Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky angkat bicara atas kecelakaan helikopter yang menewaskan Menteri Dalam Negeri Ukraina Denys Monastyrsky. Ia menyebut insiden tersebut sebagai konsekuensi dari perang.
Monastyrsky merupakan salah satu penasihat paling senior di lingkaran Presiden Zelensky. Para pejabat penting di Ukraina disebut memilih naik helikopter di masa perang ini untuk menghindari deteksi.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan BBC, Kamis (19/1/2023), sejauh ini kecelakaan diindikasi sebagai kecelakaan. Namun, Presiden Zelensky menyiratkan bahwa kecelakaan itu terjadi akibat invasi Rusia.
"Tidak ada kecelakaan dalam perang," ujar Presiden Volodymyr Zelensky saat hadir di World Economic Forum (WEF).
Meski insiden itu adalah kecelakaan, otoritas keamanan Rusia menelusuri kemungkinan adanya sabotase, malfungsi teknis, atau melanggar aturan penerbangan.
Total jumlah korban kecelakaan pada Rabu 18 Januari 2022 itu adalah 14 orang, revisi dari laporan awal yang menyebut 18 orang.Â
Helikopter hancur total dalam kecelakaan tersebut, dan hanya pintunya saja yang bentuknya masih dikenali. Kematian Monastyrsky membuat geger pemerintahan Ukraina, sebab mendagri juga punya tugas mengurus keamanan dan kepolisian saat perang.Â
Kepala deputi di kantor kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, menyebut Monastyrsky sedang menuju "hot spot" perang ketika kecelakaan terjadi.Â
Tymoshenko berkata pekerjaan di kementerian dalam negeri akan beroperasi seperti biasa, namun BBC melaporkan para pejabat ia mengakui bahwa
Setelah insiden ini, kepala kepolisian nasional Ukraina Ihor Klymenko diangkat menjadi (plt.) menteri dalam negeri.Â
Kecelakaan Dekat Tempat Penitipan Anak
Korban lain dari kecelakaan helikopter itu adalah Tetiana Shutiak yang bekerja sebagai ajudan di bawah Monastyrsky, kemudian deputi menteri pertama Yevhen Yenin, dan sekretaris negara Yuriy Lubkovych.
Ketika kecelakaan helikopter itu terjadi pada pagi hari, para orang tua sedang mengantar anak-anak mereka ke TK.
"Helikopternya jatuh di wilayah salah satu TK," ujar Presiden Zelensky.
Selain penumpang helikopter, sejumlah korban berada di darat. Salah satu korban adalah anak kecil.
11 dari 25 orang yang terluka juga anak-anak berusia muda.
Saksi mata menyalahkan konflik dengan Rusia atas kecelakaan tersebut, sebab invasi Rusia menyebabkan kesulitan listrik sehingga berdampak pada penerangan.Â
"Situasinya sangat berkabut dan tidak ada listrik, dan ketika tidak ada listrik, tidak ada cahaya pada gedung-gedung," ujar seorang warga lokal Volodymyr Yermelenko.
Warga lokal lain menyebut helikopter berusaha menghindari menabrak gedung tinggi.Â
"Para orang tua berteriak, menjerit. Ada kepanikan," ujar relawan lokal bernama Lidiya.
Warga sekitar juga ada yang sampai lompat pagar untuk menyelamatkan anak-anak. Salah satu anak perempuan berhasil diselamatkan, meski wajahnya berlumuran darah.
Advertisement
NATO Desak Barat Kirim Lebih Banyak Senjata Berat ke Ukraina
Sebelumnya dilaporkan, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memuji komitmen sejumlah negara terkait pengiriman senjata berat ke Ukraina. Pernyataan Stoltenberg muncul pada Minggu (15/1), sehari setelah gelombang serangan Rusia menargetkan infrastruktur penting Ukraina dan menewaskan sedikitnya 30 orang.
"Janji mengirimkan peralatan berat perang itu penting dan saya berharap ada lebih banyak dalam waktu dekat," kata Stoltenberg seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (16/1).
Pada Jumat mendatang, Stoltenberg dikabarkan akan menggelar pertemuan dengan para pejabat pertahanan anggota NATO untuk mengoordinasikan pengiriman senjata ke Ukraina.
Ketika ditanya apakah Jerman juga seharusnya ikut menyediakan senjata berat bagi Ukraina, Stoltenberg menjawab, "Kita berada dalam perang yang menentukan. Kita mengalami pertempuran sengit. Untuk itu, penting bagi kita untuk menyediakan Ukraina persenjataan yang dibutuhkan agar memenangkan peperangan dan melanjutkan hidup sebagai negara yang merdeka."
Ukraina Butuh Senjata
Pada Sabtu (14/1), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan agar sekutu Barat mengirimkan lebih banyak persenjataan berat. Dia menegaskan bahwa teror Rusia hanya bisa dihentikan di medan perang.
"Lantas apa yang dibutuhkan? Senjata-senjata yang ada di gudang sekutu kami," kata Zelensky.
Zelensky menyampaikan hal tersebut tidak lama setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjanji akan mengirimkannya tank Challenger 2.
Polandia dan Finlandia juga telah mengisyaratkan kesediaan mereka untuk membantu Ukraina dengan mengirimkan tank Leopard 2 pabrikan Jerman. Di lain sisi, komitmen negara-negara tersebut meningkatkan tekanan pada Kanselir Jerman Olaf Scholz dan pemerintahan koalisinya. Pemerintahan Jerman masih ragu-ragu untuk mengirim tank tersebut.
Di lain pihak, Uni Eropa menegaskan akan terus membantu Ukraina selama invasi Rusia.
Advertisement