Liputan6.com, Jakarta - Media berita internasional asal Jerman Deutsche Welle (DW) meresmikan kantor baru DW Asia Pacific Bureau di Jakarta, Jumat (19/11/2022).
Di kesempatan yang sama, DW mengumumkan tentang musim ketiga serial "HER - Women in Asia".
HER, serial dokumenter hasil kolaborasi DW dengan 25 platform perfilman di Asia -- termasuk PIK Film, Scroll Media, dan Omer Nafees.
Advertisement
Serial ini menceritakan tentang kisah-kisah perempuan dari tujuh negara di wilayah Asia -- India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filipina, Taiwan, dan Thailand.
Menurut keterangan resmi dari DW, di setiap episode, HERÂ menampilkan tiga perempuan Asia yang membagikan pengalaman dan perspektif mereka mengenai isu-isu terkait perempuan.Â
Executive Producer HERÂ Manuela Kasper-Claridge mengatakan, "Saya senang kami dapat memberikan ruang bagi perempuan di seluruh Asia untuk membahas masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mereka manghadapi dan menyelesaikannya," dikutip dari DW.
HER menunjukkan bahwa ada perempuan-perempuan kuat Asia yang sangat berdedikasi untuk melawan klise, khususnya ungkapan-ungkapan yang membatasi perempuan, menurut keterangan Direktur Jenderal DW Peter Limbourg.
Ia juga mengungkapkan bahwa Asia adalah wilayah yang tepat untuk memulai program yang mendokumentasikan perjuangan perempuan-perempuan inspiratif ini.Â
"Perempuan memiliki perspektif dan peluang yang beragam di Asia dengan masyarakatnya yang sangat tradisional dan terbuka. Kami mencoba menunjukkan bahwa di setiap masyarakat ada kemungkinan masa depan dan perkembangan yang hebat dengan perempuan," jelas Peter kepada Liputan6.com.
Ia menambahkan, ada begitu banyak cerita menarik di Asia dan DW sangat terbuka kepada siapapun yang ingin bekerja sama dan membagikan kisahnya di HER.
Di season ketiga yang akan tayang pada Februari 2023, DW menampilkan 18 tokoh perempuan, satu di antaranya adalah dr. Debryna Dewi Lumanauw yang memberikan perawatan medis di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Tayangan streaming HER dapat diakses melalui 25 platform di Asia, termasuk MNC's Vision+, Vidio.com, Maxstream, Astro, VOOT, Starzplay.
Dokter Debrina: Aku Enggak Akan Stop
Di acara DW Asia Pasifik, Jumat (18/11/2022), salah satu tokoh HER - Women in Asia Season 3, Dokter Debrina yang berasal dari Jakarta menceritakan perjalanannya selama memberikan perawatan kesehatan.
Ia mengatakan, program ini adalah kesempatan yang bagus untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas tentang kondisi perawatan kesehatan yang ada di daerah terpencil Indonesia.
"HER, TV Show dari luar. Aku sengaja bilang (dari awal) kalau mau ikutin ini, kita ke daerah. karena healthcare di sini (Jakarta) sama di daerah itu beda banget." ujar dokter Debrina. "Tidak perlu jauh-jauh, di Jawa sendiri, ada daerah yang masih terpencil dan healthcare itu masih kurang."
Tak hanya menginformasikan tentang kondisi perawatan kesehatan, ia juga menyuarakan tentang isu-isu kesetaraan gender.
"Di Jakarta sebenarnya sudah oke lah, karena sudah ada orang-orang yang membicarakan isu kesetaraan gender. Namun, begitu kita ke daerah, isu gender ini jadi sulit banget diperjuangkan apalagi untuk dibicarakan," ujarnya.
Menurut Debrina, itu adalah hak dan memperjuangkan hak itu manusiawi. "Di mana kita tau ada esensi atas apa yang kita kerjakan, aku rasa itu harus diperjuangkan. Jadi, aku enggak akan stop."
Â
Â
Advertisement
Kejang Demam dan Sunat Perempuan
Debrina menceritakan, ada dua contoh permasalahan tentang akses kesehatan dan isu perempuan yang pernah ia temui dan cukup membekas baginya.
Pertama, tentang kejadian pasien anak kejang demam. ia menjelaskan, "Di sini (Jakarta) simpel, kita ada obat penurunan panas, kita kasih obatnya, selesai. Namun, banyak di daerah itu obatnya tidak ada sama sekali dan masalah yang sesederhana ini kita enggak bisa selametin."
Hal ini cukup membekas baginya karena kenyataan bahwa ia mengetahui ilmu dan cara penanganannya. Namun, karena keterbatasan akses yang susah, seperti pemenuhan logistik yang membawa obat-obatan masih harus menunggu kedatangan kapal sehingga pasien tidak terselamatkan.
Yang kedua, mengenai masalah sunat perempuan yang juga bagian dari adat.
"Belum lagi masalah sunat perempuan dan itu adalah adat. Jadi, satu kampung melakukan itu semua," kata Debrina.
Ia menceritakan bahwa ada seorang ibu yang mendatanginya dan meminta agar anaknya disunat perempuan, padahal saat itu sedang ada bencana.
"Waktu aku bilang gak mau, ibu itu bilang, saya ke dokter karena saya pikir dokter steril, dari pada saya ke dukun dan saya tau itu enggak steril. Akhirnya arahkan ke temanku yang bergerak di isu ini," jelasnya.
Hal-hal itu, membuat Debrina untuk terus memperjuangkan apa yang diyakininya sebagai hak. Ia juga berharap, melalui program HER, hal ini dapat disebarluaskan.
Â
Penulis: Safinatun Nikmah
Â