Joe Biden dan Xi Jinping Dijadwalkan Bertemu Virtual pada Akhir Juli 2022

Pejabat China telah mengusulkan agar pertemuan virtual antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping berlangsung pada 25 Juli 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2022, 07:02 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2022, 07:02 WIB
Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden. Dok: YouTube White House

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat dan China merencanakan sebuah pertemuan virtual pada minggu terakhir bulan Juli, setelah diplomat tertinggi dari kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu bertemu pada minggu lalu di sela KTT G20 di Bali, Indonesia.

Pejabat China telah mengusulkan agar pertemuan virtual antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping berlangsung pada 25 Juli, demikian menurut sejumlah sumber diplomatik yang mengetahui tentang pembicaraan anatara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Pembicaraan yang berlangsung selama lima jam itu terjadi pada Sabtu (9/7).

“Terkait Presiden Xi dan Presiden Biden, kita berharap mereka akan berkesempatan untuk berbicara dalam minggu-minggu ke depan,” kata Blinken kepada VOA ketika berlangsung konferensi pers pada Minggu di Bangkok, Thailand.

Ketika ditanya apakah Biden dan Xi kemungkinan akan melakukan pertemuan langsung mereka pada November, Blinken mengatakan, ia tidak bisa berkomentar tentang apa yang mungkin dapat terjadi pada waktu yang akan datang.

Thailand menjadi tuan rumah KTT APEC tahun ini pada 18-19 November, sementara Indonesia menyelenggarakan KTT G20 pada 15-16 November.

China baru-baru ini mengatakan kepada pemerintah Thailand bahwa Xi kemungkinan akan datang menghadiri KTT APEC jika tidak ada hambatan yang terjadi. Xi sendiri diketahui belum meninggalkan China sejak pandemi COVID-19 melanda.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


China Bersumpah Bakal Dukung Rusia, Bikin Amerika Serikat Geram

Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)
Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)

Presiden Xi Jinping pada Rabu (15 Juni 2022) meyakinkan Vladimir Putin tentang dukungan China pada "kedaulatan dan keamanan" Rusia - membuat Washington memperingatkan Beijing bahwa itu berisiko berakhir dengan buruk. 

China telah menolak untuk mengutuk serangan militer besar-besaran Moskow di Ukraina dan telah dituduh memberikan perlindungan diplomatik untuk Rusia dengan mengecam sanksi Barat dan penjualan senjata ke Kiev. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat (17/6/2022). 

China "bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik (kepada Rusia) pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan", penyiar negara CCTV melaporkan Xi mengatakan selama panggilan dengan Presiden Putin.

Itu adalah panggilan telepon kedua yang dilaporkan antara kedua pemimpin sejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Menurut CCTV, Xi memuji "momentum pembangunan yang baik" dalam hubungan bilateral sejak awal tahun "dalam menghadapi gejolak dan perubahan global".

Beijing bersedia "mengintensifkan koordinasi strategis antara kedua negara", kata Xi.

Kremlin mengatakan kedua pemimpin telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dalam menghadapi sanksi Barat yang "melanggar hukum".


Respons AS

Ilustrasi Amerika & China
Ilustrasi Amerika & China (Liputan6.com/Johan Fatzry)

"Disepakati untuk memperluas kerja sama di bidang energi, keuangan, industri, transportasi, dan bidang lainnya, dengan mempertimbangkan situasi ekonomi global yang semakin rumit karena kebijakan sanksi yang tidak sah dari Barat," kata Kremlin setelah pertemuan tersebut.

Tetapi Amerika Serikat dengan cepat menimbang dengan jawaban dingin atas keselarasan yang diungkapkan Beijing dengan Moskow.

"China mengklaim netral, tetapi perilakunya memperjelas bahwa mereka masih berinvestasi dalam hubungan dekat dengan Rusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri.

Washington "memantau aktivitas China dengan cermat", termasuk bagaimana, hampir empat bulan setelah perang Rusia di Ukraina, raksasa Asia "masih menggemakan propaganda Rusia di seluruh dunia" dan menyarankan kekejaman Moskow di Ukraina "dipentaskan", kata pejabat itu.

"Negara-negara yang berpihak pada Vladimir Putin pasti akan menemukan diri mereka berada di sisi sejarah yang salah."


Sanksi Barat Terhadap Rusia

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Barat telah menerapkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia sebagai pembalasan atas invasinya ke Ukraina, dan Moskow menganggap bahwa Eropa dan Amerika Serikat telah menyebabkan perlambatan ekonomi global.

Moskow juga mencari pasar dan pemasok baru untuk menggantikan perusahaan asing besar yang meninggalkan Rusia setelah invasi.

Uni Eropa dan Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa setiap dukungan dari Beijing untuk perang Rusia, atau bantuan bagi Moskow untuk menghindari sanksi Barat, akan merusak hubungan.

China dan India adalah dua ekonomi utama yang belum mengambil bagian dalam tindakan pembalasan terhadap Moskow.

Di mata pejabat China, Eropa telah membiarkan diri mereka tersedot untuk mendukung Ukraina, atas inisiatif Washington, dalam sebuah langkah yang bertentangan dengan kepentingan mereka sebagai konsumen gas Rusia.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya