Brasil Rusuh, Lebih Dari 400 Orang Ditangkap

Presiden Brasil yang baru dilantik, Lula da Silva, tengah melakukan kunjungan kerja ke negara bagian Sao Paulo ketika kerusuhan pecah, sementara itu anggota kongres tengah reses.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Jan 2023, 09:30 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2023, 09:23 WIB
Kerusuhan di Brasil
Pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengepung Istana Kepresidenan Planalto di Brasilia pada Minggu (8/1/2023). (Dok. AFP)

Liputan6.com, Brasilia - Lebih dari 400 orang dilaporkan ditangkap setelah pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyerbu kongres dan sejumlah kantor pemerintahan, serta mengepung istana kepresidenan di ibu kota negara itu pada Minggu (8/1/2023).

"Kami terus bekerja untuk mengidentifikasi semua orang yang terlibat dalam aksi teroris sore ini. Kami terus bekerja untuk memulihkan ketertiban," twit Gubernur Brasilia pada Minggu malam.

Situasi disebut telah terkendali, di mana polisi telah berhasil mengontrol kembali kongres, istana kepresidenan, dan mahkamah agung. Demikian seperti dikutip dari Independent, Senin (9/1).

Presiden Brasil yang baru dilantik, Lula da Silva, dilaporkan tengah melakukan kunjungan kerja ke negara bagian Sao Paulo ketika kerusuhan pecah, sementara itu anggota kongres tengah reses.

Lula da Silva mengutuk serangan ini, menyebutnya sebagai kekerasan yang belum pernah terjadi terhadap demokrasi Brasil.

"Para pengacau, yang bisa kita sebut fanatik Nazi, fanatik Stalin, fanatik fasis, melakukan apa yang belum pernah terjadi dalam sejarah bangsa ini," ujar Lula da Silva seraya menambahkan bahwa intervensi keamanan federal akan berlaku di ibu kota sampai akhir bulan ini.

"Semua orang yang terlibat akan ditemukan dan dihukum," imbuhnya.

Media Spanyol EFE melaporkan bahwa sejumlah pengunjuk rasa yang mengenakan kaus kuning dan hijau serta membawa bendera Brasil juga menyerang kendaraan polisi. Bolsonaristas, sebutan bagi pendukung Bolsonaro, dilaporkan berpose selfie di ruang kongres dan menggeledah berbagai sejumlah gedung pemerintahan.

Upaya Menggulingkan Presiden Lula da Silva

Brazil pilihan langkah kampanye Lula Da Silva
Mantan presiden Brasil (2003-2010) dan kandidat presiden dari Partai Pekerja (PT) berhaluan kiri, Luiz Inacio Lula da Silva, muncul di belakang bendera nasional Brasil selama kampanye di Sao Mateus, Negara Bagian Sao Paulo, Brasil, Senin (17/10/2022). Lula da Silva dan presiden Jair Bolsonaro akan menghadapi putaran kedua pemilihan presiden pada 30 Oktober, dengan ekspektasi persaingan ketat mendorong kedua belah pihak untuk mengintensifkan kampanye pemilihan. (Miguel SCHINCARIOL / AFP)

Para pendukung Bolsonaro telah meminta militer membantu penggulingan Lula da Silva.

Langkah yang dideskripsikan oleh Menteri Kehakiman Lula Flavio Dino sebagai, "Upaya absurd untuk memaksakan kehendak dengan paksa yang tidak akan berhasil."

Legislator dan pengamat politik dibuat ngeri dengan serbuan ke jantung politik Brasil tersebut.

"Kongres Nasional sekarang diserang oleh TERORIS!," ungkap Senator Brasil Randolfe Rodrigues pada Minggu. "Penjahat anti-demokrasi tidak bisa berjalan bebas, tidak ada yang bisa ditoleransi dengan orang yang tidak toleran. Kami mengharapkan penerapan hukum yang keras kepada SEMUA mereka yang terlibat dalam tindakan ini."

Sekutu Presiden Lula da Silva, André Janones, juga mencap para perusuh itu sebagai "teroris".

Mantan menteri kehakiman di era Bolsonaro yang menjabat Sekretaris Keamanan Distrik Federal saat ini, Anderson Torres, menyesalkan aksi massa. Ia mengatakan telah memerintahkan "langkah segera untuk memulihkan ketertiban di Brasilia.

Pendukung Bolsonaro telah melakukan protes selama berbulan-bulan sebagai ekspresi penolakan atas kekalahan dalam pemilu yang berlangsung pada Oktober 2022. Demonstran kadang-kadang menggunakan kekerasan dan tindakan berskala besar, membakar kendaraan, bentrok dengan polisi, dan memblokir jalan raya.

Sebagian lain berkumpul di luar gedung militer, menyerukan angkatan bersenjata untuk campur tangan dan mendesak Presiden Lula da Silva mengundurkan diri.

Mengikuti Jejak Trump?

Jair Bolsonaro, politikus Brasil yang dinilai memiliki sikap rasis seperti Presiden Donald Trump (AFP)
Jair Bolsonaro, politikus Brasil yang dinilai memiliki sikap rasis seperti Presiden Donald Trump (AFP)

Para pengamat telah lama memperingatkan bahwa Bolsonaro mengembangkan gerakan pendukung fanatik seperti Donald Trump, yang bersedia terlibat dalam kekerasan dan pembangkangan massal untuk memprotes hasil pemilu. Mantan presiden itu sering membuat pernyataan agresif bahwa dia tidak akan menerima apa pun kecuali kemenangan pemilu.

"Hanya ada tiga alternatif bagi saya: ditangkap, dibunuh, atau menang," kata Bolsonaro pada 2022.

Apa yang dilakukan dan disampaikan Bolsonaro membuat para kritikus memperingatkan bahwa politikus sayap kanan itu akan menggunakan popularitasnya untuk menumbangkan demokrasi dalam serangan yang mirip dengan yang dilakukan pendukung Trump ke Capitol Hill pada 6 Januari 2021.

Bolsonaro sendiri menolak hadir dalam acara pelantikan Lula da Silva untuk secara simbolis menyerahkan selempang kepresidenan kepada penggantinya itu. Ia justru memilih pergi ke Florida.

Bolsonaro terlihat berkeliaran di jalan-jalan dekat Orlando dan makan di restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken selama momen pelantikan Lula da Silva.

Tren yang Mengkhawatirkan

FOTO: Massa Pendukung Donald Trump Serbu Capitol Hill, 1 Orang Tewas
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump berdiri di atas kendaraan polisi di Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). Kericuhan terjadi saat massa pendukung Donald Trump merangsek masuk ke dalam Gedung Capitol Hill. (AP Photo/Julio Cortez)

Politikus Amerika Serikat Jamie Raskin mengatakan penyerbuan Capitol AS dan Brasilia adalah bagian dari tren sayap kanan yang mengkhawatirkan.

"Dunia harus bertindak cepat untuk memperjelas bahwa tidak akan ada dukungan bagi pemberontak sayap kanan yang menyerbu Kongres Brasil," twit politikus Partai Demokrat AS itu. "Para fasis yang meniru pendukung Trump pada 6 Januari ini harus berakhir di tempat yang sama: penjara."

Pemerintah AS sudah mengutuk kerusuhan di ibu kota. Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan mentwit, "Amerika Serikat mengutuk segala upaya untuk melemahkan demokrasi di Brasil. Presiden Biden mengikuti situasi dengan cermat dan dukungan kami untuk institusi demokrasi Brasil tidak tergoyahkan. Demokrasi Brasil tidak akan terguncang oleh kekerasan."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya