Liputan6.com, Jakarta - Nama Megawati Soekarnoputri masih berpengaruh kuat di politik Indonesia, sebab presiden merupakan anggota Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) yang dipimpin Megawati. Calon presiden selanjutnya dari partai merah itu juga harus menanti restu dari Mega.
Perjalanan Megawati menjadi seorang kingmaker (atau queenmaker jika Puan Maharani menjadi capres) sangatlah panjang. Dulu, ia merupakan sosok penentang Presiden Soeharto, bahkan ia sempat dicari-cari polisi.
Advertisement
Baca Juga
Wawancara lawas oleh Associated Press menampilkan ketika Megawati menolak dipanggil polisi. Megawati yang berbicara Bahasa Inggris menyebut prosedur pemanggilan polisi bermasalah.
"Saya telah memutuskan bahwa setelah pengacara saya memberi saran agar saya tidak pergi ke kepolisian karena suratnya, apa yang saya terima, tidaklah komplet," ujar Megawati pada wawancara tahun 1996, dikutip Selasa (10/1/2023).
Megawati lantas menjelaskan bahwa jika ia ingin dipanggil polisi, maka presiden harus menandatangani suratnya. Presiden saat itu adalah Soeharto.
Bila Soeharto tak tanda tangan, maka Megawati tak bisa dipanggil karena punya imunitas sebagai anggota DPR.
"Karena saya adalah anggota parlemen, saya harus mendapat surat yang ditandatangani oleh presiden, agar saya sebagai anggota parlemen dapat dipanggil polisi, karena anggota parlemen punya imunitas," kata Megawati.
Krisis di Indonesia semakin panas pada 1997-1998. Gedung DPR dikepung mahasiswa, dan Presiden Soeharto memutuskan mundur setelah 32 tahun berkuasa.
BJ Habibie naik sebagai presiden untuk menggantikan Soeharto, tetapi tidak lama kemudian lengser. Berikutnya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden dan Megawati menjadi wakil presiden, namun Gus Dur lengser juga pada 2001 dan Megawati naik menjadi presiden.
Soal Pengumuman Capres 2024, Megawati: Urusan Gue...
Sementara itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memastikan tidak akan ada pengumuman soal pengusungan calon presiden yang bakal diusung partainya saat perayaan hari ulang tahun ke-50 PDIP. Menurut dia, apa yang menyangkut soal pencalonan presiden adalah hak prerogatifnya.
"Orang ngono saiki nungguin? (orang sekarang itu menunggu) Tidak ada! urusan gue! gile enak aja," kata Megawati saat HUT ke-50 PDIP, seperti dikutip dari siaran daring, Selasa (10/1/2023).
Advertisement
Heran Melihat Parpol Lain
Mantan presiden RI Megawati Soekarnoputri juga merasa heran karena ada partai yang seakan-akan tidak punya kader sendiri yang bisa didukung sebagai calon presiden. Hal ini memang berbeda dari PDIP yang santer dikabarkan akan mencalonkan dari kader sendiri.
"Aku sampai liatin aku bilang orang berpolitik kok kayak gitu. Emang enggak punya kader sendiri? yang keras dong," ujar Megawati saat pidato HUT ke-50 PDIP.
Megawati pun mempertanyakan apakah aturan soal pencapresan di KPU masih seperti pemilu sebelumnya.
"Iya dompleng-dompleng aturannya piye toh aku tanya Hasto, KPU aturannya dah lain? 'ga bu masih sama' jadi samanya gimana to," katanya menirukan pembicaraan dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Megawati menegaskan, aturan pencalonan presiden adalah calon presiden dan calon wakil presiden diusung oleh partai atau gabungan partai politik.
Kalau memang partai politik mendompleng kader partai lain khususnya PDIP, seperti partai tersebut punya kader yang mumpuni.
"Sorry aduh gawat dah. Kalau kayak gini konotasinya partai kayak enggak punya kader coba bayangin padahal jelas pemilu ada calon itu ada," kata Megawati.
Tradisi Sebelum Pengumuman
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memiliki “ritual” khusus atau tradisi sebelum mengumumkan nama capres yang akan diusung PDIP.
“Kalau kita lihat dari tradisi yang terjadi sebelumnya, 2014 dan sebelum pilkada serentak, Ibu Megawati kan biasanya dengan kontemplasi terlebih dahulu,” kata Hasto di Jiexpo Kemayoran, Senin (9/1/2023).
Selain berkontemplasi, Hasto mengungkapkan Megawati juga memikili tradisi untuk melakukan ziarah ke makam Bung Karno terlebih dulu.
"Ya ziarah," kata Hasto.
Menurut Hasto, ziarah dilakukan bisa dilakukan secara langsung atau Megawati mengirim utusannya ke makam Bung Karno untuk berziarah.
"Selama ini kan juga bisa dilakukan oleh Ibu Mega secara langsung bisa juga beliau mengirim utusan dalam melaksanakan ziarah tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, Hasto membenarkan pernyataan Ketua DPP PDIP Puan Maharani terkait nama calon presiden PDIP sudah berada di kantong Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Menurut Hasto, Megawati telah melalui banyak pertimbangan terkait capres.
"Ya apa yang disampaikan Mbak Puan betul sekali, karena Ibu Mega sudah mengambil pertimbangan-pertimbangan yang cukup matang," ujar Hasto di JIExpo Kemayoran, Senin (9/1/2023).
Hasto menyebut ciri-ciri capres hanya akan diumumkan Megawati, bukan dirinya. Ia memastikan Mega akan mengumumkan di waktu terbaik.
"Tentang bagaimana ciri-cirinya, ya tentu itu nanti Ibu Mega yang menyampaikan. Tentang waktunya tentu saja itu Ibu Megawati yang akan menyanpaikan pada momentum yang tepat," kata Hasto.
Advertisement