Liputan6.com, Kathmandu - Penerbangan 691 maskapai Yeti Airlines tak sampai pada tujuan semestinya ke bandara Pokhara.
Pesawat bermesin ganda ATR 72 yang berangkat dari Kathmandu itu jatuh di Pokhara beberapa menit sebelum mendarat pada Minggu 15 Januari. Waktu tempuh antara Kathmandu - Pokhara sendiri adalah 25 menit.
Sebanyak 68 jenazah telah ditemukan sejauh ini di lokasi jatuhnya pesawat. Sementara itu, operasi pencarian dan penyelamatan di lokasi kecelakaan terus dilanjutkan.
Advertisement
Petaka pesawat jatuh Yeti Airlines terkini menguak kabar kematian pemilik maskapai tersebut. Tak hanya itu, suami kopilot penerbangan 691 yang celaka akhir pekan itu ternyata juga meninggal dalam kecelakaan pesawat dari maskapai yang sama.
Mengutip India Today, Selasa (17/1/2023), pemilik Yeti Airlines Ang Tshering Sherpa disebutkan juga tewas dalam kecelakaan udara pada 2019.
Pemilik Yeti Airlines Nepal itu dilaporkan meninggal dalam kecelakaan udara tiga tahun lalu. Pengusaha penerbangan dan perhotelan Ang Tshering Sherpa meninggal dalam kecelakaan helikopter pada Februari 2019.
Menteri Penerbangan Nepal saat itu, Ravindra Adhikari, bersama rekan-rekan menterinya, melakukan studi kelayakan bandara baru di Distrik Terhthum. Ang Tshering Sherpa menemani para menteri dengan helikopter.
Helikopter lepas landas sekitar pukul 6 pagi dengan enam orang. Saat kembali, helikopter menabrak puncak gunung, menewaskan semua penumpang dan pilotnya. Ada enam orang di helikopter lima tempat duduk.
Helikopter itu jatuh di Distrik Pathibhara di Taplejung sekitar pukul 13.30. Helikopter itu milik Air Dynasty Heli Service, salah satu perusahaan penyelamatan helikopter tertua di Nepal.
Kematian Ang Tshering Sherpa, selain menteri penerbangan sipil, wakil direktur jenderal Otoritas Penerbangan Sipil, direktur kementerian dan wakil sekretaris, mengguncang negara tersebut.
Selain Yeti Airlines, Ang Tshering Sherpa juga memiliki Tara Airlines dan satu-satunya perusahaan pesawat internasional Nepal, Himalayan Airlines.
Meninggal di 'Tangan' Yeti Airlines
Sementara itu, 16 tahun sebelumnya, suami kopilot pesawat Yeti Airlines yang jatuh pada Minggu 15 Januari, juga terkuak meninggal dalam kecelakaan pesawat maskapai yang sama.
Menurut laporan BBC, Anju Khatiwada adalah kopilot Yeti Airlines penerbangan 691 ketika menabrak ngarai di dekat kota wisata Pokhara, yang dikhawatirkan menewaskan semua penumpang dalam bencana udara terburuk negara itu dalam 30 tahun.
Suaminya, Dipak Pokhrel, juga ikut mengemudikan penerbangan Yeti Airlines ketika dia meninggal - dan kematiannya itulah yang mendorong Anju untuk mengejar karir di bidang penerbangan.
Bingung karena kehilangannya, sendirian dengan anak mereka yang masih kecil, kesedihan Anju menjadi kekuatan motivasinya.
"Dia adalah wanita yang gigih memperjuangkan mimpinya dan memenuhi impian suaminya," kata anggota keluarga Santosh Sharma.
Dipak berada di kokpit pesawat Twin Otter yang membawa beras dan makanan ke kota barat Jumla ketika jatuh dan terbakar pada Juni 2006, menewaskan sembilan orang di dalamnya.
Empat tahun kemudian Anju berada di jalur yang sama dengan sang suami untuk menjadi pilot, mengatasi banyak rintangan untuk berlatih di AS. Setelah memenuhi syarat, dia bergabung dengan Yeti Airlines.
Seorang perintis, Anju adalah satu dari hanya enam wanita yang dipekerjakan oleh maskapai sebagai pilot, dan telah terbang hampir 6.400 jam.
"Dia adalah kapten penuh di maskapai yang melakukan penerbangan solo," kata Sudarshan Bartaula dari Yeti Airlines. "Dia wanita pemberani."
Anju kemudian menikah lagi dan memiliki anak kedua sambil terus membangun karirnya. Teman dan keluarga mengatakan dia menyukai pekerjaannya, dan senang berada di dekatnya.
Di lokasi jatuhnya pesawat di Pokhara, bagian-bagian pesawat yang dipiloti Anju berserakan di tepi Sungai Seti, berserakan seperti pecahan mainan yang rusak. Sebagian kecil pesawat bersandar di ngarai, jendela utuh dan warna hijau dan kuning khas Yeti Airlines masih terlihat.
Advertisement
Kehilangan
Tragedi minggu ini telah menghidupkan kembali pembicaraan tentang keselamatan penerbangan di negara Himalaya itu, yang telah menyaksikan ratusan orang tewas dalam kecelakaan udara dalam beberapa dekade terakhir.
Selama bertahun-tahun, sejumlah faktor disalahkan atas catatan keselamatan penerbangan Nepal yang buruk. Medan pegunungan dan cuaca yang sering tidak dapat diprediksi bisa jadi sulit untuk dinavigasi, dan sering disebut sebagai alasan. Tetapi yang lain menunjuk pada pesawat yang sudah ketinggalan zaman, peraturan yang longgar dan pengawasan yang buruk sebagai faktor yang sama pentingnya.
Sejauh ini masih belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan pesawat yang terjadi Minggu 15 Januari.
Di luar rumah sakit di Pokhara, keluarga dari mereka yang terbunuh menunggu jenazah kerabat mereka dipulangkan setelah otopsi selesai.
Di udara bulan Januari yang sangat dingin, Bhimsen Ban berkata dia berharap bisa segera membawa temannya Nira kembali ke desanya agar upacara terakhirnya dapat dilakukan.
Nira Chantyal, 21, adalah seorang penyanyi yang sering terbang bersama Yeti Airlines. Perjalanan udara berbiaya rendah telah menjadi cara yang terjangkau dan populer bagi kelas menengah negara itu untuk melintasi negara pegunungan tersebut.
Nira, yang telah pindah ke Kathmandu, sedang berjuang untuk tampil di sebuah festival musik di Pokhara.
"Dia adalah artis yang sangat berbakat, dan biasa menyanyikan lagu-lagu rakyat. Dia sering bernyanyi secara spontan," kata Bhimsen, matanya merah karena menangis.
"Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan kehilangan itu."
Beredar Daftar Penumpang Yeti Airlines, Mayoritas Warga Nepal dan WN Asing Korea-Rusia
Situs Republic yang dikutip Selasa (15/1/2023), mengklaim memperoleh manifes penerbangan lengkap dari pesawat Yeti Airlines yang jatuh. Menurut otoritas bandara, penerbangan tersebut membawa 53 orang Nepal, lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea, satu orang Irlandia, satu orang Argentina, dan satu orang Prancis.
Menyusul kecelakaan pesawat Yeti Airlines yang fatal, Bandara Internasional Pokhara ditutup sementara karena operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut.
Sedikitnya 68 jiwa jenazah dilaporkan telah ditemukan di lokasi pesawat jatuh. Berikut ini manifes atau daftar penumpang Yeti Airlines yang diklaim situs Republic selengkapnya: Klik di sini...
Dilansir CNN, Senin 16 Januari 2023, pesawat ATR 72 yang kecelakaan itu membawa 72 orang yang terdiri dari 37 laki-laki, 25 perempuan, tiga anak kecil, dan tiga adalah anak bayi. Empat di antaranya awak kabin.
Kecelakaan ini merupakan yang paling mematikan dalam lebih dari 30 tahun terakhir di Nepal.
Pencarian dihentikan pada malam hari dan dilanjutkan Senin 14 Januari pagi. Pemerintah menetapkan hari Senin itu sebagai hari libur untuk berduka atas para korban.
CNN menyebut 53 penumpang dan semua kru pesawat adalah orang Nepal. Ada pula orang asing, yakni lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea, dan terdapat juga warga Australia, Argentina, Prancis, dan Irlandia.
Advertisement