Bagi para kamrad di kesatuan kavaleri, Jack Williams laiknya tentara biasa -- pemabuk berat, punya kebiasaan mengunyah tembakau, bermulut kasar dan kotor.
Ia juga tentara yang tangguh dan pantang diremehkan. Duduk di atas kudanya, Jack siap menghunus pedang tajam. Di akhir karir militernya yang terhormat, Jack telah bertempur di 18 pertempuran, tiga kali terluka, dan satu kali disekap lawan.
Hingga suatu hari, rahasia terbesarnya terkuak. Jack Williams yang jadi teladan bagi anggota pasukan uni ternyata adalah seorang perempuan.
Ia sejatinya adalah Frances Clalin -- ibu tiga anak, istri seorang petani kelahiran Illinois yang ikut berperang bersama suaminya, Elmer pada 1861.
Frances Calon adalah salah satu dari segelintir perempuan dari kedua sisi yang berperang, yang menyamar sebagai laki-laki.
Dalam Pertempuran Stones River 31 Desember 1862, Emler tewas hanya beberapa meter di depannya. Alih-alih berduka dan mundur, Frances alias Jack melangkahi jasad suaminya itu menuju ke garis depan.
Untuk memastikan identitasnya tidak diketahui, ia menjiplak habis kebiasaan tentara. Termasuk berjudi dan kerap mengeluarkan sumpah serapah. Tubuhnya yang ramping dan tinggi mendukung penyamarannya.
Sejarah mencatat, salah satu seniornya mengakui Frances Clalin alias Jack Williams adalah prajurit teladan -- terlatih, andal, dan disegani. Ia selalu terlihat menjalankan tugasnya dan dianggap "pria yang dilahirkan untuk bertempur".
Berdasarkan sebuah catatan, saat terluka dalam pertempuran Stones River, ia mengakui identitasnya pada atasan, dan keluar dari militer beberapa hari kemudian.
Laporan lain menyebut, rahasianya terungkap oleh seorang dokter yang mengobati luka di pinggulnya. Dia dilaporkan mencoba kembali mendaftar ke kesatuan militer, namun ditolak. Ia lalu pulang ke Missouri untuk mengumpulkan barang peninggalan suaminya.
Kisahnya menjadi sensasi media di masanya. Jurnalis kala itu membumbui laporannya dengan cerita tentang istri setia yang tak tahan terpisah dari suaminya.
Ia bukan satu-satunya perempuan yang bertempur dalam Perang Saudara.
Foto: Sarah Edmonds
Terpesona Kisah Bajak Laut
Sarah Edmonds mendaftar dalam kesatuan infanteri ke-2 Michigan sebagai 'Franklin Flint Thompson'. Ia yang tomboy terpesona dengan kisah Fanny Campbell yang bertualang di kapal bajak laut dengan menyamar sebagai pria.
Ia mengawali karir militer sebagai perawat laki-laki di medan pertempuran, di bawah Jenderal McClellan. Kemudian menjadi mata-mata pasukan Uni, terkadang menyamar sebagai pria kulit hitam bernama Cuff untuk menyusup ke pasukan konfederasi.
Ia dilaporkan juga menyamar sebagai penjual keliling asal Swedia, sebagai Bridget O'Shea, yang menjual apel dan sabun pada para tentara. Atau menyamar sebagai tukang cuci kulit hitam yang tak sengaja menemukan dokumen rahasia milik petinggi pasukan musuh.
Ketika identitasnya terkuak sebagai perempuan, rekannya masih kerap memujinya sebagai sosok yang "jujur dan tak kenal takut", prajurit yang selalu bertekad dan bersemangat untuk melawan.
Karir militernya mandeg akibat serangan malaria. Ia kemudian mengabdikan diri sebagai perawat perempuan di Rumah Sakit Washington.
Buku memoarnya, "Nurse and Spy in the Union Army" jadi best seller. Ia lantas menikahi seorang mekanik asal Kanada yang memberinya tiga anak.
Pengabdiannya diakui oleh pemerintah dan dia menerima pensiun sebesar $ 12 per bulan serta medali kehormatan.
Foto: Jennie Hodgers
Memilih Sebagai Pria
Ada juga pejuang perempuan yang memilih tetap menjadi lelaki, meski identitasnya terungkap. Ia adalah Jennie Hodgers yang terdaftar dalam pasukan sebagai Albert Cashier.
Ia beraksi setidaknya dalam 40 pertempuran. Saat perang berakhir, ia menetap di Illinois, tetap berpenampilan sebagai pria, dan bekerja sebagai buruh tani.
Dia kemudian bekerja sebagai petugas kebersihan gereja, pekerja pemakaman, dan penyala lampu jalanan. Sebagai seorang pria, ia menikmati hak untuk memilih dalam pemilu dan mengklaim uang pensiun bagi veteran.
Rahasianya hampir terungkap pada tahun 1910, ketika dia ditabrak mobil dan patah kakinya. Karena kasihan, dokter yang memeriksanya bersedia menjaga rahasia itu.
Pada 1911 dia pindah ke pemukiman Soldier and Sailors di Quincy, Illinois, di mana dia terus hidup sebagai seorang pria.
Tapi pikirannya secara bertahap memburuk dan ia dipindahkan ke rumah sakit jiwa Watertown. Petugas yang memandikannya kaget luar biasa menjumpai dia sejatinya seorang perempuan.
Jennie Hodgers alias Albert Cashier meninggal pada 11 Oktober 1915. Jasadnya dipakaikan seragam pasukan Uni. Ada dua nama tertulis di batu nisannya. (Ein)
Ia juga tentara yang tangguh dan pantang diremehkan. Duduk di atas kudanya, Jack siap menghunus pedang tajam. Di akhir karir militernya yang terhormat, Jack telah bertempur di 18 pertempuran, tiga kali terluka, dan satu kali disekap lawan.
Hingga suatu hari, rahasia terbesarnya terkuak. Jack Williams yang jadi teladan bagi anggota pasukan uni ternyata adalah seorang perempuan.
Ia sejatinya adalah Frances Clalin -- ibu tiga anak, istri seorang petani kelahiran Illinois yang ikut berperang bersama suaminya, Elmer pada 1861.
Frances Calon adalah salah satu dari segelintir perempuan dari kedua sisi yang berperang, yang menyamar sebagai laki-laki.
Dalam Pertempuran Stones River 31 Desember 1862, Emler tewas hanya beberapa meter di depannya. Alih-alih berduka dan mundur, Frances alias Jack melangkahi jasad suaminya itu menuju ke garis depan.
Untuk memastikan identitasnya tidak diketahui, ia menjiplak habis kebiasaan tentara. Termasuk berjudi dan kerap mengeluarkan sumpah serapah. Tubuhnya yang ramping dan tinggi mendukung penyamarannya.
Sejarah mencatat, salah satu seniornya mengakui Frances Clalin alias Jack Williams adalah prajurit teladan -- terlatih, andal, dan disegani. Ia selalu terlihat menjalankan tugasnya dan dianggap "pria yang dilahirkan untuk bertempur".
Berdasarkan sebuah catatan, saat terluka dalam pertempuran Stones River, ia mengakui identitasnya pada atasan, dan keluar dari militer beberapa hari kemudian.
Laporan lain menyebut, rahasianya terungkap oleh seorang dokter yang mengobati luka di pinggulnya. Dia dilaporkan mencoba kembali mendaftar ke kesatuan militer, namun ditolak. Ia lalu pulang ke Missouri untuk mengumpulkan barang peninggalan suaminya.
Kisahnya menjadi sensasi media di masanya. Jurnalis kala itu membumbui laporannya dengan cerita tentang istri setia yang tak tahan terpisah dari suaminya.
Ia bukan satu-satunya perempuan yang bertempur dalam Perang Saudara.
Foto: Sarah Edmonds
Terpesona Kisah Bajak Laut
Sarah Edmonds mendaftar dalam kesatuan infanteri ke-2 Michigan sebagai 'Franklin Flint Thompson'. Ia yang tomboy terpesona dengan kisah Fanny Campbell yang bertualang di kapal bajak laut dengan menyamar sebagai pria.
Ia mengawali karir militer sebagai perawat laki-laki di medan pertempuran, di bawah Jenderal McClellan. Kemudian menjadi mata-mata pasukan Uni, terkadang menyamar sebagai pria kulit hitam bernama Cuff untuk menyusup ke pasukan konfederasi.
Ia dilaporkan juga menyamar sebagai penjual keliling asal Swedia, sebagai Bridget O'Shea, yang menjual apel dan sabun pada para tentara. Atau menyamar sebagai tukang cuci kulit hitam yang tak sengaja menemukan dokumen rahasia milik petinggi pasukan musuh.
Ketika identitasnya terkuak sebagai perempuan, rekannya masih kerap memujinya sebagai sosok yang "jujur dan tak kenal takut", prajurit yang selalu bertekad dan bersemangat untuk melawan.
Karir militernya mandeg akibat serangan malaria. Ia kemudian mengabdikan diri sebagai perawat perempuan di Rumah Sakit Washington.
Buku memoarnya, "Nurse and Spy in the Union Army" jadi best seller. Ia lantas menikahi seorang mekanik asal Kanada yang memberinya tiga anak.
Pengabdiannya diakui oleh pemerintah dan dia menerima pensiun sebesar $ 12 per bulan serta medali kehormatan.
Foto: Jennie Hodgers
Memilih Sebagai Pria
Ada juga pejuang perempuan yang memilih tetap menjadi lelaki, meski identitasnya terungkap. Ia adalah Jennie Hodgers yang terdaftar dalam pasukan sebagai Albert Cashier.
Ia beraksi setidaknya dalam 40 pertempuran. Saat perang berakhir, ia menetap di Illinois, tetap berpenampilan sebagai pria, dan bekerja sebagai buruh tani.
Dia kemudian bekerja sebagai petugas kebersihan gereja, pekerja pemakaman, dan penyala lampu jalanan. Sebagai seorang pria, ia menikmati hak untuk memilih dalam pemilu dan mengklaim uang pensiun bagi veteran.
Rahasianya hampir terungkap pada tahun 1910, ketika dia ditabrak mobil dan patah kakinya. Karena kasihan, dokter yang memeriksanya bersedia menjaga rahasia itu.
Pada 1911 dia pindah ke pemukiman Soldier and Sailors di Quincy, Illinois, di mana dia terus hidup sebagai seorang pria.
Tapi pikirannya secara bertahap memburuk dan ia dipindahkan ke rumah sakit jiwa Watertown. Petugas yang memandikannya kaget luar biasa menjumpai dia sejatinya seorang perempuan.
Jennie Hodgers alias Albert Cashier meninggal pada 11 Oktober 1915. Jasadnya dipakaikan seragam pasukan Uni. Ada dua nama tertulis di batu nisannya. (Ein)