Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia 635,5 Juta, Infeksi Masih Tinggi di Jerman Hingga China

Dunia menghadapi 635.526.111 kasus COVID-19 hari ini, Selasa 15 November 2022.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Nov 2022, 13:29 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 13:29 WIB
Guangzhou Alami Lonjakan Kasus COVID-19
Seorang pekerja yang mengenakan pakaian pelindung menunggu untuk melakukan tes COVID-19 di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (9/11/2022). Lonjakan kasus COVID-19 telah mendorong penguncian di pusat manufaktur China selatan Guangzhou, menambah keuangan tekanan yang telah mengganggu rantai pasokan global dan secara tajam memperlambat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. (Foto AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Secara global, total ada 635.526.111 kasus COVID-19 hari ini, Selasa 15 November 2022. Selain itu, jumlah penerima vaksinasi COVID-19 sedunia sudah berada di angka 12.856.500.298.

Dikutip dari laman Johns Hopkins University (JHU) gisanddata.maps.arcgis.com, Selasa (15/11/2022), dalam 28 hari terakhir ada 19.693.926 kasus penularan dan 77.519 kematian terkait COVID-19 secara global.

Jerman dan Jepang hari ini masih menjadi negara dengan penambahan kasus harian COVID-19 terbanyak di dunia, masing-masing menghadapi sekitar 1,4 juta penularan dalam sebulan terakhir.

Secara total, kedua negara itu menghadapi 36 juta dan 23,2 juta kasus COVID-19.

Kasus harian COVID-19 terbesar selanjutnya berada di Korea Selatan, 1 juta dan kematian bertambah 858 pasien.

Selanjutnya ada Amerika Serikat yang mengalami penambahan 1.052.984 kasus COVID-19 dalam sebulan terakhir, dengan kasus secara keseluruhan nyaris menyentuh 1 miliar. 

Kemudian Prancis, mencatat 907.225 kasus harian dengan total 37,3 juta kasus penularan COVID-19. 

Selain lima negara tersebut, China dalam beberapa waktu terakhir juga telah melaporkan lonjakan kasus COVID-19 di berbagai wilayahnya. 

Menurut data di Johns Hopkins University, China dalam sebulan terakhir melihat penambahan 256.293 kasus COVID-19.

China pada Senin melaporkan penambahan kasus lokal COVID-19 sebanyak 1.621 kasus, menurut keterangan dari Komisi Kesehatan Nasional negara itu, dilansir dari laman Xinhua.

Secara keseluruhan, China mengidentifikasi 16.151 kasus asimtomatik lokal baru.

Sebanyak 574 pasien COVID-19 di China telah dipulangkan dari rumah sakit setelah pemulihan pada Senin (14/11), dengan total 255.721 pemulangan.

Sementara itu, kasus kematian terkait COVID-19 di China masih berada di angka 5.226.

Jelang KTT G20, Jokowi Resmi Luncurkan Dana Pandemi COVID-19

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Tujuan dibentuk pandemic fund agar dunia lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Tujuan dibentuk pandemic fund agar dunia lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi secara resmi meluncurkan Dana Pandemi (Pandemic Fund) yang berhasil dibentuk oleh menteri keuangan dan menteri kesehatan G20 di bawah presidensi/kepemimpinan Indonesia tahun ini di Nusa Dua, Bali. 

Jokowi menyampaikan, bahwa dana pandemi menjadi upaya dunia memperkuat arsitektur kesehatan global terutama melalui mekanisme pembiayaan yang kuat dan dapat diandalkan. Sehingga dunia dapat lebih baik mencegah dan menanggulangi pandemi Covid-19 di masa mendatang.

"Saya menyampaikan terima kasih atas kontribusi (negara-negara) untuk Dana Pandemi. Dan dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim saya luncurkan dana pandemi hari ini," kata Presiden Jokowi pada acara peluncuran, dua hari menjelang KTT G20 pada 15-16 November 2022 dilansir Antara. 

Dalam sambutannya, Jokowi menyambut baik langkah sejumlah negara anggota G20 dan negara nonanggota G20 serta lembaga filantropi yang telah menyampaikan komitmennya berkontribusi di Dana Pandemi.

Sejauh ini, Dana Pandemi telah mengumpulkan kurang lebih 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp21,7 triliun dari 15 negara dan tiga lembaga filantropi. Jumlah itu kemungkinan terus bertambah mengingat Australia, Prancis, dan Arab Saudi juga menyampaikan komitmennya untuk berkontribusi di Dana Pandemi.

Namun, Presiden Jokowi menyampaikan komitmen dana yang dihimpun saat ini belum cukup, mengingat hasil studi Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan dunia membutuhkan kurang lebih 31,1 miliar dolar AS tiap tahunnya agar dapat lebih baik mencegah dan merespons ancaman pandemi di masa depan.

 

Jokowi: Dana Pandemi COVID-19 Masih Belum Mencukupi

Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi secara resmi menerima menerima estafet kepemimpinan KTT ASEAN 2023 dari Kamboja. (Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)

"Saya menyampaikan terima kasih kepada para donor dari negara-negara anggota G20 dan non-G20, serta dari lembaga filantropi yang telah memberikan kontribusi. Namun, dana yang terkumpul masih belum mencukupi. Saya mengharapkan dukungan yang lebih besar lagi untuk Dana Pandemi ini," kata Jokowi.

Dia juga mengajak seluruh pihak untuk mendukung beberapa inisiatif seperti pembentukan platform koordinasi penanggulangan darurat kesehatan dalam bentuk dana ekonomi internasional untuk mendukung pemantauan patogen, pengembangan jaringan digital secara global, sertifikasi vaksin untuk memfasilitasi perjalanan internasional, dan pembentukan pusat penelitian dan manufaktur yang lebih adil dan merata.

Usulan membentuk Pandemic Fund telah digagas sejak masa Presidensi G20 Italia pada 2021, tetapi baru berhasil disepakati dan rampung di bawah kepemimpinan/presidensi Indonesia.

Di bawah kepemimpinan Indonesia, negara-negara anggota G20 tidak hanya menyepakati pembentukan Pandemic Fund, tetapi juga lembaga pengelolanya (governing board) yang saat ini dipimpin oleh Menteri Keuangan RI Periode 2013-2014 Chatib Basri dan Menteri Kesehatan Rwanda Daniel M Ngamije.

WHO: Angka Kematian Karena COVID-19 Turun 90 %, Waspada Varian Baru Virus Corona

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)

WHO mengatakan kematian karena COVID secara global turun 90 persen dibandingkan sembilan bulan lalu.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan walau angka tersebut merupakan berita yang menggembirakan, dia mengatakan tetap harus waspada karena varian baru Virus Corona COVID-19 terus muncul.

Menurutnya, minggu lalu kematian karena COVID-19 yang dilaporkan ke WHO berjumlah 9.400 orang.

Di bulan Februari tahun ini, katanya, angka kematian mingguan yang dilaporkan adalah 75 ribu orang.

"Kita sudah mencapai banyak kemajuan dan ini tentu saja memberikan rasa optimis," katanya dalam jumpa pers virtual dari kantor pusat WHO di Jenewa seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (10/11/2022).

"Tetapi kami menyerukan kepada seluruh pemerintahan, komunitas, dan individu untuk tetap waspada. Hampir 10 ribu orang meninggal seminggu, yang artinya 10 ribu terlalu banyak untuk penyakit yang bisa dicegah dan ditangani."

Dirjen WHO tersebut mengatakan angka testing masih rendah secara global, kesenjangan vaksinasi antara negara kaya dan miskin masih besar, dan varian baru terus muncul.

Sementara itu WHO mengatakan angka kasus baru sepanjang minggu lalu berjumlah sekitar 2,1 juta kasus, menurun 15 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Jumlah kematian turun 10 persen dibandigkan pekan sebelumnya.

Secara keseluruhan menurut WHO sudah ada 629 juta kasus dan 6,5 juta orang meninggal selama pandemi.

Infografis Kunci Hadapi Covid-19 dengan Iman, Aman dan Imun. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kunci Hadapi Covid-19 dengan Iman, Aman dan Imun. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya