Liputan6.com, Phnom Penh - Seorang warga Nigeria berhasil dilacak pihak berwenang usai dilaporkan positif cacar monyet (monkeypox) ketika di Thailand. Ia bahkan melakukan travel ke negara lain.
Berikut ini kronologi kasusnya berdasarkan situs Thai PBS World, Senin (25/7/2022):
16 Juli 2022: Pasien bernama Doeum Thkov itu awalnya datang ke Bangkok Phuket Hospital pada 16 Juli 2022 karena ada masalah kesehatan pada kulit tubuhnya. Dokter kemudian menyuruh pasien itu agar isolasi di kondominiumnya, kemudian agar datang lagi ke rumah sakit pada keesokan harinya.
Advertisement
Baca Juga
17 Juli 2022: Pasien itu ternyata tidak datang lagi sepertin anjuran dokter.
18 Juli 2022: Hasil lab keluar dari Chulalongkorn University di Bangkok. Pasien tersebut terkonfirmasi positif cacar monyet. Pihak RS berusaha menghubungi pasien itu namun tak berhasil, alhasil mereka menelepon posisi.
20 Juli 2022: Pasien itu meninggalkan kondominiumnya.
21 Juli 2022: Polisi mendeteksi sinyal ponsel pria itu di provinsi Sa Keo, tepatnya di distrik Aranyaprathet. Provinsi itu berbatasan dengan Kamboja, sehingga polisi curiga orang itu akan ke negara lain.
23 Juli 2022: Dugaan polisi Thailand benar. Doeum Thkov memang masuk ke Kamboja. Ia berhasil ditangkap pada hari Sabtu 23 Juli 2022 di Chamkarmon Market yang berlokasi di ibu kota Phnom Penh. Pihak berwajib berkata ada komunitas Nigeria yang cukup besar di kota tersebut.
Pria itu kini dirawat di Phnom Penh. Namun, ada 19 orang yang menjadi kontak dekat dengan pelaku sehingga mereka harus diperiksa.
Virus cacar monyet bisa menular lewat kontak fisik, termasuk lewat seks dan jika menyentuh sesuatu yang dipegang oleh pengidap cacar tersebut.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dua Jurus Kemenkes Antisipasi Cacar Monyet Masuk Indonesia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Penyakit yang juga disebut monkeypox menyebar di berbagai negara non endemik seperti Amerika Serikat.
Meski belum dilaporkan di Indonesia, monkeypox tetap berisiko masuk dan menyebar pula di Tanah Air.
Maka dari itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) dr. Maxi Rondonuwu menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan upaya antisipasi.
“Kemenkes sejak muncul monkeypox di beberapa negara sudah melakukan surveilans aktif di semua pintu masuk negara terutama di bandara dan pelabuhan laut,” kata Maxi dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com Senin (25/7).
Deteksi dini di bandara dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) terutama Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari Negara yang sudah ada kasus cacar monyetnya.
Petugas melakukan cek suhu, memeriksa gejala-gejala monkeypox terutama pada kulit kemerahan atau ruam, bintik-bintik merah, vesikel atau pustula yang gampang dilihat di bagian muka juga di telapak tangan.
“Juga pada komunitas saat ini sesuai data kasus yang paling banyak di dunia pada kelompok Gay maka kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerja sama dengan beberapa organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).”
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Laboratorium Pemeriksaan
Maxi menambahkan, Kemenkes juga sudah menyiapkan laboratorium pemeriksaan di semua provinsi.
“Kami juga sudah menyiapkan laboratorium pemeriksa di semua provinsi.”
Sejauh ini, ia memastikan belum ada kasus monkeypox di Indonesia. “Belum ada kasus baik konfirmasi, probable, dan suspect.”
Maxi juga mengimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan terutama cuci tangan dan hindari kontak dengan orang yang memiliki gejala-gejala monkeypox.
“Segera melapor ke petugas kesehatan apabila memiliki gejala-gejala awal monkeypox terutama panas, kelainan pada kulit , bintik-bintik merah, vesikel berisi cairan atau nanah dan yang paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangkang.”
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penetapan monkeypox sebagai darurat kesehatan global telah melalui berbagai pertimbangan sejak satu bulan lalu.
Menurut Tedros, sebulan yang lalu, dia mengadakan Komite Darurat di bawah Peraturan Kesehatan Internasional untuk menilai apakah wabah cacar monyet multi-negara mewakili darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Wabah Terus Berkembang
Pada pertemuan itu, berbagai pandangan yang berbeda diungkapkan, komite memutuskan dengan konsensus bahwa wabah itu tidak mewakili keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Pada saat itu, 3.040 kasus cacar monyet telah dilaporkan ke WHO, dari 47 negara.
Namun, wabah terus berkembang dan sekarang ada lebih dari 16 ribu kasus yang dilaporkan dari 75 negara serta ada lima kematian.
"Mengingat wabah yang berkembang, saya mengumpulkan komite pada hari Kamis minggu ini untuk meninjau data terbaru dan memberi saya saran yang sesuai. Saya berterima kasih kepada komite atas pertimbangannya yang cermat terhadap bukti, dan masalah," kata Tedros.
Pada kesempatan ini, komite tidak dapat mencapai konsensus apakah wabah cacar monyet atau monkeypox tersebut merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Alasan-alasan yang diberikan oleh para anggota komite untuk mendukung dan menentang keputusan cacar monyet sebagai darurat global dituangkan dalam laporan yang diterbitkan Sabtu, 23 Juli.
Advertisement