Liputan6.com, Jakarta - Ranil Wickremesinghe dari Sri Lanka telah dilantik sebagai presiden, di tengah harapan bahwa dia akan menarik negara itu keluar dari penderitaan ekonominya.
Dilansir BBC, Kamis (21/7/2022), pria berusia 73 tahun itu mengambil sumpahnya di kompleks parlemen yang dijaga ketat pada hari Kamis.
Wickremesinghe - mantan perdana menteri - dipandang sangat tidak populer di mata publik, tetapi beberapa pengunjuk rasa mengatakan mereka akan memberinya kesempatan.
Advertisement
Sri Lanka telah mengalami kerusuhan massal selama berbulan-bulan karena krisis ekonomi.Banyak yang menyalahkan pemerintahan Rajapaksa karena salah menangani keuangan negara, dan melihat Wickremesinghe sebagai bagian dari masalah. Tetapi ada beberapa demonstrasi di jalan-jalan sehari setelah Wickremesinghe memenangkan pemilihan parlemen.
"Dia ada di sini - dan kita akan melihat apa tindakannya. Jika kita tidak mendapatkan makanan, obat-obatan, kita akan turun ke jalan," kata seorang wanita yang bergabung dalam protes pekan lalu kepada BBC.
Wickremesinghe - yang memenangkan mayoritas di antara anggota parlemen dengan dukungan partai penguasa Rajapaksa, Front Rakyat Sri Lanka (SLPP) - berusaha keras untuk menjauhkan diri dari para pemimpin lama.
"Saya bukan teman Rajapaksa. Saya adalah teman rakyat," katanya kepada wartawan pada hari Rabu setelah mengalahkan saingan utamanya - seorang anggota parlemen SLPP pembangkang - dengan 134 suara berbanding 82.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Presiden Baru
Pada hari Kamis, pihak oposisi mengisyaratkan bahwa mereka akan bersedia bekerja sama dengan Wickremesinghe. Media lokal melaporkan bahwa kabinetnya kemungkinan akan mencakup anggota parlemen oposisi.Namun, banyak pengunjuk rasa telah menyatakan keputusasaan dan kekecewaan atas kemenangan politisi sekutu Rajapaksa.
"Saya benar-benar muak dengan hasilnya... Saya tidak percaya bahwa 134 orang - anggota parlemen yang seharusnya mewakili rakyat - telah sepenuhnya mengabaikan keinginan rakyat," kata aktivis Jeana De Zoysa kepada BBC.
Wickremesinghe bertujuan untuk memulihkan stabilitas politik sehingga negara dapat melanjutkan negosiasi dengan dana Moneter Internasional untuk paket bailout, diperkirakan sekitar $3 miliar.
Sri Lanka telah didera protes selama berbulan-bulan karena negara itu secara efektif bangkrut dan menghadapi kekurangan makanan, bahan bakar, dan persediaan dasar lainnya.
Puluhan ribu pengunjuk rasa pekan lalu berbaris di jalan-jalan Kolombo menyerukan mantan presiden Gotabaya Rajapaksa dan Wickremesinghe untuk mengundurkan diri.Rajapaksa melarikan diri dari negara itu pada dini hari tanggal 13 Juli setelah para pengunjuk rasa menyerbu dan menduduki kediaman politiknya.
Dia terbang ke Maladewa dan kemudian Singapura, dari mana dia mengeluarkan pengunduran diri resminya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Gantikan Rajapaksa
Namun Wickremesinghe tidak mengundurkan diri - meskipun pada awalnya dia menawarkan - dan malah menerima posisi Penjabat Presiden ketika Rajapaksa melarikan diri.
Ketika dia mengambil pekerjaan sebagai penjabat presiden minggu lalu, dia memerintahkan militer untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban umum, menyusul pengunjuk rasa menyerbu dan menduduki gedung-gedung pemerintah.
Dia juga memperpanjang keadaan darurat nasional minggu ini untuk membasmi gejolak apa pun.
Mantan perdana menteri enam kali, Wickremesinghe gagal dalam dua pencalonan sebelumnya sebagai presiden. Kemenangannya pada hari Rabu berarti dia akan menjalani sisa masa jabatan presiden hingga November 2024.
China Disebut Bisa Jadi Dewa Penolong Sri Lanka
Analis menyebut Sri Lanka tidak akan dapat menyelesaikan masalah utangnya tanpa bantuan dari China, ketika negara itu menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun.
Diketahui bahwa Sri Lanka telah gagal membayar utangnya atau default, ditambah dengan kekurangan bahan bakar, pangan, dan bahan pokok lainnya.
Dosen di Universitas Kolombo, yakni Umesh Moramudali mengatakan bahwa kesediaan China untuk memberikan keringanan utang yang substansial ke Sri Lanka akan sangat penting dalam mempercepat restrukturisasi utang.
"Kita tidak bisa keluar dari krisis ini tanpa China," kata Moramudali, dikutip dari CNBC International, Rabu (20/7/2022).
"China perlu setuju untuk merestrukturisasi utang, yang bukan jalan yang biasa mereka (Sri Lanka) ambil," ujarnya kepada Streets Signs Asia CNBC.
Moramudali menambahkan, "Sri Lanka perlu mencapai kerangka kerja bersama dan apa yang ditekankan oleh komunitas internasional adalah bahwa China juga menyetujui kerangka kerja bersama untuk restrukturisasi utang".
Namun, dia menyebut, sejauh ini belum diketahui jelas tingkat negosiasi Sri Lanka untuk bantuan restrukturisasi utang, terutama dengan China.
Sementara itu, dalam sebuah konferensi pers pekan lalu, juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin telah menyatakan bahwa "tak lama setelah pemerintah Sri Lanka mengumumkan untuk menangguhkan pembayaran utang internasional, lembaga keuangan China telah menjangkau pihak Sri Lanka dan menyatakan kesiapan untuk berupaya menemukan cara yang tepat menangani utang jatuh yang sudah tempo".
Advertisement