Menyibak Misteri Bahtera Nabi Nuh di Gunung Ararat

Ilmuwan, petualang, tim bentukan Tsar Rusia, mantan astronot, bahkan artis seksi "Baywatch" mencari bahtera Nuh di Gunung Ararat.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Jan 2013, 10:56 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2013, 10:56 WIB
nuh130130b.jpg
Misteri di mana bahtera Nabi Nuh berada terus menjadi kontroversi, memikat para arkeolog, ilmuwan, sejarawan, para petualang, dan pemeluk agama. Dan kebanyakan mengarah ke satu titik: Gunung Ararat di Turki.

Seperti dikisahkan dalam kitab suci tiga agama -- Islam, Kristen, dan Yahudi -- sekitar 4.800 tahun lalu, dunia dilanda bencana mahadahsyat untuk menyadarkan umat manusia: banjir raksasa.

Sebelumnya, Tuhan memerintahkan Nabi Nuh untuk membangun sebuah bahtera untuk mengangkut manusia yang beriman dan segala jenis hewan.

Bencana pun terjadi, hujan turun 40 hari 40 malam, lautan luber, dunia tenggelam, termasuk puncak-puncak gunung, membinasakan sebagian besar mahluk hidup.

Setelah bencana mereda, binatang dilepaskan, manusia membangun kembali kehidupannya. Namun, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya bahtera itu menyelesaikan misinya.

Bahtera Nabi Nuh telah lama menyandera imaji manusia.

Seperti dimuat situs New Vision, suatu hari di musim panas 1916, seorang pilot Rusia terbang di atas Ararat, menemukan obyek aneh di ketinggian 14.000 kaki atau 4.267 meter, yang mirip kapal selam.

Laporannya diverifikasi oleh pilot lain. Kabar itu lantas sampai ke telinga Tsar Nicolas II dari Rusia yang membentuk sebuah ekspedisi ilmiah yang terdiri dari 150 insinyur militer dan ahli untuk mendaki Gunung Ararat. Mereka dilaporkan menemukan obyek diduga perahu dan mengambil spesimen di sana.

Dokumen ilmiah soal keberadaan bahtera itu lantas diserahkan pada seorang perwira untuk disampaikan pada Tsar di Moskow, yang sedang dilanda revolusi pada 1917 yang dikenal sebagai Revolusi Bolshevik.

Perwira itu tewas ditembak sebelum merampungkan tugasnya, dokumen jatuh ke tangan Leon Trotsky, tokoh Revolusi Bolshevik. Sampai saat ini keberadaannya tidak diketahui.

Percaya atau Skeptis

Bahtera Nuh bahkan menyebar dari mulut ke mulut sejak zaman Romawi kuno. Juga disebut bahwa sarjana Romawi, petualang abad pertengahan, dan tentara Ottoman dilaporkan menyaksikan kapal mistis di atas Gunung Ararat.

Sementara, menurut sejarawan abad pertama Masehi, Flavius Josephus, bahtera di puncak Ararat  itu telah ditemukan penduduk setempat. "Sebagian dari kapal masih bertahan, di gunung. dan orang-orang membawa potongan-potongan itu, yang mereka gunakan sebagai jimat keberuntungan."
 
Pada 1829, Dr Friedrich Parrot, yang melakukan pendakian di sejumlah titik pegunungan Ararat mengatakan, orang Armenia yakin bahwa Bahtera Nuh tetap sampai hari ini masih ada di puncak Gunung Ararat. Dan tak membolehkan manusia mendekatinya.

Lalu pada 1876, James Bryce, seorang negarawan, diplomat, penjelajah, dan profesor hukum perdata di Oxford, mendaki Ararat dan menemukan potongan kayu empat inci yang diklaim sebagai cuilan bahtera.

Pada 1949, Aaron J. Smith, dekan People’s Bible College di AS memimpin sebuah ekspedisi yang mengklaim berhasil menemukan bahtera itu.

Bahkan mantan astronot James Irwin memimpin dua ekspedisi ke Ararat pada 1980-an tanpa hasil. "Saya sudah melakukan semua yang saya bisa," kata dia. "Tapi bahtera itu terus mengelak."

Pencari Modern

Pada 2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju. Namun, fakta ilmiah itu tak memudarkan keyakinan para pencari.

Kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International'  melakukan ekspedisi ke Ararat

Pada, 26 April 2010 mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.

Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa spesimen untuk membuktikan klaim mereka. "Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen," kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010.

Namun, klaim tersebut diragukan banyak pihak. Salah satunya, Dr. John Morris, arkeolog kawakan Institute for Creation Research, bahkan menuding penemuan tersebut sebagai sebuah kebohongan. Morris telah memimpin 13 ekspedisi ke Gunung Ararat untuk mencari kapal yang disebut dalam kitab suci. Dia mengetahui dengan pasti lokasi di Ararat, dan menyebut penemuan para peneliti China tersebut merupakan penipuan.

Bintang Seksi Baywatch dan Penemu Bangkai Titanic

Misteri itu juga menarik perhatian mantan bintang serial televisi populer Baywatch, Donna D'Errico. Namun, malang tak dapat ditolak. D'Errico yang pernah menjadi Playmate of the Month majalah Playboy babak belur dan terluka usai jatuh saat pendakian di Turki. Untung saja nyawanya selamat.

Sementara, Robert Ballard, arkeolog bawah air yang menemukan bangkai kapal Titanic, meyakini banjir luar biasa dalam kisah Nabi Nuh tersebut adalah nyata.

Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, Ballard mengaku, ia telah menginvestigasi teori yang diajukan dua ilmuwan dari Columbia University yang menyebut, pernah ada banjir raksasa di wilayah Laut Hitam. Mereka yakin, Laut Hitam sebelumnya adalah sebuah danau air tawar yang terisolasi, dikelilingi ladang pertanian. Hingga ia akhirnya dibanjiri luapan air. Meski belum menemukan hasil dalam pencariannya, ia tetap meyakini keberadaan bahtera itu. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya