Liputan6.com, Moskow - Amerika Serikat pada Kamis menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap sekelompok orang Rusia, termasuk beberapa orang yang dituduh mencuri biji-bijian di Ukraina, seorang pejabat yang diduga telah mengarahkan deportasi puluhan ribu anak-anak Ukraina ke Rusia, dan kerabat pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov.
"Amerika Serikat terus meminta pertanggungjawaban pemerintah Rusia atas perangnya terhadap Ukraina," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, mengutip VOA News, Jumat (16/9/2022).
Baca Juga
Diplomat Amerika itu mengatakan bahwa mereka yang ditargetkan termasuk entitas utama pertahanan Rusia, perusahaan-perusahaan teknologi canggih utama yang mendukung dasar industri pertahanan dan infrastruktur keuangan Rusia, badan intelijen militer Rusia, dan individu-individu yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Advertisement
Sanksi tambahan dijatuhkan pada Kadyrov, yang sudah dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh AS sejak 2017. Daftar hitam baru ini juga menargetkan tiga istri Kadyrov dan tiga putrinya yang sudah dewasa.
Blinken mengatakan, Maria Lvova-Belova dijatuhi sanksi karena upayanya untuk mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia.
Dia mengatakan sanksi tersebut menargetkan "tokoh-tokoh otoritas utama yang ditunjuk Rusia di wilayah Ukraina yang saat ini dikontrol oleh militer Rusia," bersama dengan 31 entitas pertahanan, teknologi, dan elektronik, "untuk lebih membatasi industri teknologi canggih Rusia dan kontribusinya terhadap kekuatan industri pertahanan Rusia."
Blinken mengatakan bahwa mereka yang ditargetkan termasuk 22 pejabat proksi Rusia, termasuk lima yang telah mengawasi penyitaan atau pencurian ratusan ribu ton biji-bijian Ukraina.
Sanksi Individu
Sanksi yang diberlakukan oleh AS tersebut dapat membekukan asset AS yang dimiliki oleh mereka yang masuk dalam daftar hitam dan melarang juga setiap individu atau perusahaan AS melakukan bisnis dengan orang-orang tersebut.
Sementara itu, di Kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjadi tuan rumah untuk European Commission President Ursula von der Leyen untuk membicarakan terkait dengan pendekatan ekonomi dengan rakyat dan kemajuan Ukraina menju keanggotaan di Uni Eropa.
Ukraina mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa pada akhir Februari, beberapa hari setelah Rusia meluncurkan invasinya. Kemudian Uni Eropa memberikan status pencalonan pada Ukraina di Juni lalu.
Zelensky menggunakan sebagian dari pidato malam terakhirnya untuk mengkritik serangan rudal jelajah Rusia di kota Kryvyi Rih, Ukraina yang menurutnya menghantam bendungan waduk yang "tidak memiliki nilai militer" yang menjadi tempat bergantung ratusan ribu warga sipil.
Pemimpin Ukraina itu juga mengatakan, hampir seluruh wilayah Kharkiv di timur laut Ukraina "diduduki kembali" setelah pasukan Ukraina merebut kembali daerah-daerah yang luas dalam serangan balasan di dua minggu terakhir.
Capaian itu meliputi perebutan kembali kota Izium di mana Zelenskyy melakukan perjalanan pada Rabu untuk bertemu dengan tentara dan berterima kasih atas upaya mereka.
"Pasukan Ukraina terus memperkuat kendali mereka atas daerah-daerah yang baru dibebaskan di Oblast Kharkiv," kata kementerian pertahanan Ukraina.
"Pasukan Rusia sebagian besar telah mundur dari daerah di sebelah barat Sungai Oskil."
Advertisement
AS Larang Rusia Bayar Utang Lewat Bank Amerika
Sementara itu, beberapa bulan lalu Amerika Serikat telah melarang Rusia membayar dana kepada pemegang obligasi melalui perbankan Amerika mulai Rabu pagi waktu setempat, dalam sanksi terbaru atas perang di Ukraina.
Langkah tersebut diungkapkan Departemen Keuangan AS. Keputusan terbaru ini meningkatkan kemungkinan bahwa Rusia akan gagal bayar atas utang yang belum lunas, seperti dilansir dari CNBC INternational, Rabu (25/5/2022).
Sejak konflik di Ukraina pecah, pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberikan pengecualian penting soal sanksi terhadap bank sentral Rusia, yang memungkinkan mereka memproses pembayaran kepada pemegang obligasi melalui bank-bank AS dan internasional.
Tetapi pengecualian itu akan diberhentikan pada Rabu (25/5) hari ini, menurut buletin yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan AS berjudul "Notice on Russian Harmful Foreign Activities Sanctions General License 9C" atau "Pemberitahuan tentang Lisensi Umum Sanksi Kegiatan Asing Berbahaya Rusia 9C".
Penelitian JPMorgan Chase & Co. mengatakan Russa menghadapi pembayaran obligasi berdenominasi dolar hampir sebesar USD 400 juta atau setara Rp. 5,8 triliun pada 23 Juni dan 24 Juni, menurut laporan Dow Jones.
Rusia Keluhkan Sanksi Barat Blokir Ekspor Produk Makanan
Sementara itu, atas sanksi yang diberikan pihak Kementerian Luar Negeri Rusia berkata sanksi-sanksi dari Barat menyulitkan negara mereka untuk mengekspor produk pertanian dan fertilizer ke pasar global. Ucapan Rusia berbeda dari Barat yang menyebut produk-produk itu tak kena sanksi.
Rusia berdalih sanksi-sanksi ke sektor finansial berdampak pada ekspor pangan.
"Meski ada pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh Washington dan Brusel bahwa sanksi-sanksi Rusia tidak diterapkan ke pangan dan fertilizer, adanya penjegalan pada pembayaran bank, asuransi, dan kargo dapat terjadi sebab kebijakan mereka masih diterapkan," ujar pihak Kemlu Rusia, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Jumat (27/6/2022).
Pihak Kemlu Rusia juga berkata share Rusia pada struktur pangan dunia lebih besar ketimbang Ukraina. Disebutkan bahwa pada 2021 jumlah ekspor gandum sejumlah 43 juta ton, dan tahun ini rencananya 50 juta ton.Â
"Saat ini, 7-8 juta ton fertilizer dan bahan-bahan mentah yang cukup untuk memproduksi makanan bagi 100 juta orang masih terblokir pada terminal shipping karena sanksi-sanksi Barat," ujar pihak Kemlu Rusia.
Advertisement