Liputan6.com, Kampala - Setidaknya sembilan orang tewas dalam kerumunan massa selama perayaan Tahun Baru di ibu kota Uganda, Kampala.
Dilansir BBC, Senin (2/1/2023), sejumlah anak tewas dalam insiden yang terjadi di pusat perbelanjaan yang menjadi tuan rumah pesta kembang api itu.
Seorang saksi mata menjelaskan bahwa orang-orang di sana meninggal setelah terjebak di antara kerumunan orang yang bergerak berlawanan arah.
Advertisement
Pertemuan besar untuk Malam Tahun Baru diizinkan untuk pertama kalinya sejak dimulainya pandemi Covid-19.
Sementara itu, polisi Kampala mengatakan orang-orang menghadiri konser di Freedom City Mall dalam jumlah besar.
Kerumunan dikatakan terjadi ketika pengunjung pesta mencoba untuk kembali ke dalam - pergi ke luar untuk melihat kembang api tengah malam.
Lima orang - digambarkan sebagai "kebanyakan anak-anak, remaja" - dikatakan tewas setelah diinjak.Korban tewas kemudian dimasukkan ke sembilan setelah sejumlah orang dibawa ke rumah sakit.
Seorang saksi mata, Ramadhan Aphongo, mengatakan kepada penyiar lokal NTV bahwa seorang teman termasuk di antara para korban: "Dia menikmati, dia bersenang-senang, tetapi karena kehabisan nafas... akhirnya dia meninggal."
Hingga saat ini, investigasi untuk insiden tersebut pun sedang berlangsung.
Antisipasi Mendagri
Untuk hal ini, Mendagri Tito Karnavian pun telah mengeluarkan peringatan agar tak terjadi hal serupa di Itaewon.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mewanti masyarakat agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban saat momen pergantian tahun. Tito tidak ingin, keramaian pada malam tahun baru 2023 menjadi petaka seperti di Itaewon Korea Selatan beberapa waktu lalu.
“Jaga keamanan tersebut termasuk mengatur kegiatan masyarakat, terutama di tempat-tempat kerumunan. Hal ini untuk meminimalisasi kejadian yang tidak diinginkan, seperti peristiwa yang terjadi saat perayaan Halloween di Itaewon, Korea Selatan yang memakan banyak korban,” tulis Tito dalam siaran pers.
Advertisement
Antisipasi Pasca Pandemi
Tito mendorong agar para pihak-pihak terkait melakukan indentifikasi dan inventarisasi daerah rawan tersebut sehingga kerumunan bisa terkendali. Sebab, euforia yang dua tahun terakhir terhalang pandemi dapat diluapkan masyarakat pada tahun ini saat pelonggaran sudah dilakukan.
“Kita sudah lama tidak kumpul-kumpul, terutama yang anak-anak muda. Jadi jangan sampai terjadi, Jakarta misalnya, Ancol itu akan ada ratusan ribu, kami yakin daerah-daerah juga ada pengumpulan masyarakat. Nah ini perlu diidentifikasi, kemudian dilakukan langkah-langkah mitigasi, diatur, termasuk mekanisme jalannya,” wanti Tito.
Eks Kapolri ini juga menegaskan larangan penggunaan petasan yang berpotensi menimbulkan ledakan besar, kebakaran, dan korban manusia maupun barang.
Insiden Itaewon
Pada Oktober lalu, puluhan ribu orang membanjiri daerah di pusat Kota Seoul untuk merayakan Halloween. Namun, kepanikan meletus ketika kerumunan membengkak, dengan beberapa saksi mengatakan menjadi sulit untuk bernapas dan tidak mungkin untuk bergerak.
Jumlah korban tewas meningkat menjadi 154, dengan puluhan lainnya terluka.
Video dan foto yang di-posting ke media sosial menunjukkan orang-orang berdesakan, berdiri bahu-membahu di jalanan yang sempit.
Seorang saksi mata mengatakan butuh beberapa waktu bagi orang untuk menyadari ada sesuatu yang salah, dengan teriakan panik orang-orang bersamaan dengan musik yang menggelegar dari klub dan bar di sekitarnya.
Setelah panggilan darurat pertama datang sekitar pukul 10.24 malam, pihak berwenang bergegas ke tempat kejadian. Namun, banyaknya orang membuat sulit untuk menjangkau mereka yang membutuhkan bantuan.
Advertisement