Liputan6.com, Itaewon - Biasanya kawasan Itaewon ramai dan heboh, terutama di musim liburan. Distrik ini memang dikenal dengan kehidupan malamnya yang populer di Korea Selatan.
Namun menjelang malam Natal dan pergantian Tahun Baru 2023, Itaewon tampak seperti kota hantu tahun ini.
Pasalnya, orang-orang yang masih berduka atas 158 orang yang tewas dalam tragedi desak-desakan pada perayaan Halloween.
Advertisement
Banyak restoran dan toko Itaewon telah memasang pohon dan ornamen Natal, tetapi gang-gang belakang yang merupakan area klub malam dan bar di distrik itu kini sangat sepi, dikutip dari NST.com.my, Selasa (20/10/2022).
Biasanya ada hiruk pikuk. Kini ada banyak catatan dan poster yang mengungkapkan rasa belasungkawa di dinding bangunan di wilayah tersebut.
Kebanyakan para korban berusia 20 hingga 30 tahun.
Selain meninggal, ada 196 orang lainnya yang terluka pada insiden mematikan tersebut.
"Itaewon dulunya adalah tempat untuk pesta Natal, dengan banyak hiasan di jalan, tapi sekarang menjadi lokasi yang sunyi dan suram," kata penduduk lokal Lee Jun-hee.
Warga lain, Kim Kyeong-nyeon yang berusia 65 mengatakan, beberapa bisnis di Itaewon mencoba untuk mencerahkan suasana Natal, tetapi rasanya terlalu cepat untuk membuang rasa sedih saat kejadian.
“Orang-orang masih berduka. Kami mungkin membutuhkan lebih banyak waktu,” katanya.
Seorang manajer kedai hamburger lokal mengatakan, bisnisnya masih redup akibat insiden tersebut. Begitu pula restoran dan bar lain di dekatnya.
"Sekarang pelanggan kami sangat sedikit yang datang, dan jalanan sepi," katanya, meminta untuk tidak disebutkan nama.
"Ini belum Natal, tapi kurasa Natal tidak akan jauh berbeda."
Kementerian keuangan mengatakan bahwa konsumsi di tiga department store besar di Itaewon tercatat melambat bulan lalu. Ini mengidentifikasi ada faktor di balik tragedi itu.
Banyak orang mencari tempat lain untuk merasakan semangat Natal, seperti kawasan wisata tradisional Myeongdong, tempat department store Shinsegae dan Lotte.
Untuk mencegah kecelakaan, polisi memasang penghalang di area pandang dekat toko untuk mengendalikan massa. Pemerintah kota Seoul sekarang memiliki tim untuk mengelola jumlah orang dalam angka besar.
"Ini terus-menerus mengingatkan akan tragedi itu," kata Jeon Ye-hyang seorang penduduk lokal di Myeongdong. "Itu berarti kita tidak akan bisa sepenuhnya menikmati suasana Natal tahun ini."
Parlemen Korea Selatan Minta Presiden Pecat Mendagri Buntut Tragedi Itaewon
Sebelumnya, parlemen Korea Selatan mengeluarkan mosi yang menyerukan pemecatan menteri dalam negeri atas tanggapan pemerintah terhadap tragedi Itaewon.
Lee Sang-min menghadapi tekanan yang terus meningkat untuk memintanya mundur menyusul insiden yang menewaskan 156 orang dan melukai 152 lainnya pada 29 Oktober.
Dikutip dari BBC, Senin (12/12/2022) pihak oposisi berupaya untuk meloloskan mosi pada Minggu kemarin.
Namun Presiden Yoon Suk Yeol diperkirakan akan menolak seruan pengunduran diri menterinya.
The Democratic Party mengancam akan memakzulkan menteri jika presiden menolak mosi tersebut, lapor Kantor Berita Yonhap.
Kementerian Dalam Negeri mengawasi polisi Korea Selatan, yang telah dikritik atas tanggapan mereka terhadap insiden di Itaewon.
Itaewon adalah distrik kehidupan malam yang populer di Seoul dan wilayah ini punya jalan-jalan sempit dan gang-gang yang dipenuhi bar dan restoran.
Tragedi desak-desakan itu terjadi saat orang banyak berkumpul untuk merayakan Halloween untuk pertama kalinya sejak COVID-19.
Yoon Hee-keun, kepala polisi negara itu mengatakan bahwa tanggap darurat "tidak memadai" dan berjanji akan melakukan penyelidikan penuh atas apa yang telah terjadi.
Lee Sang-min juga meminta maaf di Majelis Nasional, dengan mengatakan: "Sangat menyedihkan bagi saya sebagai seorang ayah yang memiliki seorang putra dan putri. Sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata betapa menyakitkan situasi ini, dan sulit untuk menerimanya."
Advertisement
Kepala Polisi Seoul Diperiksa Atas Tragedi Halloween Itaewon
Kepala kepolisian di Seoul juga tak luput dari investigasi Tragedi Halloween Itaewon yang menewaskan lebih dari 150 orang. Kim Kwang Ho yang merupakan kepala kepolisian Seoul Metropolitan Police Agency diperiksa pada Jumat (2/12/2022).
Kim Kwang Ho menjadi polisi dengan jabatan tertinggi yang diperiksa karena tragedi Itaewon.
Berdasarkan laporan Yonhap, Kim Kwang Ho diperiksa karena masalah respons yang lambat menjelang tragedi di Itaewon pada 29 Oktober 2022. Beberapa jam sebelum tragedi, warga sudah menelepon polisi karena situasi yang tak kondusif.
Kim Kwang Ho diperiksa karena diduga lalai secara profesional, sehingga mengakibatkan kematian 158 orang. Mayoritas korban di Itaewon adalah anak muda dan perempuan usia 20 tahunan.
Ketika tiba di gedung investigasi khusus di Seoul, Kim Kwang Ho mengaku siap diperiksa dan tidak akan menyembunyikan fakta.
"Saya akan secara jujur menjalani investigasi tanpa menyembunyikan atau menambahkan fakta-fakta," ujar Kim Kwang Ho.
Selain Kim Kwang Ho, para pejabat kepolisian lain yang juga sudah dipanggil untuk pemeriksaan adalah Lee Im Jae (mantan kepala Stasiun Polisi Yongsan yang meliputi distrik Itaewon), Song Byung Joo (mantan petugas monitoring situasi darurat di Stasiun Polisi Yongsan), Kim Jin Ho (mantan petugas intelijen di Stasiun Polisi Yongsan), dan Park Sung Min (mantan petugas intelijen tingkat tinggi).
Perwakilan keluarga korban tragedi Itaewon juga telah menyalahkan polisi sebagai pihak yang bersalah atas tragedi yang terjadi.
Keluarga Korban Tragedi Halloween Itaewon Salahkan Polisi Korea Selatan
Keluarga korban tragedi Itaewon menyalahkan polisi Korea Selatan atas insiden yang terjadi pada festival Halloween pada akhir Oktober 2022. Salah satu ibu korban berkata polisi lebih peduli pada pendemo ketimbang rakyat biasa.
Pada malam ketika insiden terjadi, ada demo yang digelar, sehingga polisi mengaku fokus ke unjuk rasa terhadap Presiden Yoon Suk Yeol.
Keluarga korban dibantu organisasi pengacara bernama Minbun-Lawyers for a Democratic Society. Mereka menggelar konferensi pers perdana pada Selasa (22/11).
"Kegagalan polisi untuk mengirim pasukan antihuru-hara malam ini mengindikasikan mereka lebih tertarik mengurus pengunjuk rasa dan keamanan ketimbang keselamatan rakyat biasa," ujar Lee Jong Gwan, ibu dari seorang korban, dikutip Yonhap.
Putri dari Lee Jong Gwan adalah seorang mahasiswi jurusan komputer. Ia ikut meninggal di tragedi Itaewon.
Polisi Korea Selatan sebetulnya sudah mendapatkan telepon dari warga pada beberapa jam sebelum kerusuhan di Itaewon, namun polisi tidak langsung membubarkan masyarakat.
Para keluarga korban menuntut enam poin permintaan, termasuk adanya permintaan maaf yang tulus hingga investigasi menyeluruh ke pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Pemerintah juga diminta memastikan adanya langkah komunikasi dan kemanusiaan untuk para korban, serta mengambil langkah proaktif untuk mengenang para korban jiwa di Itaewon.
Pihak Minbun-Lawyers menyiratkan kemungkinan adanya langkah hukum yang lebih jauh setelah berkonsultasi dengan keluarga korban tragedi Itaewon.
Advertisement