Pangeran Harry Klaim Membunuh 25 Orang Selama Bertugas di Afghanistan

Klaim tersebut diungkapkan Pangeran Harry dalam autobiografinya bertajuk "Spare".

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Jan 2023, 12:52 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2023, 12:09 WIB
Pangeran Harry
Pangeran Harry hadir di peringatan Anzac Day di Westminster Abbey, London, Inggris, 25 April 2019. (VICTORIA JONES / POOL / AFP)

Liputan6.com, London - Pangeran Harry (38) mengklaim dirinya membunuh 25 orang selama bertugas di Afghanistan. Hal itu diungkapkannya dalam autobiografinya bertajuk "Spare".

Pangeran Harry yang bergelar Duke of Sussex menulis bahwa di tengah panasnya pertempuran, dia tidak mengganggap 25 tersebut sebagai orang, melainkan bidak yang harus disingkirkan dari papan catur. Demikian seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (6/1/2023).

Ini adalah kali pertamanya Pangeran Harry membahas jumlah anggota Taliban yang dibunuhnya selama bertugas di militer, langkah yang dinilai dapat meningkatkan kekhawatiran tentang keselamatan pribadinya. Putra bungsu Raja Charles III ini dilaporkan telah lama menjadi target teroris, bukan hanya karena status kerajaannya, namun juga karena penempatannya ke Afghanistan.

Tahun lalu, Pangeran Harry telah mengambil tindakan hukum atas keputusan pemerintah Inggris yang tidak memberikan perlindungan penuh pada dia dan keluarganya saat mengunjungi Inggris. Pengacaranya mengatakan bahwa sang pangeran tidak merasa aman menyusul hilangnya fasilitas keamanan yang didanai pajak.

Mengisahkan pengalamannya di Afghanistan, Pangeran Harry mengklaim dia menonton setiap video pembunuhan yang dilakukannya ketika kembali pangkalan. Video-video yang merekam penuh setiap misi tersebut diambil dari kamera yang terpasang di helikopter Apache.

"Sejak hari pertama, aku telah bertekad untuk tidak pernah tidur dengan keraguan apakah aku telah melakukan hal yang benar.. apakah aku menembak ke arah Taliban dan hanya Taliban (targetnya), tanpa warga sipil di sekitarnya. Aku ingin kembali ke Inggris dengan anggota tubuh yang utuh, tapi lebih dari itu aku ingin pulang dengan nurani yang utuh," tulis suami dari Meghan Markle itu.

Menurut Pangeran Harry, dalam perang, tentara biasanya tidak mengetahui berapa banyak musuh yang telah mereka bunuh. Namun, pada era Apache dan laptop, dia mengklaim dapat mengatakan dengan tepat berapa musuh yang telah dibunuhnya.

"Dan menurutku penting untuk tidak takut dengan angka itu. Jadi, yang saya dapat adalah 25. Itu bukan angka yang membuat saya puas, tapi juga tidak membuat saya malu," tutur Pangeran Harry.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menjadikan Tragedi 9/11 Sebagai Kekuatan

Meghan Markle dan Pangeran Harry
Meghan Markle dan Pangeran Harry di One World Observatory pada 23 September 2021 di New York City. (ROY ROCHLIN / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Pangeran Harry mengaku bahwa salah satu alasannya merasa tidak bersalah ketika membunuh adalah ingatannya saat menonton liputan tragedi 9/11, peristiwa yang disaksikannya via televisi dari Eton College. Alasan tersebut kemudian semakin kuat setelah dia bertemu dengan keluarga korban.

Duke of Sussex menggambarkan mereka yang bertanggung jawab atas tragedi 9/11 serta simpatisannya adalah musuh kemanusiaan. Melawan mereka, menurut Pangeran Harry, adalah tindakan balas dendam atas salah satu kejahatan terburuk dalam sejarah manusia.

Selama tugas pertamanya pada 2007-2008, Pangeran Harry ditempatkan sebagai forward air controller di Provinsi Helmand. Sementara itu, tugas keduanya berlangsung di Camp Bastion di selatan Afghanistan bersama Korps Udara Angkatan Darat selama 20 minggu.

Pangeran Harry menyebutkan bahwa pada penempatan kedualah membunuh adalah bagian dari pekerjaannya.

"Kami menembak ketika harus melakukannya, mengambil nyawa untuk menyelamatkan nyawa," ungkap dia.


'Spare' yang Kontroversial

Meghan Markle dan Pangeran Harry. (AP Photo/Peter Dejong, File)
Meghan Markle dan Pangeran Harry. (AP Photo/Peter Dejong, File)

Tidak hanya mengungkapkan pengalaman perangnya di Afghanistan, Pangeran Harry juga memuat informasi terkait relasinya dengan sang kakak dalam autobiografinya. Dia mengklaim bahwa Pangeran William pernah menyerangnya secara fisik.

"Dia mencengkeram kerahku, menarik kalung hingga putus, dan dia mendorongku ke lantai," tulis Pangeran Harry seperti dikutip The Guardian.

"Aku mendarat di mangkuk anjing yang pecah di punggungku, pecahannya melukaiku. Aku berbaring di sejenak, kemudian berdiri dan menyuruhnya pergi," imbuhnya.

Pertengkaran itu dikabarkan dipicu oleh komentar Pangeran William yang menyebut Meghan Markle "sulit", "tidak sopan", dan "kasar".

Pangeran Harry juga menulis bahwa Pangeran William menyuruhnya untuk membalas, namun dia menolak. Sementara itu, Pangeran William belakangan disebut tampak "menyesal dan meminta maaf".

Pihak istana sendiri sejauh ini belum memberikan komentar apapun terkait narasi negatif yang terus-menerus dilontarkan Pangeran Harry dan Meghan Markle, termasuk lewat serial dokumenter yang dirilis Netflix.


Bola Ada di Keluarga Kerajaan

Pangeran Harry dan Pangeran William. (Dominic Lipinski /Pool Photo via AP, File)
Pangeran Harry dan Pangeran William. (Dominic Lipinski /Pool Photo via AP, File)

Dalam cuplikan wawancara dengan ITV, Pangeran Harry tidak mengonfirmasi apakah dia akan menghadiri penobatan Raja Charles III pada Mei mendatang.

Dia mengatakan, "Ada banyak yang bisa terjadi sekarang atau nanti dan sekarang bola ada di lapangan (keluarga kerajaan)."

Nama Pangeran Harry dan Meghan Markle terakhir kali diucapkan Raja Charles III di ruang publik dalam pidato perdananya pada September 2022 pascakematian Ratu Elizabeth II. Pada momen itu, dia mengekspresikan cintanya kepada Harry dan Meghan.

"Saya juga ingin mengungkapkan cinta saya kepada Harry dan Meghan sementara mereka terus melanjutkan kehidupan mereka di luar negeri," ujar Raja Charles III.

 

Infografis 8 Urutan Pewaris Takhta Kerajaan Inggris Setelah Raja Charles III. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 8 Urutan Pewaris Takhta Kerajaan Inggris Setelah Raja Charles III. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya