Harga Bawang di Filipina Lebih Mahal dari Daging, Tembus Rp 192 Ribu Per Kg

Bawang merah saat ini menjadi komoditas sayuran yang harganya melonjak drastis di Filipina. Lonjakan harga tersebut cukup meresahkan karena sudah tidak dianggap seperti bahan pokok, tetapi barang mewah.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 28 Jan 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi bawang merah. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Ilustrasi bawang merah. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Manila - Departemen Pertanian Filipina menyatakan bahwa harga bawang lokal lebih mahal daripada daging. 

Melansir dari BBC, Sabtu (27/1/2023), harga bawang melonjak di Filipina menjadi sekitar 700 peso (192 ribu rupiah) per kg bulan pada Desember 2022 lalu.

Angka tersebut lebih mahal dari harga daging dan upah minimum harian di negara Asia Tenggara itu.

Hal tersebut pun menjadi masalah di kalangan masyarakat setempat. Sebab, bawang adalah makanan atau bahan pokok di seluruh Asia Tenggara termasuk Filipina.

Bahan pokok dalam masakan Filipina pun menjadi simbol meningkatnya biaya hidup. Masyarakat menganggap membeli bawang sudah hampir mirip dengan membeli barang mewah.

Hal ini disebabkan oleh inflasi, yang mengukur kenaikan harga segala sesuatu mulai dari makanan hingga bahan bakar dan mencapai level tertinggi baru dalam 14 tahun di Filipina bulan lalu.

Presiden Ferdinand Marcos Jr, yang juga merupakan menteri pertanian, menyebut kenaikan harga pangan sebagai "situasi darurat".

Pada awal Januari, Marcos Jr menyetujui impor bawang merah dan kuning dalam upaya untuk meningkatkan pasokan.

Para ahli mengatakan bahwa pembukaan kembali ekonomi Filipina mendorong permintaan, sementara cuaca buruk telah memengaruhi produksi makanan, termasuk bawang.

"Kembali pada bulan Agustus, Departemen Pertanian memperkirakan potensi kekurangan tanaman akar. Beberapa bulan kemudian, Filipina dilanda dua badai dahsyat yang menyebabkan kerusakan tanaman yang cukup besar," kata Nicholas Mapa, seorang ekonom senior di ING Bank.

"Kami juga telah melihat peningkatan tajam dalam permintaan karena ekonomi pulih dengan tajam," tambah Mapa.

Krisis Bahan Pokok yang Terus Ada di Filipina

Ilustrasi bendera Filipina. (AFP/Noel Cells)
Ilustrasi bendera Filipina. (AFP/Noel Cells)

Krisis bahan pokok seperti bawang ini telah memberi desakan berat pada Marcos Jr, yang telah berjanji untuk meningkatkan produksi pangan sebagai anggota menteri pertanian Filipina.

Beberapa anggota parlemen juga telah meminta Marcos Jr untuk menunjuk dan mencari pengganti untuk menggantikannya.

Berbicara terkait kenaikan harga pangan di negara itu, Senator Filipina Grace Poe berkata, "Sebelumnya gula, sekarang, bawang. Kita akan berakhir dengan mendiskusikan semua bahan yang ada di dapur."

Marie-Anne Lezoraine, konsultan Kantar Worldpanel mengatakan bahwa perubahan iklim juga merupakan ancaman besar bagi ketahanan pangan Filipina. Kantar Worldpanel adalah firma global yang berhubungan langsung dengan panel konsumen.

"Daya beli sangat ketat bagi sebagian besar konsumen yang hanya mampu membeli kebutuhan pokok. Apabila perubahan iklim menyebabkan kelangkaan dan oleh karena itu harga melambung, itu akan menyebabkan dampak yang sangat merusak pada sebagian besar konsumen di Filipina," ujar Lezoraine.

Namun, Nicholas Mapa percaya bahwa harga bawang bisa stabil karena pemerintah Filipina lebih banyak mengimpor hasil panen.

"Namun, waktunya mungkin tidak tepat karena bertepatan dengan musim panen Februari untuk bawang produksi lokal," tutur Mapa.

"Harga mungkin benar-benar turun drastis setelah panen dan impor memasuki pasar hampir bersamaan," lanjutnya.

Dampak Melonjaknya Harga Bawang ke Masyarakat Filipina

Ilustrasi kota Manila, FIlipina. (Pixabay)
Ilustrasi kota Manila, FIlipina. (Pixabay)

Banyak masyarakat Filipina yang mendapatkan dampak buruk dari melonjaknya harga bawang.

Bawang masih menjadi barang mewah bagi banyak konsumen menurut Rizalda Maunes, pemilik restoran piza di pusat kota Cebu, Filipina.

"Kami biasa membeli tiga hingga empat kilogram bawang setiap hari. Sekarang kami membeli setengah kilo, hanya itu yang mampu kami beli," cerita Maunes kepada BBC.

"Pelanggan kami mengerti situasi kami karena tidak hanya restoran, tetapi rumah tangga mengalami kesulitan karena banyak hidangan negara kami yang dimaniskan dengan bawang," imbuhnya.

Kenaikan harga juga melanda kedai makanan jalanan di Cebu, yang populer di kalangan penduduk lokal dan turis. Sayuran goreng, daging, dan makanan laut, biasanya disajikan dengan saus bawang dan saus cuka.

"Bawang adalah bagian besar dari hidangan kami. Ini menambah kerenyahan rasa dan rasa manis untuk membedakan rasa asin dari makanan kami," ucap Alex Chua, salah satu pemilik kios makanan di jalanan Cebu.

"Kami bersyukur pemerintah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan kenaikan harga. Kami berharap mereka terus melakukan langkah-langkah tersebut untuk menurunkan harga lebih lanjut,” tambahnya.

Bawang begitu sangat dicari, sehingga ada pengantin perempuan, April Lyka Biorrey, yang memilih untuk membawa bawang alih-alih karangan bunga di pernikahannya di Iloilo, Filipina.

"Saya bertanya kepada calon suami saya apakah kami bisa menggunakan bawang sebagai pengganti bunga, karena setelah pernikahan bunga akan layu dan akhirnya dibuang," kata Biorrey.

"Jadi kenapa tidak bawang? Praktis karena masih bisa digunakan setelah pernikahan," guraunya.

Terdapat juga beberapa kasus di mana orang-orang mendapat masalah karena menyelundupkan bawang merah ke Filipina.

Pada Januari ini, 10 anggota kru dari Philippine Airlines diselidiki karena berusaha menyelundupkan hampir 40 kg bawang dan buah-buahan ke dalam tas bagasi. Petugas bea cukai kemudian mengatakan mereka tidak akan menghadapi dakwaan, tetapi memperingatkan para pelancong agar tidak membawa produk tanpa izin.

Kru Philippine Airlines yang Selundupkan Bawang Karena Harganya yang Naik Drastis

Ilustrasi bawang merah. (Pixabay)
Ilustrasi bawang merah. (Pixabay)

Untuk mengetahui lebih dalam kasus kru Philippines Airlines yang menyelundupkan bawang ke Filipina, berikut adalah penjelasannya.

Staf dari dua penerbangan terpisah, PR655 dan PR659, ditangkap dengan barang bukti 27 kg bawang dan 11,5 kg bahan pangan lain, seperti lemon, menurut sebuah memorandum dari Biro Bea Cukai Filipina (BOC). Total nilai pasar bawang merah dan buah-buahan yang disita adalah 250 dolar Amerika Serikat (AS), sekitar 3,8 juta rupiah.

Juru bicara BOC mengatakan pada 16 Januari 2023 bahwa staf maskapai dapat dikenai tuntutan pidana karena membawa masuk barang tanpa deklarasi dan sertifikasi yang tepat.

Pada Desember 2022, BOC menyita lebih dari dua kontainer seberat 50 ribu kg, yang berisi bawang merah yang disembunyikan di dalam kue dan roti. Perkiraan nilai pasar dari produk yang disita adalah 20 juta peso (sekitar 5,5 miliar rupiah).

Di bulan yang sama, 20 kontainer produk pertanian selundupan dari Tiongkok, yang berisi bawang merah dan putih, juga disita. Produk tersebut diduga bernilai lebih dari 171 juta peso (sekitar 47,2 miliar rupiah).

Seorang Komisaris Bea Cukai Filipina mengatakan bahwa mereka telah mengawasi penyelundupan produk pertanian karena "harga bawang yang tinggi di pasar." Ia menyambung, operasi penyelundupan akan berdampak lebih jauh pada "petani, rakyat, dan sektor pertanian" Filipina.

Baca selebihnya di sini...

Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun
Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya