Sultan Brunei Jadi 'Sopir' untuk Anwar Ibrahim, Bawa Mobil Menuju Kantor PM

Sultan Brunei Hassanal Bolkiah mengejutkan semua orang dengan mengambil alih kemudi kendaraan dinas dan mengantarkan Perdana Menteri Anwar Ibrahim ke Seri Perdana, Putrajaya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Nov 2022, 18:35 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2022, 18:35 WIB
Pemimpin Brunei Darrusalam, Sultan Hassanal Bolkiah (AFP/Roslam Rahman)
Pemimpin Brunei Darrusalam, Sultan Hassanal Bolkiah (AFP/Roslam Rahman)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Sultan Brunei Hassanal Bolkiah mengejutkan semua orang dengan mengambil alih kemudi kendaraan dinas dan mengantarkan Perdana Menteri Anwar Ibrahim ke Seri Perdana, Putrajaya.

Dikutip dari laman Free Malaysia Today, Senin (28/11/2022), hal ini ia lakukan saat melakukan kunjungan khusus ke Malaysia hari ini.

Tak lama setelah tiba di pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Malaysia di Subang, Sultan Hassanal memutuskan untuk mengemudikan mobil sendiri, dengan Anwar duduk di kursi penumpang depan.

Turut duduk di dalam kendaraan itu Abdul Mateen Bolkiah.

Mobil menuju Putrajaya dari pangkalan RMAF sekitar 41 km jauhnya sambil dikawal oleh tim outriders dan kendaraan keamanan.

Sebelumnya, Anwar Ibrahim siap menerima sultan Brunei dan delegasinya. Turut hadir Sekretaris Utama Zuki Ali.

Itu adalah pertemuan pertama Sultan Hassanal dengan Anwar sejak Anwar diangkat sebagai perdana menteri ke-10.

Kunjungan terakhir sultan Brunei ke Kuala Lumpur yaitu pada Maret 2019 untuk menghadiri Musyawarah Pimpinan Tahunan ke-22 antara Malaysia dan Brunei.

Kedua pemimpin akan menjajaki potensi baru untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama kedua negara.

Pada tahun 2021, Brunei menjadi mitra dagang terbesar ke-30 Malaysia dan terbesar keenam di ASEAN dengan total perdagangan senilai RM 8,03 miliar.

Pengamat: Anwar Ibrahim Sosok Globalis yang Akan Yakinkan Investor Internasional

PM Malaysia Anwar Ibrahim. (AP Photo/Vincent Thian, File)
PM Malaysia Anwar Ibrahim. (AP Photo/Vincent Thian, File)

Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah telah menunjuk ketua Pakatan Harapan (PH) Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri (PM), mengakhiri hari-hari ketidakpastian menyusul hasil pemilihan 19 November 2022 yang memunculkan parlemen gantung.

Keputusan menunjuk PM Malaysia ini dibuat usai pertemuan para penguasa Melayu pagi ini, untuk mengizinkan Sultan Abdullah memilih seorang anggota parlemen yang menurut pendapatnya, mungkin mendapat dukungan mayoritas di Dewan Rakyat sebagai perdana menteri sesuai dengan Pasal 40(2)(1) dan Pasal 43(2)(a) Konstitusi Federal.

Sejumlah pengamat mengomentari posisi Anwar Ibrahim. Bridget Welsh, pakar politik Asia Tenggara mengatakan bahwa ia adalah sosok globalis yang akan meyakinkan investor internasional.

“Dia harus berkompromi dengan pihak lain di pemerintahan yang berarti proses reformasi akan menjadi lebih inklusif,” kata Bridget Welsh, pakar politik Asia Tenggara, dikutip dari ABC, Kamis (24/11/2022).

“Anwar adalah seorang globalis, yang akan meyakinkan investor internasional. Dia telah dilihat sebagai pembangun jembatan lintas komunitas. Pada saat yang sama ia menawarkan bantuan yang meyakinkan untuk tantangan yang akan dihadapi Malaysia.”

Sementara itu di sisi lain, saat penantian perdana menteri Malaysia berikutnya sempat buntu, para ahli mengatakan kebuntuan politik yang sedang berlangsung berisiko menunda keputusan kebijakan penting yang sangat penting bagi ekonomi negara Malaysia yang sedang melemah, sekaligus memicu perpecahan dalam masyarakat.

Kebuntuan Malaysia

PM Malaysia yang baru Anwar Ibrahim.
PM Malaysia yang baru Anwar Ibrahim. Dok: Facebook/Anwar Ibrahim

Eksekutif penelitian Halmie Azrie dari Democracy and Governance Unit of think-tank IDEAS Malaysia, mengatakan kebuntuan tersebut merupakan “kekhawatiran serius” karena anggaran nasional, yang diajukan sebelum pembubaran parlemen pada Oktober, belum diperdebatkan atau disahkan.

Anggaran nasional negara untuk tahun 2023 telah diajukan oleh Menteri Keuangan Tengku Zafrul Tengku Abdul Aziz pada 7 Oktober. Dengan nilai RM 372,3 miliar ini merupakan anggaran terbesar kedua dalam sejarah negara tersebut.

“Oleh karena itu, menurut saya urgensi yang diperlukan adalah agar kita benar-benar menemukan calon perdana menteri untuk disumpah dan kemudian membentuk kabinet, dan pada dasarnya anggaran disahkan terlebih dahulu, dan kemudian melalui semua proses, ” kata Halmie kepada CNA's Asia Now.

Kini Pemerintahan Malaysia Siap Dibentuk

PM Malaysia Anwar Ibrahim.
PM Malaysia Anwar Ibrahim. Dok: Facebook/Anwar Ibrahim

Asisten profesor ilmu politik Universitas Manajemen Singapura Sebastian Dettman mengatakan bahwa dalam jangka pendek, pasar telah bereaksi terhadap ketidakstabilan politik Malaysia, menambah ketidakpastian ekonominya.

Namun, begitu pemerintah akhirnya terbentuk, itu akan memiliki basis dukungan yang cukup untuk memiliki legitimasi dan membawa stabilitas, kata Dr Dettman kepada Asia Now CNA.

Dia juga mencatat bahwa kebuntuan politik telah “menimbulkan banyak pertanyaan tentang kekerasan rasial dan masalah rasial” di Malaysia, dengan konten berbahaya yang muncul di platform media sosial seperti TikTok setelah pemilu.

“Ada kekhawatiran bahwa mungkin ketidakstabilan lebih lanjut ini dapat menyebabkan keresahan pada tingkat tertentu,” kata Dr Dettman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya