53 WNI Jadi Korban Penipuan di Kamboja, KBRI Phnom Penh Upayakan Pembebasan yang Disekap

KBRI Phnom Penh membantu penanganan kasus penipuan terhadap WNI.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 28 Jul 2022, 15:52 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2022, 15:50 WIB
Bendera Kamboja
Bendera Kamboja (Pixabay/@Jorono)

Liputan6.com, Jakarta - KBRI Phnom Penh telah menerima informasi mengenai 53 WNI yang dilaporkan menjadi korban penipuan perusahaan investasi palsu di Sihanoukville, Kamboja.

Dikutip dari laman Kemlu RI, Kamis (28/7/2022), KBRI telah menghubungi pihak Kepolisian Kamboja untuk permohonan bantuan pembebasan sambil terus menjalin komunikasi dengan para WNI tersebut.

"Info awal laporan yang kita terima mereka disekap. Laporan ini yang sedang didalami kepolisiam Kamboja," jelas Direktur PWNI dan BHI Kemlu RI Joedha Nugraha.

Saat ini Kepolisian Kamboja sedang melakukan langkah-langkah penanganan.

Kasus penipuan di perusahaan investasi palsu kian marak terjadi karena maraknya tawaran kerja di Kamboja melalui media sosial.

Pada tahun 2021, KBRI Phnom Penh telah berhasil menangani dan memulangkan 119 WNI korban investasi palsu.

Namun pada tahun 2022, kasus serupa justru semakin meningkat di mana hingga Juli 2022, tercatat terdapat 291 WNI menjadi korban. 133 di antaranya sudah berhasil dipulangkan.

Untuk menekan jumlah kasus tersebut, Kemlu telah memfasilitasi penyidik Bareskrim Polri untuk melakukan penyelidikan di Kamboja.

Dari para WNI yang telah dibebaskan, KBRI Phnom Penh juga telah memperoleh informasi mengenai para perekrut yang sebagian besar masih berasal dari Indonesia. Informasi tersebut terus disampaikan kepada pihak Bareskrim Polri untuk diselidiki lebih dalam guna penindakan terhadap para perekrut.

Berbagai langkah sosialisasi juga ditingkatkan agar masyarakat waspada pada modus-modus penipuan lowongan kerja di Kamboja tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Cara Kenali Penipuan Lowongan Kerja Biar Tidak Terjebak

Mencari Lowongan Pekerjaan Secara Online
Ilustrasi Mencari Lowongan Pekerjaan Secara Online Credit: pexels.com/Stockphotos

Berikut adalah beberapa cara melihat tanda bahwa informasi lowongan tersebut tidak benar atau penipuan agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan terutama dari peretasan para scammers.

1. Postingan pekerjaan mencolok, tetapi tidak detail

Di pasar pencari kerja, pengusaha berusaha untuk menonjol. Akan tetapi, postingan dari penipuan lowongan pekerjaan adalah tentang menghasilkan uang dengan cepat atau janji besar lainnya.

"Jika iklan pekerjaan menggunakan istilah yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan seperti: 'uang cepat', 'potensi penghasilan tak terbatas', atau 'laptop gratis' dan hanya memiliki sedikit persyaratan keterampilan, itu tidak terlihat secara profesional," kata Sara Sutton, CEO dan pendiri FlexJobs.

Jika Anda tidak yakin dengan keabsahan sebuah postingan lowongan pekerjaan tersebut, periksa kembali dengan melihat secara langsung situs web perusahaan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

2. Tidak ada kontak yang dicantumkan

[Bintang] PT Taspen Buka Lowongan Kerja, Ini 7 Syaratnya
Lagi nyari lowongan kerja? Beruntung karena PT Taspen mau mengadakan seleksi penerimaan karyawan di tahun 2018. (Ilustrasi: Pexels.com)

Mendapat telepon dari perekrut memang bisa membuat hati senang, tetapi pastikan kontak tersebut sesuai dengan apa yang dibagikan pada iklan lowongan kerja.

Di samping itu, "Perhatikan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Anda," kata Sutton. "Jika perekrut menawarkan Anda pekerjaan dengan sangat cepat tanpa memverifikasi pengalaman kerja Anda atau meminta referensi dan bergerak dengan sangat, sangat cepat -- itu juga merupakan tanda bahaya,” lanjutnya.

Jika deskripsi pekerjaan tidak jelas, pastikan untuk menanyakan detail lebih lanjut tentang posisi, ekspektasi tugas, dan persyaratan pengalaman.

"Mereka pasti akan lari dari Anda ketika Anda mulai mengajukan lebih banyak pertanyaan, " kata Sinem Buber, ekonom utama di ZipRecruiter. "Jika mereka mulai memberi Anda jawaban yang tidak konsisten atau tidak menjawab pertanyaan Anda dengan benar, Anda tahu itu bukan pekerjaan nyata."

Sutton menambahkan bahwa scammers dapat secara curang menggunakan nama perusahaan sehingga dia menyarankan untuk memeriksa apakah email perekrut itu sah atau tidak. Misalnya, jika domainnya adalah "company-inc.com" versus "company.com", dia menyarankan untuk mencari secara online untuk melihat apa yang digunakan perusahaan.

3. Meminta informasi pribadi

Ilustrasi Lowongan Kerja. Foto: Unsplash/Van Tay Media
Ilustrasi Lowongan Kerja. Foto: Unsplash/Van Tay Media

Lamaran pekerjaan cenderung menyertakan form yang harus diisi, seperti nama, alamat, informasi kontak, dan pengalaman kerja dan tidak lebih dari itu.

"Jika mereka meminta Anda untuk memberikan informasi pribadi di muka selama tahap wawancara, seperti nomor Jaminan Sosial Anda untuk pemeriksaan latar belakang ... tidak ada perusahaan yang sah yang meminta pemeriksaan latar belakang atau nomor Jaminan Sosial selama tahap wawancara. Itu terjadi setelah Anda disewa," kata Buber.

Jadi, sebelum memberikan informasi pribadi apa pun, Perkins menyarankan untuk melakukan riset online. "Cari nama perusahaan, orang yang mengaku mempekerjakan Anda, ditambah kata 'scam', 'review', atau 'complaint'... dan jangan percaya review di situs web perusahaan. Palsu,” tegasnya.

4. Minta bayaran

Bersabar dan Tetap Optimis
Ilustrasi Mencari Lowongan Pekerjaan Credit: pexels.com/Ekaterina

Satu-satunya percakapan yang harus Anda diskusikan dengan perekrut adalah tentang uang. Namun perlu digarisbawahi, jika mereka meminta Anda untuk membayar biaya apa pun, seperti layanan khusus, pelatihan atau perangkat lunak atau peralatan, itu seharusnya menjadi tanda bahaya besar.

"Jangan membayar untuk janji pekerjaan, jangan melakukan pembayaran di muka untuk mendapatkan pekerjaan -- hanya penipu yang akan meminta Anda melakukan itu," kata Perkins.

Ada juga penipuan cek palsu yang melibatkan perusahaan palsu yang mengirimkan cek terlalu besar kepada Anda untuk membeli sesuatu seperti peralatan komputer dan kemudian meminta Anda untuk membayar kelebihan dana melalui layanan transfer kawat, cryptocurrency, atau kartu hadiah.

Perlu diingat, bentuk-bentuk pengiriman uang ini sulit dilacak oleh penegak hukum dan orang-orang untuk mendapatkan uang mereka kembali, jelas Perkins.

“Berdasarkan undang-undang, bank diharuskan menyediakan uang dengan cepat, jadi ketika Anda menyetorkan cek dan sepertinya sudah dicairkan, itu tidak berarti itu cek yang bagus,” kata Perkins. "Bank akan mengetahuinya nanti bahwa itu adalah cek yang buruk."

Infografis Benarkah Covid-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan? (Liputan6.com/Niman)
Infografis Benarkah Covid-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan? (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya