Wina Jadi Kota Paling Layak Huni 2022, Peringkat di Australia Anjlok Akibat COVID-19

Kota-kota di Australia kini tak lagi menempati posisi teratas dalam Indeks Liveability Global The Economist Intelligence Unit atau Kota Paling Layak Huni pada tahun ini.

diperbarui 24 Jun 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2022, 09:00 WIB
Stasiun Flinders. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Stasiun Flinders ilustrasi Melbourne, Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

, Melbourne - Kota-kota di Australia kini tak lagi menempati posisi teratas dalam Indeks Liveability Global The Economist Intelligence Unit atau Kota Paling Layak Huni pada tahun ini.

Peringkat kota-kota di Australia telah anjlok sebagai Kota Paling Layak Huni 2022, sebagian besar disebabkan oleh dampak penyebaran COVID-19 disertai pembatasan sosial ketat dalam dua tahun terakhir.

Ibu kota Austria, Wina, kini menduduki peringkat pertama untuk pertama kalinya sejak 2019, sementara Melbourne berada di urutan ke-10 — sekaligus peringkat tertinggi di Australia — bersama Kota Osaka, Jepang.

Mengutip ABC Australia, Kamis (24/6/2022), Kota Adelaide — yang menduduki peringkat kedua dalam indeks tahun lalu — anjlok ke peringkat ke-30, tak jauh dari Kota Perth yang juga turun dari peringkat 26 ke peringkat 32. Kota Brisbane turun 17 peringkat ke urutan ke-27 tahun ini.

Kota Melbourne pernah menduduki peringkat pertama Kota Paling Layak Huni mulai dari tahun 2011 hingga 2017 sebelum posisinya direbut oleh Kota Wina.

Ibu kota negara bagian Victoria, Australia, ini mendapatkan nilai tinggi di bidang pendidikan dan infrastruktur, namun untuk tahun 2022 jauh tertinggal dibandingkan kota-kota 10 besar lainnya dalam hal perawatan kesehatan.

Dirilis oleh Economist Intelligence Unit (EIU), para peneliti yang menyusun peringkat tersebut menilai 170 kota di dunia untuk seluruh kategori, mulai dari stabilitas, perawatan kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, dan infrastruktur.

Dalam laporan terbarunya, EIU mengatakan pandemi telah mendorong kenaikan dan penurunan terbesar dalam peringkat indeks kelayakan hidup.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


COVID-19 Picu Kenaikan Peringkat

Covid-19 Omicron
Ilustrasi varian Covid-19 Omicron. Credits: pexels.com by Edward Jenner

Dikatakan EIU bahwa kota-kota Eropa barat yang telah menghapus sebagian besar pembatasan COVID-19 menyebabkan peringkat mereka naik secara signifikan.

"Di Australia, beberapa negara bagian lebih lambat mencabut pembatasan sosialnya daripada yang lain. Akibatnya, Perth dan Adelaide kehilangan penilaian sejak tahun lalu," kata laporan itu.

Dampak gelombang COVID-19 2021 menghantam kota-kota di Selandia Baru lebih parah lagi, menyebabkan Kota Auckland turun dari peringkat pertama dalam indeks tahun lalu, menjadi ke-34.

Kota Wellington turun 46 peringkat ke urutan ke-50.

EIU mengatakan Australia dan Selandia Baru diuntungkan pada awal 2021 "ketika vaksin COVID masih langka, penutupan perbatasan mereka menekan jumlah kasus, menjaga kelangsungan hidup tetap tinggi".

Namun, karena gelombang COVID-19 yang melanda kedua negara pada akhir tahun 2021, mereka "tidak lagi memiliki keunggulan COVID dibandingkan kota-kota Eropa dan Kanada yang penduduknya divaksinasi dengan baik", kata laporan itu.


Australia Vs Wina

Ilustrasi bendera Australia (pixabay)
Ilustrasi bendera Australia (pixabay)

Profesor Billie Giles-Corti dari Pusat Penelitian Perkotaan RMIT di Melbourne mengatakan rendahnya nilai peringkat perawatan kesehatan Melbourne yang diberikan oleh EIU agaknya "omong kosong" belaka.

"Austria hanya memiliki delapan juta penduduk, Australia memiliki 25 juta. Mereka memiliki 20.000 kematian COVID-19, dan kita memiliki 9.000 kematian," jelasnya.

"Jika COVID menjadi faktor yang berkontribusi pada penurunan peringkat dalam perawatan kesehatan, angka kami toh jauh lebih baik," tambahnya.

Profesor Giles-Corti mengakui memang ada aspek di mana Wina jelas unggul dibandingkan Melbourne.

"Salah satu hal yang hilang dari indeks ini adalah bagaimana kota berkelanjutan dan jejak ekologis Wina jauh lebih rendah daripada Melbourne. Mereka memiliki lebih banyak transportasi umum," katanya.

"Kita [di Melbourne] memiliki penduduk yang tinggal di pinggiran kota tanpa kemudahan dalam akses fasilitas. Bagi saya itu lebih penting daripada indeks ini," ujar Prof Giles-Corti.


Daftar Kota Paling Layak Huni di Dunia pada 2021, Auckland di Posisi Teratas

Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

 Pandemi Covid-19 telah berimbas kehidupan individu di seantero jagat. Namun, Selandia Baru telah dipuji secara signifikan atas penanganan krisisnya sehingga mungkin tidak mengherankan jika salah satu kotanya, Auckland, dinobatkan sebagai kota paling layak huni di dunia pada 2021.

Dilansir dari CNN, Minggu (13/6/2021), Auckland menempati posisi teratas dalam Indeks Liveability Global The Economist Intelligence Unit dari 140 kota di seluruh dunia. Hal ini terjadi berkat keberhasilannya dalam mengatasi pandemi dengan cepat, memungkinkan pembatasan dicabut sejak dini.

Ibu kota Selandia Baru, Wellington, berada di urutan keempat dalam daftar tahun ini, bersama Tokyo di Jepang, dan empat kota di Australia, di mana kontrol perbatasan yang ketat telah diterapkan selama krisis, menempati 10 besar.

"Kota-kota yang naik ke peringkat teratas tahun ini sebagian besar adalah kota-kota yang telah mengambil tindakan tegas untuk mengatasi pandemi," kata Upasana Dutt dari The Economist Intelligence Unit dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Tokyo bukan satu-satunya kota di Jepang yang berada di urutan teratas dalam daftar tersebut. Osaka yang menduduki peringkat empat pada 2019, naik ke peringkat kedua.

Meski kota-kota Asia-Pasifik tampaknya telah unggul, Kanada, yang memiliki tiga kota, Calgary, Vancouver dan Toronto hampir dua tahun lalu telah keluar dari 10 besar seluruhnya. Indeks memperhitungkan lebih dari 30 faktor kualitatif dan kuantitatif yang mencakup lima kategori besar, yakni stabilitas (25 persen), perawatan kesehatan (20 persen), budaya dan lingkungan (25 persen), pendidikan (10 persen), dan infrastruktur (20 persen).

Selengkapnya di sini...

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya