Liputan6.com, Kairo - Al Azhar Mesir pada Rabu (25/1/2023), meminta umat muslim dunia untuk memboikot produk Swedia dan Belanda menyusul aksi penistaan Alquran di dua negara Eropa tersebut.
"Mereka telah berlebihan dalam menjaga kejahatan kejam dan biadab yang dilakukan di bawah bendera tidak manusiawi dan tidak bermoral atau apa yang mereka sebut sebagai kebebasan berekspresi," ungkap Al Azhar Mesir seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (26/1).
Seruan oleh Al Azhar Mesir adalah yang terbaru dari serangkaian reaksi dunia atas kasus penodaan Alquran oleh ekstremis sayap kanan di Swedia dan Belanda.
Advertisement
Di Kota Lahore, Pakistan, ratusan orang melakukan protes pada Selasa (24/1) dan mengutuk penistaan Alquran. Protes juga terjadi di dua kota utama Turki, Istanbul dan Ankara.
Pada Sabtu (21/1), untuk kesekian kalinya, ekstremis sayap kanan Rasmus Paludan membakar salinan Alquran. Aksi keji itu dilakukannya di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia. Sementara itu, pada Minggu (22/1), pemimpin gerakan sayap kanan Belanda Pegida Edwin Wagensveld merobek-robek halaman Alquran di dekat parlemen Belanda di Den Haag dan menginjaknya.
Segera setelah aksi keji Paludan, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson melayangkan kutukan. Kristersson menggarisbawahi soal kebebasan berekspresi yang digunakan orang-orang seperti Paludan untuk melancarkan kejahatan kebencian.
"Kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Tapi apa yang legal belum tentu sesuai. Membakar kitab suci bagi banyak orang adalah tindakan yang kurang ajar. Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini," demikian twit PM Kristersson pada Sabtu malam.
Sikap keras PM Kristersson digaungkan kembali oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket.
"Tentu saja ada kebebasan berbicara dan berekspresi di Swedia. Namun, apa yang ia (PM Kristersson) sampaikan bahwa apa yang legal belum tentu sesuai adalah kesimpulan yang bagus. Yang melakukan ini adalah politikus ekstremis. Jadi, tidak merefleksikan pandangan keseluruhan yang dimiliki orang Eropa pada umumnya," ujar Dubes Piket dalam sebuah kesempatan pada Selasa, 24 Januari 2023.
Diplomat berkebangsaan Belanda itu mengungkapkan bahwa terdapat delapan persen populasi muslim yang membentuk total 35 juta warga Eropa.
"Jika Anda bertanya kenapa mereka memilih Eropa, mereka mungkin akan menjawab 'karena di tempat ini mereka merasa seperti di rumah dan menjadi bagian dari masyarakat', dihormati," tutur Dubes Piket.
Bukan Kebebasan Berekspresi
Perwakilan Tinggi Aliansi Peradaban PBB Miguel Angel Moratinos melalui pernyataan tertulisnya menekankan bahwa tindakan Paludan bukan bagian dari kebebasan berekspresi.
"Itu kurang ajar dan menghina penganut Islam serta tidak boleh digabungkan dengan kebebasan berekspresi," kata Moratinos.
Kejahatan kebencian oleh Paludan dengan membakar salinan kitab suci, bukan sekali terjadi. Pada April 2019, bertempat di Viborg, Denmark, Paludan membungkus salinan Alquran dengan daging babi sebelum membakarnya. Demikian dikutip dari trtworld.com.
Pada tahun 2020, pendukung Paludan membakar salinan Alquran di Kota Malmo, Swedia, memicu protes keras. Paludan dilarang memasuki Belgia selama satu tahun, Swedia selama dua tahun, dan diusir dari Prancis setelah mengisyaratkan niatnya untuk membakar Alquran di Paris.
April 2022, pembakaran salinan kitab suci Alquran dilakukan Paludan di Kota Linkoping, Swedia. Mei 2022, Paludan kembali beraksi membakar salinan Alquran di depan Masjid Raslatt di Jonkoping, Swedia.
Politikus Sosial Demokrat yang juga mantan Menteri Kehakiman Swedia Morgan Johansson mendeskripsikan Paludan sebagai "ekstremis sayap kanan tolol, yang satu-satunya tujuannya adalah mendorong kekerasan dan perpecahan."
Advertisement
Indonesia Panggil Dubes Swedia
Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI), mengatakan bahwa penistaan kitab suci melukai dan menodai toleransi umat beragama.
"Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran kitab suci Al Qur'an oleh Rasmus Paludan, politikus Swedia, di Stockholm," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI melalui akun resminya di Twitter pada Minggu.
"Aksi penistaan kitab suci ini telah melukai dan menodai toleransi umat beragama. Kebebasan ekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab," tambah Kemlu RI.
Kemlu RI telah memanggil Duta Besar Swedia untuk Indonesia Marina Berg.
"Benar. Sudah dipanggil dan diterima Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Pak Umar Hadi siang tadi," ungkap juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah kepada Liputan6.com, Rabu. "Intinya Pemerintah Indonesia menyampaikan secara langsung posisi pemerintah atas kejadian ini."
Baca Juga