Bom Bunuh Diri Tewaskan Gubernur Taliban Afghanistan, ISIS Klaim Bertanggung Jawab

Gubernur Taliban di Provinsi Balkh, Afghanistan, Mohammad Dawood Muzammil tewas di kantornya di Mazar-e Sharif, pada Kamis (9/3/2023).

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Mar 2023, 09:48 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2023, 09:48 WIB
ilustrasi ledakan bom.
ilustrasi ledakan bom. (iStockphoto)

Liputan6.com, Kabul - Gubernur Taliban di Provinsi Balkh, Afghanistan, Mohammad Dawood Muzammil tewas dalam bom bunuh diri yang diklaim dilakukan kelompok ISIS. Muzammil tewas di kantornya di ibu kota provinsi, Mazar-e Sharif, pada Kamis (9/3/2023).

Dia adalah pejabat Taliban paling senior yang terbunuh sejak kelompok itu kembali berkuasa pada tahun 2021. Sejak itu, tokoh-tokoh pro-Taliban telah menjadi sasaran ISIS.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan via Twitter bahwa Muzammil mati syahid dalam ledakan oleh musuh-musuh Islam.

Muzammil telah memimpin perang melawan ISIS dalam jabatan sebelumnya sebagai gubernur Provinsi Nangarhar. Dia dipindahkan ke Balkh pada Oktober lalu.

Juru bicara kepolisian Balkh Mohammed Asif Waziri mengonfirmasi bahwa bom bunuh diri terjadi pada Kamis pagi di lantai dua kantor gubernur.

"Ada ledakan. Saya jatuh ke tanah," kata Khairuddin, salah seorang korban terluka akibat ledakan itu kepada AFP, seperti dilansir BBC, Jumat (10/3).

Khairuddin mengatakan, dia telah melihat seorang teman kehilangan tangan dalam ledakan bom bunuh diri itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


ISIS Klaim Bertanggung Jawab

Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Pada hari yang sama, ISIS mengklaim bahwa salah satu anggotanya berhasil memasuki gedung dan meledakkan diri. Kelompok itu menambahkan, sejumlah penjaga keamanan tewas dalam ledakan bom bunuh diri itu.

Sehari sebelumnya, otoritas Taliban mengatakan mereka telah membunuh delapan pemberontak dan penculik di Mazar-e Sharif.

Taliban digulingkan sebagai penguasa Afghanistan pada tahun 2001 dan kembali berkuasanya kelompok itu pada Agustus 2021 dimungkinkan setelah pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat ditarik keluar dari negara tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya