Alasan Finlandia Ingin Gabung NATO: Agar Rusia Tak Macam-Macam

PM Finlandia Sanna Marin khawatir dengan langkah militeristik Rusia di Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Jan 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2023, 17:00 WIB
Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin. Dok: YouTube/WEF
Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin. Dok: YouTube/WEF

Liputan6.com, Davos - Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin membahas topik bergabungnya Finlandia ke NATO. Pemimpin dari generasi milenial itu menegaskan bahwa Finlandia perlu masuk NATO agar Rusia tidak macam-macam. 

"Kita ingin menjadi anggota NATO karena kita tidak ingin perang lagi di Finlandia. Kita pernah perang dengan Rusia sebelumnya," ujar PM Sanna Marin di acara World Economic Forum yang disiarkan online, dikutip Rabu (18/1/2023).

PM Sanna Marin berkata negaranya memiliki kapabilitas militer yang tangguh, tetapi bergabungnya Finlandia ke NATO bisa memberikan perlindungan dari Article 5 NATO.

"Bahwa jika negara NATO diserang, maka (anggota) yang lainnya akan melindunginya, dan tentunya Finlandia akan melindungi negara-negara lain ketika menjadi anggota NATO," ucap PM Sanna Marin. 

Lebih lanjut, PM Marin juga yakin bahwa Rusia tidak akan berani menyerang Ukraina apabila Ukraina menjadi anggota NATO. 

"Saya meyakini itu," ucap PM Marin. "Jika Ukraina adalah anggota NATO, tidak akan ada perang sekarang di Ukraina."

PM milenial itu juga menyayangkan bahwa negara-negara dunia tidak bertindak lebih tegas ketika Rusia menyerang Krimea yang merupakan milik Ukraina. Apabila ada sanksi yang lebih kuat ke Rusia saat itu, maka sejarah akan sangat berbeda. 

Eropa pun diminta belajar dari kejadian serangan Rusia ini, terutama agar negara-negara tidak ketergantungan terhadap rezim otoriter. 

"Kita terlalu ketergantungan ke energi Rusia, dan itu menyebabkan banyak masalah di mana-mana di Eropa saat ini, dan kita harus memastikan di masa depan kita belajar dari pengalaman ini, dan di masa depan kita tidak akan membangun ketergantungan kritikal kepada rezim-rezim otoriter, tetapi kita akan memperdalam kerja sama dengan sekutu dan mitra demokratis kita," tegas PM Sanna Marin.

Polandia Berikan Warning: Perang Dunia III Bisa Terjadi Kalau Ukraina Kalah

Perjuangan Tentara Medis Militer Ukraina di Medan Pertempuran Melawan Rusia
Petugas medis militer memberikan pertolongan pertama kepada tentara yang terluka (kanan) dan memasukkan jenazah tentara yang tewas ke dalam tas dekat Kremenna di wilayah Luhansk, Ukraina, 16 Januari 2023. Hingga saat ini pejabat Ukraina menolak untuk mengonfirmasi jumlah korban dalam perangnya dengan Rusia, setelah ketua Komisi Uni Eropa pada akhir November 2022 lalu memperkirakan bahwa "lebih dari 20.000 warga sipil dan 100.000 tentara Ukraina telah tewas di Ukraina hingga saat ini." (AP Photo/LIBKOS)

Pemerintah Polandia terus memberikan dukungan kepada Ukraina di tengah Rusia. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki bahkan berpesan Perang Dunia III bisa terjadi apabila Ukraina.

Oleh sebab itu, Polandia mendukung pengiriman bantuan militer ke Ukraina, termasuk tank Leopard 2 dari Jerman.  

"Kekalahan Ukraina mungkin menjadi awal dari Perang Dunia III, jadi hari ini tidak ada alasan untuk memblokir dukungan untuk Kyiv dan menunda-nundanya tanpa kejelasan," ujar PM Morawiecki saat berkunjung ke Jerman, dikutip Firstpost, Selasa (17/1).

Ada wacana pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina masih tertunda. Situs France24 menyebut Kanselir Jerman Olaf Scholz khawatir akan terjadi eskalasi konflik apabila Jerman mengirim tank tersebut ke Ukraina. 

Polandia pun mendorong Jerman agar tank-tank tersebut tidak diparkirkan di tempat penyimpanan saja, tetapi dikirimkan. 

"Hari ini rakyat Ukraina tak hanya bertempur untuk kemerdekaan mereka, tetapi juga mempertahankan Eropa. Saya menyerukan kepada pemerintah Jerman untuk bertindak dengan tegas dan mengirimkan semua tipe senjata ke Ukraina," ujar PM Polandia Morawiecki.

Polandia dan Finlandia sebenarnya memiliki tank Leopard 2, tetapi mereka juga tak bisa mengirimkan tank-tank tersebut ke Ukraina tanpa lampu hijau dari pemerintah Jerman. 

Sementara, pihak Rusia tidak gentar dengan potensi kehadiran Leopard 2 dan menyebut siap membakarnya. 

Namun, saat ini Jerman sedang memiliki masalah lain karena mundurnya Christine Lambrech sebagai menteri pertahanan. Pakar pertahanan dari King's College London, Rod Thornton, menyebut mundurnya Lambrech dikhawatirkan melemahkan respons Barat. 

"Rusia telah mencoba melemahkan kohesi Barat, dan dengan kabar mundurnya ini, Barat terlihat kurang bersatu," ujar Thornton.

Kissinger Dukung Ukraina Masuk NATO

Pasukan Ukraina Gempur Rusia Pakai Howitzer M777 Pasokan AS di Kherson
Tentara Ukraina menggempur posisi Rusia menggunakan Howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) di wilayah Kherson, Ukraina, 9 Januari 2023. Memasuki hari ke-321 peperangan, konflik di antara Rusia dengan Ukraina sampai saat ini terus berlanjut dan belum terlihat akan segera berakhir. (AP Photo/Libkos)

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger memberikan dukungan agar Ukraina bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pandangan itu diungkap Kissinger secara virtual pada acara World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. 

Kissinger mengaku sebelumnya menolak Ukraina masuk NATO karena khawatir memperparah situasi, tetapi kini ia berubah pikiran. 

"Sebelum perang ini, saya menolak keanggotaan Ukraina karena saya takut itu bisa mempercepat proses yang kita lihat sekarang," ujar Henry Kissinger seperti dikutip Switzerland Times, Rabu (18/1/2023).

Kini, Kissinger menyebut bergabungnya Ukraina ke NATO sebagai "konsekuensi yang layak" terhadap invasi Rusia.

Henry Kissinger sebelumnya mendukung negosiasi damai Ukraina-Rusia, akan tetapi Kissinger menuai kontroversi karena mengimplikasikan Ukraina harus merelakan Krimea dan sejumlah daerahnya demi perdamaian. 

Posisi Ukraina selama perang berlangsung adalah agar Rusia angkat kaki dari wilayahnya. Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin menegaskan negaranya ogah memberikan daerahnya ke Rusia.

Sebelum perang dimulai, keanggotaan NATO merupakan salah satu dari bermacam alasan yang dipakai Rusia untuk menyerang Ukraina. 

NATO memiliki kebijakan pertahanan, apabila satu negara NATO diserang negara lain, maka pakta pertahanan itu boleh saling membela. Akan tetapi, pihak Rusia telah mendukung negara-negara NATO sudah ikut campur ke perang di Ukraina. 

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, berkata Ukraina bakal kalah berbulan-bulan yang lalu jika tidak ada bantuan NATO. Pihak Rusia pun telah memakai istilah "proxy war" pada konflik ini.

Kyiv Belum Jatuh

Perjuangan Tentara Medis Militer Ukraina di Medan Pertempuran Melawan Rusia
Petugas medis militer membantu tentara yang terluka ke dalam kendaraan evakuasi dekat Kremenna di wilayah Luhansk, Ukraina, 16 Januari 2023. Hingga saat ini pejabat Ukraina menolak untuk mengonfirmasi jumlah korban dalam perangnya dengan Rusia, setelah ketua Komisi Uni Eropa pada akhir November 2022 lalu memperkirakan bahwa "lebih dari 20.000 warga sipil dan 100.000 tentara Ukraina telah tewas di Ukraina hingga saat ini." (AP Photo/LIBKOS)

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga hadir di WEF. Ia mengingatkan bahwa perang Rusia di Ukraina sudah hampir setahun lamanya. 

Rusia memulai serangan pada pekan terakhir Februari 2022. Presiden von der Leyen berkata Ukraina masih bertahan, meski banyak yang memprediksi akan kalah. 

"Pada pagi Februari yang menentukan tersebut, banyak yang memprediksi bahwa Kyiv akan jatuh dalam hitungan hari. Tapi itu tidak memperhitungkan semangat dan keberanian fisik rakyat Ukraina," ujar Presiden Ursula von der Leyen. 

Presiden Komisi Eropa juga memuji Ibu Negara Ukraina Olena Zelensky yang hadir di acara tersebut. Ia berkata serangan Rusia yang bertubi-tubi hingga musim dingin tidak menggoyahkan tekad Ukraina. 

"Dalam setahun ke belakang, negaramu telah menggerakkan dunia dan menginspirasi Eropa. Dan saya bisa memastikan kepadamu bahwa Eropa akan selalu berdiri bersamamu. Banyak yang meragukan apakah dukungan Eropa akan goyah. Tapi hari ini, Ukraina adalah negara kandidat untuk menjadi Uni Eropa," ujar Presiden von der Leyen.

Ia juga menyebut Uni Eropa terus memberikan bantuan senjata kepada Ukraina dan menjadi tuan rumah bagi sekitar 4 juta warga Ukraina. 

"Dan kami telah menerapkan sanksi yang terkuat yang membuat ekonomi Rusia menghadapi dekade regresi dan industrinya kelaparan terhadap teknologi modern dan kritikal. Tidak akan ada impunitas untuk kejahatan-kejahatan Rusia ini," tegas Presiden Komisi Eropa.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya