Liputan6.com, Seoul - Berita soal tewasnya seorang karyawan toko roti ternama di Korea Selatan bernama Paris Baguette cukup menghebohkan sosial media.
Insiden kematian seorang karyawan di pabrik roti Paris Baguette saat bekerja setelah dia terjebak dalam mesin. Tubuh korban baru ditemukan keesokan paginya.
Respons dari perusahaan yang dinilai tidak berperikemanusiaan berbuntut boikot dari warga Korea Selatan.
Advertisement
Menurut Korea Times, seorang karyawan wanita meninggal pada Sabtu (15/10) ketika dia terjebak di mesin pengaduk saus di pabrik, yang memproduksi makanan yang dipanggang. Jasad korban baru ditemukan keesokan harinya.
Setelah mengeluarkan tubuh korban dari mesin, situs berita online melaporkan bahwa karyawan disuruh kembali bekerja.
Sesaat sebelum kejadian, dilaporkan bahwa tangan seorang karyawan tersangkut mesin tetapi tidak dibawa ke rumah sakit karena karyawan tersebut bukan pekerja tetap.
Korea Times menyatakan bahwa pada hari Jumat (21/10), Ketua SPC Hur Young-in menundukkan kepalanya untuk meminta maaf selama konferensi pers di kantor pusat perusahaan di Seoul.
"Saya sangat bertanggung jawab atas kecelakaan ini dan dengan rendah hati menerima teguran keras dan kritik dari masyarakat," kata Hur, menambahkan bahwa perusahaan seharusnya lebih memperhatikan karyawan dan bahwa mereka bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan.
Picu Kemarahan Masyarakat Luas
Presiden SPC, Hwang Jae-bok berjanji untuk menginvestasikan US$69,6 juta atau sekitar Rp 1 Trilin dalam tiga tahun ke depan untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Insiden itu telah memicu kemarahan dan seruan dari para pemrotes untuk memboikot SPC Group, sebuah perusahaan manufaktur makanan Korea Selatan, yang menjalankan waralaba untuk Paris Baguette, Paris Croissant, Dunkin' Donuts, Jamba Juice, dan Shake Shack.
Advertisement
Kirim Roti di Acara Pemakaman Korban
Di media sosial, orang-orang berbagi gambar dengan semua merek yang dikelola oleh SPC.
Sementara itu, Konfederasi Serikat Buruh Korea (KCTU) mentweet, “Apakah cukup dengan membunuh seorang pekerja dan meminta maaf?”
Seorang penulis untuk The Korea Herald mentweet bahwa kerabat korban mengklaim bahwa perusahaan tersebut mengirim sekotak roti dari Paris Baguette untuk acara pemakaman korban.
"Oh! Seberapa tuli dan tidak pekanya korporasi ini? Mengerikan!” tulis salah satu pengguna Twitter.
Yang lain menulis, “Saya bahkan tidak tahu harus berkata apa. Apakah orang kaya tidak punya empati?”
Dampak Boikot
Karyawan lain menyebut meski penjualan menurun, belum ada alasan untuk menjadi khawatir. Namun, waktu akan menjawab sejauh apa dampak penuh dari boikot tersebut. "Saya bisa merasakan penurunan penjualan dibandingkan minggu lalu. Belum ada penurunan yang begitu parah sehingga kami menghadapi kesulitan, tetapi saya pikir hanya waktu yang akan menjawabnya," kata karyawan yang tak disebut namanya.
Warganet juga membagikan anekdot melihat toko Baguette Paris yang kosong. Menurut salah satu akun viral, sebuah toko Baguette Paris telah kehilangan 75 persen pelanggannya. "Saya mengunjungi seorang teman yang bekerja di Paris Baguette, dan menurut mereka, mereka tidak dapat berbuat banyak karena toko tersebut telah kehilangan 75 persen pelanggannya," tulis warganet.
"Menurut teman saya, ada beberapa yang datang untuk membeli kue, tetapi hampir tidak ada yang masuk untuk membeli roti. Toko biasanya menjual roti mereka pada akhir malam, tetapi sekarang jumlah roti yang mereka habiskan telah naik lima kali lipat," kata yang lain.
Advertisement
Warganet Marah
Kecaman akan tindakan perusahaan terus berlangsung. Warganet tampak marah dengan berbagai komentarnya di twitter.
"Secara moral, pikirkan saja tentang roti berlumuran darah, dan kamu tidak akan pernah pergi ke sana.” komentar warganet.
“Baru saja, ibuku menawarkan makan roti untuk makan siang, tetapi karena hanya ada Paris Baguette di dekat rumahku, aku hanya makan kue kenari," tulis yang lain.
“Boikot adalah pertempuran jangka panjang. Mari kita lanjutkan hingga akhir tahun. Saya tahu musim liburan tahun ini akan sulit, tetapi mari kita coba," balas yang lain.
“Setelah bekerja, saya biasanya pergi ke Tous Le Jours (pesaing), tetapi hari-hari ini mereka kehabisan roti. Biasanya, mereka memiliki banyak roti, tetapi sejak boikot, mereka memiliki lebih banyak pelanggan," komentar lain.
“Paris Baguette di lingkungan saya masih baik-baik saja. Saya melihat-lihat untuk melihat bagaimana keadaan mereka, dan mereka sepertinya tidak punya roti yang tersisa," ujar warganet.
"Saya hampir tidak melihat pelanggan di toko Paris Baguette di sekitar saya," tulis warganet.
“Teman-teman, mari kumpulkan kekuatan. Ini adalah pertempuran jangka panjang, dan saya sangat berharap kami berhasil.” “Teman-teman, tunggu saja. Jangan pergi ke sana selama musim liburan," saran yang lain.