jerman (AP)

, DW - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier tiba di Singapura hari Selasa (14/6) dalam rangka lawatan empat hari ke Singapura dan Indonesia.

Dikutip dari laman DW Indonesia, Rabu (15/6/2022), ia mengatakan, bukan kebetulan jika lawatan panjang pertamanya ke luar negeri dalam masa jabatan kedua ditujukan ke kedua negara di kawasan.

"Singapura dan Indonesia adalah mitra erat dan terpercaya Jerman dan Eropa", kata Steinmeier kepada kantor berita Jerman DPA. Mereka, seperti juga kami, ingin mengembangkan perdagangan yang adil berbasis kesepakatan internasional dan berpartisipasi aktif dalam badan-badan internasional.

Lalu dia menambahkan: kedua negara juga secara jelas mengambil sikap menentang invasi Rusia ke Ukraina.

Frank-Walter Steinmeier akan berada di Singapura hari Selasa dan Rabu, lalu bertolak ke Indonesia. Ini adalah lawatan luar negeri panjang yang pertama pada masa jabatannya yang kedua.

"Saya sengaja memilih kawasan Indo-Pasifik untuk kunjungan jauh yang pertama saya. Ini kawasan yang penting untuk perdagangan dunia, dan pada saat yang sama kawasan yang dalam aspek politik keamanan berada di bawah tekanan, terutama ketika China tampil makin otoriter".

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jerman Ketua G7

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi Terima Kunjungan Menlu Jerman
Menteri Retno LP Marsudi dan Frank Walter Steinmeir saat masih menjadi Menlu Jerman pada Senin (3/11/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jerman saat ini menjadi ketua kelompok G7, sedangkan Indonesia tahun ini memegang presidensi G20. Itu sebabnya, Jerman telah mengundang Indonesia untuk hadir dalam KTT G20 akhir Juni nanti.

Di Jakarta, Frank-Walter Steinmeier akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Sebelumnya di Singapura ia berbicara dengan Preisden Halimah Yacob, Menteri Luar Negeru Vivian Balakrishnan dan Wakil Perdana Menteri Lawrence Wong.

Presiden Steinmeier mengatakan, dia ingin berdiskusi bagaimana menghadapi berbagai ketegangan politik dan militer saat ini.

"Apa artinya perubahan era ini untuk tata internasional, untuk globalisasi ekonomi dan untuk perekonomian kita yang saling berjaringan?"

Ia menekankan, baginya tidak ada alternatif untuk globalisasi, sekalipun saat ini muncul masalah ketergantungan Jerman dan Eropa pada energi dari Rusia, dan keterkaitan erat perekonomian dengan Cina juga sekarang dilihat sebagai faktor risiko.

"Kita harus memikirkan ulang globalisasi, tapi tidak menghilangkannya", kata Steinmeier. Keterbukaan dan pertukaran adalah pilar penting bagi kemamuran Jerman. "Kita harus belajar untuk memperhitungkan risiko politik lebih baik lagi dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi," ujarnya. Tujuannya adalah untuk memperluas jaringan dan mengurangi ketergantungan dari satu negara saja.

Peran Penting Jerman-Indonesia

Batik Jokowi Saat Temui Menlu Jerman
Pertemuan Presiden Jokowi dan Menlu Jerman Frank Walter Steinmeier membahas penguatan kerja sama bilateral Indonesia-Jerman bidang ekonomi, diplomatik, dan kesehatan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/11/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Presiden Frank-Walter Steinmeier menerangkan, Indonesia sebagai ketua G20 dan Jerman sebagai ketua G7 tahun ini mengemban tanggung jawab besar untuk kerja sama internasional. "Perdagangan dan investasi, transisi energi, keamanan pangan dan keberlanjutan – itulah tema-tema penting di mana kita bersama-sama bisa mencapai banyak."

Jerman harus bisa terus mencari kemitraan baru.

"Kami tidak tertarik pada pembentukan blok-blok baru," jelasnya.

"Demokrasi adalah sebuah proyek terbuka, tanpa arah angin tertentu, tanpa batas-batas geograif, tanpa warna kulit". Itu sebabnya Jerman berupaya terus meningkatkan hubungan dengan negara-negara seperti Indonesia.

Sebagai Menteri Luar Negeri, Frank-Walter Steinmeier tahun 2008 berkunjung ke Jakarta dan ketika itu memuji langkah Indonesia, yang berhasil keluar dari era diktatur dan membangun sistem demokrasi.

Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19
Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya