Liputan6.com, Jakarta - Dengan semakin dekatnya perayaan Tahun Baru China atau yang kerap dikenal dengan Imlek, orang-orang bersiap untuk merayakannya.
Dilansir En As, Selasa (3/1/2023), asal-Â usul Tahun Baru Imlek penuh dengan mitos dan legenda, tetapi sejak pertengahan 1990-an orang-orang di Tiongkok diberi hari libur kerja berturut-turut untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama teman dan keluarga mereka.
Biasanya, dalam periode tersebut mereka akan beristirahat, reuni keluarga dan melakukan tradisi lainnya termasuk kesempatan untuk membersihkan rumah secara menyeluruh untuk menghilangkan nasib buruk yang masih ada.
Advertisement
Menurut kalender Gregorian, periode Tahun Baru Imlek dimulai dengan bulan baru antara 21 Januari dan 20 Februari, dengan perayaan berlanjut hingga bulan purnama berikutnya.
Perayaan tersebut adalah sarana untuk mengantarkan tahun yang lama dan mendatangkan keberuntungan dan kemakmuran untuk yang baru. Ini mengikuti legenda monster bernama Nian, yang akan menyerang penduduk desa pada setiap awal tahun baru, tetapi ditakuti oleh suara keras, cahaya terang, dan warna merah. Dari situlah kebiasaan pertunjukan kembang api, pakaian merah, dan dekorasi kertas dibuat.
Banyak tradisi musim menghormati kerabat yang telah meninggal, dan kaum muda diberi uang dalam amplop merah berwarna-warni. Acara terakhir yang diadakan selama Tahun Baru Imlek disebut Festival Lampion, di mana orang menggantung lampion yang bersinar di kuil atau membawanya saat parade malam hari. Karena naga melambangkan keberuntungan, maka naga sering dipamerkan di beberapa titik selama proses berlangsung.
Tahun Baru Imlek 2023
Tahun Baru Imlek 2023 akan jatuh pada Minggu, 22 Januari 2023.Â
Tanggal Tahun Baru Imlek ditentukan oleh  penanggalan Imlek. Tanggalnya pun berubah setiap tahun tetapi selalu di suatu tempat dalam periode dari 21 Januari hingga 20 Februari.
Tahun Baru Cina telah berasal dari sejarah sekitar 3.500 tahun yang lalu. Permulaannya yang tepat tidak dicatat. Beberapa orang percaya bahwa Tahun Baru Imlek berasal dari Dinasti Shang (1600–1046 SM), ketika orang mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur di awal atau akhir setiap tahun.
Advertisement
Bermula Sejak Dinasti Zhou
Istilah Nian ('tahun') pertama kali muncul pada Dinasti Zhou (1046–256 SM). Sudah menjadi kebiasaan untuk mempersembahkan korban kepada leluhur atau dewa, dan menyembah alam untuk memberkati panen pada pergantian tahun.
Sementara untuk tanggal festival, hari pertama bulan pertama dalam kalender lunar Tiongkok, ditetapkan pada Dinasti Han (202 SM – 220 M). Kegiatan perayaan tertentu menjadi populer, seperti membakar bambu untuk membuat suara retakan yang keras.Â
Pada dinasti Wei dan Jin (220–420), selain menyembah dewa dan leluhur, orang mulai menghibur diri. Kebiasaan sebuah keluarga berkumpul untuk membersihkan rumah, makan malam, dan begadang di Malam Tahun Baru berasal dari masyarakat biasa.
Perkembangan Zaman
Kemakmuran ekonomi dan budaya selama dinasti Tang, Song dan Qing mempercepat perkembangan Festival Musim Semi. Kebiasaan selama festival tersebut menjadi mirip dengan zaman modern.
Menyalakan petasan, mengunjungi sanak saudara dan teman, serta makan pangsit menjadi bagian penting dari perayaan tersebut.
Kegiatan yang lebih menghibur pun muncul seperti menonton tarian naga dan barongsai selama Pekan Raya Kuil dan menikmati pertunjukan lampion.
Fungsi Festival Musim Semi berubah dari yang religius menjadi yang menghibur dan sosial, lebih seperti saat zaman modern belakangan ini.
Advertisement