Liputan6.com, Seoul - Korea Utara dilaporkan telah melakukan uji coba peluncuran artileri pada Minggu (10/7) kata Korea Selatan, beberapa hari setelah Amerika Serikat mengerahkan jet tempur canggih ke Seouk untuk latihan bersama.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mendeteksi beberapa lintasan yang dianggap sebagai artileri Korea Utara pada Minggu sore.
Dikatakan militer Korea Selatan mempertahankan kesiapan yang kuat dalam koordinasi yang erat dengan Amerika Serikat.
Advertisement
Baca Juga
Kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan, peluncuran diduga terjadi di lepas pantai barat Korea Utara, dikutip dari laman AP, Selasa (12/7/2022).
Dikatakan direktur keamanan nasional kepresidenan Kim Sung-han saat meninjau kesiapan militer Korea Selatan.
Kantornya kala itu memantau dengan cermat kemungkinan peluncuran tambahan oleh Korea Utara.
Tahun ini, Korea Utara telah melakukan sejumlah besar uji coba senjata, termasuk rudal berkemampuan nuklir yang menempatkan daratan AS dan sekutunya termasuk Korea Selatan dan Jepang dengan jarak serang.
Beberapa ahli mengatakan, Korea Utara berusaha untuk menyempurnakan teknologi senjatanya dan meningkatkan daya tawarnya dalam negosiasi di masa depan.
Pekan lalu, enam pesawat F-35 AS dari Pangkalan Angkatan Udara Eielson di Alaska tiba di Korea Selatan untuk penempatan sementara pertama mereka di Korea Selatan dalam waktu sekitar 4 tahun untuk pelatihan bersama dengan jet tempur Korea Selatan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Latihan di Korea Selatan Selama 10 Hari
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, penempatan jet tersebut bertujuan untuk menunjukkan postur pertahanan gabungan sekutu dan pencegahan yang kuat terhadap potensi agresi eksternal sambil meningkatkan interoperabilitas kedua angkatan udara.
Sebuah pernyataan militer AS mengatakan, pesawat AS berencana untuk beroperasi di atas Korea Selatan dan perairan sekitarnya selama misi pelatihan 10 hari yang dijadwalkan.
Korea Utara biasanya memandang latihan bersama antara AS dan Korea Selatan sebagai latihan invasi dan merespons dengan tes senjatanya sendiri.
Pejabat pertahanan AS dan Korea Selatan telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak berniat menyerang Korea Utara.
Korea Utara mengatakan, pihaknya terpaksa mengembangkan senjata nuklir untuk mengatasi ancaman militer AS. Terlepas dari uji coba rudal yang panas awal tahun ini, Korea Utara belum melakukan uji coba bom nuklir pertama yang diharapkan dalam lima tahun, dan para pejabat Seoul mengatakan itu mungkin karena wabah COVID-19 yang sedang berlangsung dan tentangan oleh China, sekutu utama terakhirnya.
Advertisement
Korea Selatan Deteksi Suara Tembakan Diduga dari Korea Utara
Militer Korea Selatan mengatakan pada hari Minggu (10 Juli) bahwa mereka telah mendeteksi lintasan dari apa yang tampaknya merupakan tembakan yang ditembakkan oleh Korea Utara, mungkin dari beberapa peluncur roket (MLR).
Dilansir laman Channel News Asia, Senin (11/7/2022), Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengumumkan bahwa tembakan terdeteksi setelah pukul 6 sore dan bahwa militer telah memperkuat tingkat pengawasan dan siaga, tanpa menyebutkan tanggapan lebih lanjut.
Korea Utara sering menguji tembak MLR selama latihan militer, dan dalam beberapa tahun terakhir juga telah mengembangkan versi yang lebih besar dari roket semacam itu. Roket dan rudal yang lebih kecil dipandang sebagai inti dari rencana Korea Utara untuk menyerang sasaran di Korea Selatan jika terjadi konflik.
Tahun ini Korea Utara telah menguji coba berbagai rudal, termasuk dari rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesarnya hingga MLR kecilnya. Semuanya dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberlakukan sanksi terhadap pengembangan rudal Korea Utara.
Korea Selatan sedang mengejar sistem intersepsi artileri senilai US$2,6 miliar, mirip dengan Iron Dome Israel, yang dirancang untuk melindungi dari persenjataan senjata jarak jauh dan roket Korea Utara.
Sebagian besar daerah di sekitar Seoul, ibu kota, adalah rumah bagi sekitar setengah dari populasi 52 juta, dan berada dalam jangkauan senjata jarak jauh Korea Utara dan beberapa peluncur roket.
Pertahanan Korsel
Amerika Serikat menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan, di mana mereka berlatih bersama pasukan Korea Selatan untuk melawan Korea Utara. Sekutu telah melakukan latihan rudal mereka sendiri sebagai tanggapan atas beberapa peluncuran Korea Utara sebelumnya.
Sementara itu, sebelumnya Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup mengatakan bahwa negaranya akan meningkatkan kemampuan pertahanannya dan bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Jepang untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Lee, berbicara pada Dialog Shangri-La di Singapura, mengatakan situasi di semenanjung Korea merupakan ancaman global dan dia mendesak Korea Utara untuk segera mengakhiri program senjata nuklir dan misilnya.
"Pemerintah Korea Selatan akan memperkuat kemampuan untuk menerapkan lebih baik pencegahan Amerika Serikat, dan kami akan memperkuat kemampuan respon militer Korea Selatan untuk mencegah ancaman nuklir dan rudal Korea Utara," kata Lee dalam pidatonya.
"Selain itu, kami ingin memperkuat kerja sama keamanan antara Korea Selatan, AS, dan Jepang untuk menanggapi program nuklir dan rudal Korea Utara," tambahnya.
Advertisement