Liputan6.com, Durban - Sebuah serangan langka dan mematikan dilakukan mamalia tertinggi di dunia, jerapah.
"Seekor jerapah menginjak balita berusia 16 bulan hingga tewas di wilayah timur Afrika Selatan pada Rabu 19 Oktober," kata polisi seperti dikutip dari AFP, Kamis (20/10/2022).
Serangan itu terjadi di sebuah peternakan hewan sekitar 270 kilometer (168 mil) timur laut kota pelabuhan Durban.
Advertisement
Juru bicara polisi Nqobile Gwala mengatakan dalam pesan teks kepada AFP bahwa seorang ibu berusia 25 tahun dan putrinya yang berusia 16 bulan diserang sekitar pukul 14.00 GMT di Kuleni Farm di daerah Hluhluwe, "ketika mereka diinjak-injak oleh jerapah".
Nqobile Gwala mengatakan balita perempuan itu dibawa ke praktik dokter terdekat "di mana dia meninggal", sementara ibunya dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan medis di mana dia dalam kondisi kritis.
Polisi telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.
Jerapah biasanya tidak menyerang manusia.
Jerapah Putih Terakhir di Bumi Dipasang Alat Pelacak
Bicara soal jerapah, jerapah putih yang diketahui hanya satu-satunya di dunia kini telah dilengkapi dengan alat pelacak GPS. Hal ini untuk mencegah adanya pemburu liar di teluk timur laut Kenya, kata ahli konservasi.
Sebuah kelompok konservasi mengatakan alat tersebut untuk penjaga agar dapat memantau pergerakan dari jerapah jantan real-time atau secara langsung.
Jerapah unik Kenya ini memiliki kondisi genetika yang langka disebut sebagai leucisme. Hal yang menyebabkan hilangnya pigmentasi pada kulit individu atau satwa. Spesies ini dianggap sebagai yang terakhir dari jenisnya, setelah pemburu membunuh dua anggota keluarganya pada Maret lalu.
Penjaga hutan khawatir jika jerapah tersebut akan mengalami nasib serupa seperti kerabatnya, yaitu seekor betina dan anaknya yang berusia tujuh bulan serta berkulit putih. Bangkainya ditemukan di kawasan konservasi di timur laut Garissa County, Kenya, tempat si jerapah jantan putih itu kini tinggal sendirian.
Seperti dilansir dari BBC, Kamis (19/11/2020), The Ishaqbini Hirola Community Conservancy, yang merupakan pengawas satwa liar di daerah tersebut mengatakan bahwa alat pelacak dipasangkan di salah satu tanduk jerapah pada 8 November.
Kemudian dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa 17 November, kelompok nirlaba itu mengatakan bahwa perangkat pelacak tersebut akan memberikan update setiap jamnya mengenai keberadaan hewan tersebut.
Hal ini memungkinkan penjaga untuk menjaga hewan unik tersebut dari pemburu liar.
Kekeringan Melanda Kenya, 6 Jerapah Tewas Akibat Sulit Cari Makanan
Sementara itu, enam ekor jerapah mati berbaring melingkar di tanah yang kering, dengan tubuh mereka kurus kering.
Sebuah foto yang diambil oleh jurnalis foto Ed Ram, menunjukkan kehancuran kekeringan di Kenya, yang menyebabkan manusia dan hewan berjuang untuk mendapatkan makanan dan air.
Sudah lemah, hewan-hewan itu mati setelah terjebak di lumpur, menurut Getty Images. Mereka berusaha mencapai sumber air terdekat, meskipun hampir mengering, seperti dikutip dari laman The Guardian, Kamis (16/12/2021).
Bangkai pun dipindahkan ke pinggiran Desa Eyrib di Kabupaten Wajir untuk mencegah pencemaran air waduk.
Bukan hanya hewan yang terancam. Diperkirakan 2,1 juta warga Kenya menghadapi kelaparan karena kekeringan parah di separuh negara bagian itu.
Pada hari Selasa, PBB mengatakan 2,9 juta orang masih sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Beberapa daerah di Kenya baru-baru ini melaporkan curah hujan terburuk dalam beberapa dasawarsa, katanya.
“Sumber air untuk manusia dan ternak telah mengering, memaksa warga untuk berjalan lebih jauh dan menyebabkan ketegangan di antara masyarakat, yang telah menyebabkan peningkatan konflik antarkomunal,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan dalam penilaiannya.
Secara terpisah, situs berita lokal Star melaporkan bahwa 4.000 jerapah berisiko musnah karena kekeringan.
Ibrahim Ali, dari suaka jerapah Bour-Algi, mengatakan bahwa situasinya memburuk karena pertanian di sepanjang sungai, yang menghalangi satwa liar dari tempat minum.
Advertisement
Sekelompok Kalkun Dihukum Mati karena Patahkan Pinggul Lelaki
Bicara soal serangan hewan, seorang lelaki menjadi korban serangan mengerikan sekompok burung kalkun dan seekor ayam jantan. Akibatnya, dua tulang pinggulnya patah.
Serangan terjadi di Provinsi British Columbia di Kanada pada Juli 2022. Saat itu, ada permintaan bantuan kepada Chase RCMP (Royal Canadian Mounted Police) untuk memeriksa kesehatan pria itu di sebuah rumah di Celista.
Saat tiba di lokasi, para petugas menemukan seorang pria terluka parah setelah diserang hewan. Pria yang tak disebutkan namanya itu ternyata diserang sekelompok kalkun yang ditemani seekor ayam jago.
Selain dua tulang pinggul yang patah, korban juga mengalami patah jari dan sejumlah luka robek. Dikutip dari Daily Star, Rabu, 12 Oktober 2022, pria itu beruntung sudah mendapat perawatan medis saat petugas tiba di tempat kejadian.
Menurut Sersan Barry Kennedy, akibat ulah sendiri, petugas menjadwalkan untuk 'menghukum mati atas kejahatan mereka'. Polisi sepertinya menerapkan keadilan tanpa memandang spesies.
Insiden serangan hewan terhadap manusia juga menimpa dua balita di Tenesse, Amerika Serikat. Seorang bayi laki-laki berusia lima bulan dan kakak perempuannya yang berusia dua tahun dianiaya oleh dua anjing pitbull peliharaan orangtua mereka sampai mati.
Dikutip dari Daily Mail, Hollace Dean Bennard dan Lilly Jane Bennard dinyatakan tewas di tempat kejadian setelah diserang oleh anjing-anjing di Shelby County, Tennessee, pada Rabu, 5 Oktober 2022. Dalam tragedi itu, ibu mereka, Kirstie Jane Bennard, mengalami kritis akibat berusaha menyelamatkan anak-anaknya dari anjing tersebut.
Pria Diserang Kawanan Angsa Saat Main Golf
Serangan hewan juga sempat viral di jejaring sosial. Seorang pegolf diserang oleh dua ekor angsa yang sedang mengamuk.
Korban sial yang mengalami peristiwa menggelikan itu yakni Issac Couling. Ketika itu pria berumur 16 tahun tersebut melakukan turnamennya di Wolf Creef Golf Course, Michigan.
Remaja malang itu menghadapi desisan dari dua burung yang tengah marah kepadanya. Ia kemudian diserang dari belakang sampai membuatnya lari sambil dikejar oleh kedua angsa tersebut.
Setelah itu, ada angsa lain yang terbang menghadangnya dari depan hingga membuat pemuda itu jatuh ke tanah. Lalu, pemuda itu bergulat dengan para angsa yang marah. Hingga akhirnya, Couling hanya terbaring tak berdaya setelah dijatuhkan oleh angsa-angsa itu.
Tak butuh waktu lama, para angsa pergi bersama dengan kemenangannya mengalahkan manusia.
Di sisi lain, hal ini nyatanya membuat harga diri pemuda itu buruk. Orang-orang yang menyaksikan kejaidan itu hanya melihat dari pondok dan tak ada yang membantunya.
"Ya, tapi tidak ada yang datang untuk membantu. Semua pelatih melihatnya dari clubhouse. Kau bisa melihatnya dari sana," kata Couling kepada The News sambil tertawa.
Advertisement