, Jakarta - Pembebasan Umar Patek masih menjadi sorotan warga Australia.
Mengutip ABC Australia, Rabu (14/12/2022), Umar Patek menyampaikan maaf kepada semua korban, termasuk warga Australia yang terkena dampak akibat peristiwa bom Bali setelah dibebaskan pekan lalu.
Umar Patek yang memiliki nama asli Hisyam bin Alizein sebelumnya adalah anggota kelompok Jemaah Islamiah.
Advertisement
Kelompok ini dianggap bertanggung jawab atas ledakan di dua klub di kawasan Legian, Bali di tahun 2002 yang menewaskan 202 termasuk 88 warga Australia.
"Saya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Bali ... tetapi juga kepada masyarakat Indonesia pada umumnya," kata Umar Patek.
Ucapannya ia sampaikan kepada wartawan, saat mengunjungi Ali Fauzi, mantan anggota kelompok militan yang sekarang menjalankan program deradikalisasi di desa Tenggulun di Jawa Timur.
"Saya juga meminta maaf khususnya kepada seluruh warga Australia yang sudah mengalami penderitaan akibat bom Bali," katanya.
"Saya juga meminta maaf kepada warga Australia yang juga merasakan dampak yang sangat besar dari kejahatan bom Bali."
Ia mengatakan permintaan maafnya ditujukan bagi semua orang, terlepas dari kewarganegaraan, etnis dan agama mereka.
Menyatakan Setia Pada NKRI
Mengenakan kemeja abu-abu dan penutup kepala tradisional Jawa, Umar Patek mendapat sambutan hangat dari teman-teman lamanya.
Beberapa di antaranya adalah mantan narapidana yang mengikuti program deradikalisasi yang dipimpin oleh Ali Fauzi.
Kepolisian dan pemerintah Indonesia sebelumnya mengatakan Umar Patek sudah menyatakan setia kepada NKRI dan tidak radikal lagi.
Ia juga diharapkan dapat menggunakan pengaruhnya untuk membujuk orang lain agar tidak melakukan tindakan terorisme.
Â
Umar Patek Diawasi
Â
Umar Patek akan tetap mendapatkan pengawasan pihak berwenang sampai pembebasan bersyaratnya berakhir pada tanggal 29 April 2030.
Sejak ada pemberitaan Umar Patek dibebaskan lebih awal, banyak pihak mengkritiknya.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menggambarkan sosok Umar Patek memicu "kebencian" dan pembebasannya akan menyebabkan luka mendalam bagi keluarga korban di Australia yang mengalami trauma.
Keberatan Australia atas rencana pembebasan Umar Patek menyebabkan Presiden Joko Widodo menunda pembebasannya, saat Bali menjadi tuan rumah G20 bulan lalu.
Â
Advertisement
Melarikan diri ke Filipina dan Pakistan
Umar Patek meninggalkan Bali sebelum serangan terjadi dan dalam pelarian selama sembilan tahun ia tinggal di Filipina dan Pakistan.
Ia akhirnya ditangkap bulan Januari 2011 di Pakistan ketika sedang bersembunyi di sebuah rumah di Abbottabad.
Pasukan keamanan Pakistan mendapatkan informasi dari CIA mengenai keberadaannya, dengan iming-iming hadiah senilai AS$1 miliar bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi soal Umar Patek.
Umar Patek kemudian diekstradisi ke Indonesia.
Dalam persidangannya, ia menyatakan penyesalan atas apa yang dilakukannya.
Dia mengatakan membantu membuat bom tapi tidak mengetahui rencana penggunaannya.
Â
Membantu Program Deradikalisasi
Umar Patek adalah anak dari seorang pedagang daging kambing, pernah belajar komputer dan bahasa Inggris sebelum direkrut menjadi anggota Jemaah Islamiah oleh Dulmatin.
Dulmatin adalah anggota militan lainnya yang ditembak mati oleh polisi Indonesia di bulan Maret 2010.
Setelah ditahan, Umar Patek mengaku kepada penyidik jika ia belajar membuat bom saat berada di Pakistan antara tahun 1991-1994, serta saat berada di Afghanistan.
Di bulan Agustus, Umar Patek mengatakan dia akan berusaha membantu program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia "sehingga mereka betul-betul mengerti bahaya terorisme dan bahaya radikalisme."
Sementara itu Ali Fauzi mengatakan ia bisa memahami apa yang dirasakan warga Australia dengan pembebasan Umar Patek yang lebih awal, tapi ia berharap para korban dan keluarganya mau memaafkannya.
Advertisement