Demi Donasi, Pembuat Konten Siaran Langsung di China Rela Dimarahi hingga Kedinginan

Jembatan Guilin di China dipenuhi fenomena para pembuat konten untuk siaran langsung dari malam hingga dini hari, rela kedinginan dan dimarahi. Apakah sepadan dengan penghasilan mereka?

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 05 Mar 2023, 20:10 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2023, 20:10 WIB
Live streamer China di Jembatan Guilin
Para live streamer berkumpul di jembatan Guilin untuk melakukan siaran langsung luar ruangan. (AFP/Jade Gao)

Liputan6.com, Guilin - Fenomena livestreamer atau penyiar berkumpul di suatu tempat publik di Guilin, China tengah marak belakangan ini. Hampir setiap malam mereka berkumpul dan membuat konten dengan siaran langsung, berharap dapat menarik perhatian penonton di aplikasi streaming Douyin, TikTok versi China, di mana pemirsa dapat menyumbang ke streamer favorit mereka.

Dikutip dari India Forbes, Minggu (5/3/2023), tengah malam di sebuah jembatan di China Selatan tampak ramai dipenuhi sekitar dua lusin para pembuat konten secara langsung. Mereka duduk lesehan lengkap 'bersenjata' mikrofon dan ring light (alat bantu penerangan).

Dari jauh nampak seperti barisan yang bersinar.

Para pembuat konten itu berkumpul bersama melakukan siaran langsung dan berharap dapat menarik perhatian penonton di aplikasi sosial media Douyin, TikTok versi China.

"Ada terlalu banyak pembuat konten dalam ruangan," kata Qiao Ya, 27 tahun, yang bekerja dari pukul sembilan malam hingga tiga dini hari.

"Untuk streaming langsung di dalam ruangan, harus terlihat cantik agar dapat menarik penonton, tetapi saya terlalu biasa-biasa saja untuk itu," tambah Qiao.

Siaran yang dilakukan di ruang terbuka ini mulai banyak dilakukan sejak sekitar satu tahun yang lalu.

Sering kali situasi dan kondisi luar ruangan, seperti cuaca dan lainnya, cukup menyulitkan para penyiar di media sosial itu.

Ketika tim liputan AFP berkunjung, suhu turun hingga hampir nol derajat Celcius. Para penyiar tetap terjaga dengan selimut tebal dan pemanas kecil.

"Penonton mungkin merasa jika kami berada di luar ruangan atau sendirian larut malam itu sangat sulit, jadi mereka mungkin akan berbaik hati kepada kami," kata Qiao, yang pendapatannya bergantung pada donasi siaran.

Siaran Langsung Merupakan Pekerjaan Populer di China

Live Streamer di China
Live streamer di China berkumpul dari malam hingga dini hari di tempat umum untuk melakukan siaran langsung. (AFP/Jade Gao)

Streaming secara langsung di aplikasi seperti Douyin, yang dikatakan memiliki 600 juta pengguna pada tahun 2020, adalah cara populer untuk menghasilkan uang di China.

Beberapa pelakunya sukses menjadi selebritas, salah satunya ialah “Lipstick King” Li Jiaqi yang menghasilkan jutaan dolar dari donasi dan biaya iklan atau endorsement melalui Douyin.

Kendati demikian tak semua penyiar bernasib baik seperti Li Jiaqi. Para pembuat konten di jembatan tersebut justru kebanyakan berpenghasilan kurang.

Jika beruntung, Qiao dapat menghasilkan hingga 600 yuan atau saat ini setara dengan Rp 1,3 juta, dengan melakukan siaran langsung selama delapan jam. 

Di hari buruknya, penghasilan Qiao bisa serendah 10 yuan atau setara Rp 21 ribu.

Seperti kebanyakan pembuat konten atau artis Douyin, Qiao juga dikontrak oleh agen bakat livestreamer, yang mengambil potongan 10 persen dari pendapatannya sebagai imbalan atas sewa peralatan dan pengelolaan media sosial.

Setelah terpotong 10 persen, Douyin sendiri mengambil 50 persen lagi dari penghasilan para penyiar. Sehingga Qiao hanya mendapatkan 40 persen penghasilan, penyiar lainnya kurang lebih mengalami hal serupa. 

Perusahaan induk Douyin, ByteDance, yang juga merupakan induk perusahaan TikTok, melaporkan pendapatan sebesar 18,3 miliar dolar pada kuartal pertama tahun 2022.

Sebagian Orang Menjadikan Streaming Sebagai Pekerjaan Sampingan

Kekeringan Picu China Putus Listrik ke Pabrik-Pabrik dan Rumah
Ilustrasi keadaan selama pandemi di China. (AP Photo/Andy Wong)

Sebagian besar penyiar di jembatan Guilin pada hari Senin adalah wanita muda, sedikit di antaranya adalah pria dengan kostum katak berbulu.

Bagi penato alis Zhang Xiaoxiao, 36 tahun, yang ikut serta sebagai livestreamer, siaran tersebut merupakan sumber penghasilan tambahan.

Zhang mengatakan bahwa pandemi COVID-19 berdampak sangat buruk bagi profesi utamanya, protokol kesehatan mengakibatkan salon kecantikannya tidak bisa beroperasi.

"Tekanan sangat tinggi dan bisnis suram. Jika keadaan tidak seperti ini, saya rasa saya tidak akan melakukan siaran langsung," jelas Zhang sembari ia bersiap untuk bekerja hingga pukul tiga dini hari.

"Saya sangat menikmati menyanyi dan menari, jadi saya pikir saya akan menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan, untuk dapat melakukan sesuatu yang saya suka," tambahnya.

Oleh karena itu, melakukan siaran langsung tanpa modal besar merupakan pilihan satu-satunya bagi para pekerja yang pekerjaan utamanya terdampak pandemi COVID-19.

Para Penyiar Dianggap Sebagai Gangguan Publik

Shanghai dan Beijing Lakukan Putaran Baru Tes Covid-19 Massal
Dua perempuan melihat smartphone saat mereka berdiri di sudut jalan di Beijing. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Oktober 2022 lalu, Douyin memberikan peringatan mengenai gangguan publik yang disebabkan oleh para penyiar langsung luar ruangan.

Peringatan gangguan publik tersebut tidak membawa efek signifikan. Siaran langsung tetap dilakukan.

Zhang mengaku, di beberapa kesempatan ia sering kali dimarahi oleh orang-orang yang kebetulan melintas, "Beberapa orang memandang kami dengan diskriminasi. Mereka bertanya 'Mengapa kamu tidak mencari pekerjaan normal?’,".

"Jadi kami memilih tempat yang jauh dari warga, agar tidak mengganggu orang, dan di tempat yang sangat aman.”

Agensi streamer mengirim orang yang bertindak sebagai asisten dan pengawal. 

Beberapa penyiar mengatakan, para asisten terkadang harus membantu memindahkan orang-orang mabuk yang mengganggu siaran juga memblokir penonton online berkelakuan buruk.

Tak peduli dengan risikonya, asal donasi besar cukup untuk menghidupi para penyiar itu.

"Seorang pria menelusuri siaran langsung pinggir jalan saya pada suatu malam pukul 02:20 pagi dan merasa sangat tersentuh," kata Qiao. Pria anonim tersebut kemudian memberinya sumbangan 3.000 yuan, setara 6.598.012 rupiah.

"Saya sangat senang bisa pulang lebih awal malam itu," kata Qiao.

Infografis 5 Tips Cegah Kelelahan Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 5 Tips Cegah Kelelahan Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya