Ibu di Jepang Foto Wanita Telanjang di Onsen demi Sang Anak

Berdasarkan rekaman kamera yang disita, polisi menetapkan bahwa pengambilan foto dan video ilegal telah berlangsung sejak Agustus, lebih dari 20 kali.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 31 Jan 2023, 09:12 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2023, 09:10 WIB
Onsen
Pemandian air panas di Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Seorang ibu Jepang ditangkap kembali pada Kamis (26/1/2023) karena dicurigai mengambil foto wanita telanjang di pemandian umum secara ilegal. Gambar-gambar itu dilaporkan untuk putranya yang berusia 37 tahun, yang telah meminta dia memotret para wanita tersebut setidaknya selama empat bulan terakhir. Demikian laporan NHK.

Satomi Seki (63) mengatakan kepada polisi bahwa putranya, Akinori, telah menyendiri selama sekitar 20 tahun dan jarang meninggalkan rumah. Dia menambahkan bahwa untuk "menenangkan" putranya, dia menyelinapkan kamera kecil di dalam ruang ganti dan pemandian untuk mengambil foto para wanita telanjang.

Polisi pertama kali diberitahu tentang dugaan kejahatan Satomi pada 30 Desember, ketika staf di fasilitas pemandian di Aichi, melihatnya menyelundupkan dua kamera ke dalam keranjang perlengkapan mandi plastik. Ketika dia mencoba masuk ke ruang ganti, staf menangkapnya.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, polisi mengetahui bahwa putranya bersekongkol dengannya untuk mengambil foto. Pihak berwenang kemudian menangkapnya pada 4 Januari dan akhirnya menangkap kembali pasangan itu lagi pada hari Kamis. Jaksa akan sering menahan tersangka untuk menghindari periode penahanan pra-dakwaan maksimum Jepang selama 23 hari.

Berdasarkan rekaman kamera yang disita, polisi menetapkan bahwa keduanya telah mengambil foto dan video ilegal sejak Agustus, lebih dari 20 kali.

Satomi dan Akinori ditangkap atas tuduhan fotografi dan film voyeuristic. Jika terbukti bersalah atas pelanggaran berulang, mereka dapat dihukum dengan hukuman penjara dua tahun atau denda hingga US$ 7.673. Mereka juga menghadapi tuduhan pelanggaran, kejahatan yang dapat dihukum tidak lebih dari tiga tahun penjara, atau denda maksimal sekitar US$ 767.

Jumlah Kejahatan Serupa Meningkat

Noboribestu Onsen (Hokkaido Prefecture)
Noboribestu Onsen menempati posisi ketiga sebagai pemandian air panas di Jepang selama 2020 (dok.instagram/@mmshowj/https://www.instagram.com/p/CIkzZq8lVwY/Komarudin)

Menurut data pemerintah, jumlah penangkapan karena voyeurisme dan kejahatan pembuatan film ilegal di Jepang meningkat lebih dari dua kali lipat dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2021, penangkapan atas kejahatan tersebut naik 20 persen dari tahun sebelumnya menjadi 5.019, mencatat rekor tertinggi.

Dalam upaya untuk mengekang kejahatan ini, polisi di Prefektur Kyoto telah merilis iklan di YouTube dan platform streaming lainnya yang mendesak orang untuk berhenti. Di Prefektur Osaka, di mana kejahatan fotografi ilegal meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam dekade terakhir, petugas berpakaian preman telah dikerahkan untuk meningkatkan patroli di area sibuk seperti stasiun kereta.

Tetapi upaya ini terlalu lemah, menurut Chiharu Yamauchi, kepala organisasi nirlaba Pencegahan Kejahatan Voyeurisme Wc. Kelompoknya berpatroli di area ramai untuk memanggil pelaku, serta mengidentifikasi kamera tersembunyi yang terselip di kamar mandi dan fasilitas umum lainnya.

"Membuat poster yang mendorong korban voyeurisme untuk menghubungi polisi itu penting," kata Yamauchi kepada VICE World News. "Tapi kita juga butuh cara untuk mencegah kejahatan yang sebenarnya, bukan hanya apa yang harus dilakukan setelah seseorang menjadi korban, karena pada saat itu sudah terlambat."

Budaya Saling Menjaga

Tempat Pemandian Umum di Jepang Mulai Beroperasi Normal
Seorang pria bersantai dalam kolam renang indoor di pemandian air panas Jepang atau onsen di Yokohama, prefektur Kanagawa pada 29 Mei 2020. Dengan pencabutan status darurat nasional pada Senin (25/5) lalu, banyak bisnis yang mulai beroperasi kembali tak terkecuali dengan onsen. (Behrouz MEHRI/AFP)

Dia mengaitkan munculnya kasus voyeurisme dengan keberadaan ponsel cerdas di mana-mana, menambahkan bahwa saat ini, siapa pun memiliki teknologi untuk mengambil foto ilegal. Dalam kasus khusus ini, katanya, bukan hanya ponsel—pelaku juga bisa mendapatkan perangkat kecil seperti spycam.

Yamauchi mengatakan pendidikan publik tentang masalah ini dan menjangkau para pelaku adalah cara penting untuk mengekang masalah ini. "Tetapi para pengamat juga harus turun tangan, kita harus menciptakan budaya di mana orang saling menjaga."

Satomi mengakui semua dakwaan, tetapi mengatakan dia ditekan oleh putranya. Akinori menyangkal bersekongkol dengannya di semua kesempatan. Ditanya tentang motifnya sendiri, dia tidak menyembunyikan niatnya dari polisi.

"Ketika saya mengetahui bahwa foto-foto itu dapat dijual di internet, saya berpikir untuk mencoba menjualnya," demikian laporan NHK mengutip pernyataan Akinori.

Menurut polisi, foto-foto tersebut belum dijual.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya